KKN-PPM UGM Adakan Konsultasi Gigi Daring untuk Para Ibu di Masa Pandemi

Raina Nuraisyah Afnan
S1 Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
4 September 2021 13:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raina Nuraisyah Afnan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster publikasi kegiatan (Sumber: Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Poster publikasi kegiatan (Sumber: Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Menurut World Health Organization (WHO), gigi berlubang atau karies masih menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak terjadi pada anak-anak di dunia dengan angka kejadian sebesar 60-90%. Di Indonesia, hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa hanya ada 19% anak pada kelompok umur 3 – 4 tahun dan 9,9% anak pada kelompok umur 5 – 9 tahun yang terbebas dari karies. Rerata jumlah gigi susu yang mengalami karies dan belum dirawat, gigi susu yang dicabut karena karies, serta gigi yang ditumpat/ditambal karena karies pada tiap individu dalam kelompok umur 3 – 4 tahun adalah sebanyak 6,2 dari total 20 gigi susu yang normalnya dimiliki oleh anak-anak. Hal ini tampaknya masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Indonesia. Banyak orang tua berpikir bahwa karies pada anak bukan masalah besar karena gigi tersebut akan digantikan oleh gigi permanen.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari keresahan terhadap masalah di atas, Tim KKN-PPM UGM 2021-JT033 yang diterjunkan di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, mengadakan program edukasi dengan tema “Kesehatan Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil dan Anak-anak”. Program ini terdiri dari 2 sesi, yaitu penyampaian materi melalui grup WhatsApp dan konsultasi daring bersama drg. Swastiana Eka Yunita yang merupakan alumni Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Pada sesi penyampaian materi, dijelaskan bahwa kualitas hidup anak dapat dipengaruhi oleh kesehatan gigi dan mulutnya. Anak yang memiliki gigi berlubang (pada satu atau lebih gigi dengan warna coklat kehitaman) sulit mengekspresikan rasa sakit, sulit tidur, dan tidak mau makan sehingga dapat mengalami kekurangan nutrisi yang berdampak pada proses pertumbuhan. Beberapa anak menolak untuk tersenyum, tertawa, atau berbicara di depan anak lainnya karena masalah estetis terkait gigi yang rusak. Kondisi ini tentu dapat memengaruhi kepercayaan diri dan kondisi psikologis anak.
ADVERTISEMENT
Gigi yang rusak memiliki kemungkinan untuk tanggal atau dicabut sebelum waktunya. Gigi di sebelah gigi susu yang lepas akan bergeser dan mengisi ruang sehingga gigi permanen pengganti tidak punya cukup ruang untuk tumbuh dan menyebabkan gigi berjejal. Selain itu, adanya celah kosong di antara gigi, khususnya gigi depan, dapat mengganggu proses bicara karena beberapa huruf memerlukan kontak antara gigi dengan bibir dan lidah untuk dapat terucap sempurna.
Nursing bottle caries akibat minum susu hingga tertidur (Sumber: thedentalproject.com.au)

Tips Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Untuk mencegah berbagai permasalahan yang mungkin timbul, diperlukan kesadaran dan kepedulian orang tua untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
ADVERTISEMENT

Cara Membersihkan Gigi Anak Sesuai Umur

Pembersihan rongga mulut anak dapat dimulai sejak gigi susu belum tumbuh. Pada anak umur 0 sampai 6 bulan, pembersihan dilakukan dengan cara mengusap gusi, lidah dan rongga mulut bayi secara perlahan menggunakan kain kassa yang dililitkan pada telunjuk dan dicelupkan pada air matang yang hangat. Pembersihan dilakukan secara rutin (misal: setelah menyusui) supaya rongga mulut bayi bersih dan tidak mengalami infeksi.
Sikat gigi silikon (Sumber: colgate.com)
Jika gigi susu sudah tumbuh, tepatnya sekitar umur 6 bulan sampai 2 tahun, kain kassa dapat diganti dengan sikat gigi anak, baik yang berjenis silikon maupun konvensional. Pilih sikat gigi yang sesuai dengan umur dan besar mulut anak, berbulu lembut, dan berkepala kecil. Gunakan juga pasta gigi yang aman jika tertelan serta mengandung flouride dengan takaran sebesar butiran beras. Memasuki umur 2 sampai 4 tahun, anak mulai diajarkan untuk menggenggam sikat gigi, meludahkan sisa pasta gigi, dan berkumur.
ADVERTISEMENT
Pada umur 4 sampai 6 tahun, anak sudah bisa menggenggam sikat gigi dan menyikat gigi sendiri sehingga ibu hanya perlu menemani dan memperhatikan. Takaran pasta gigi ditambah menjadi sebesar kacang polong/biji jagung. Anak diharapkan sudah bisa menyikat gigi secara mandiri pada umur 6 tahun ke atas dengan takaran pasta gigi sepanjang bulu sikat gigi anak-anak.

Publikasi Booklet Rangkuman Materi

Demi memperluas jangkauan manfaat, Tim KKN-PPM UGM 2021-JT033 menyusun e-booklet yang dibagikan kepada peserta acara dan dipublikasikan melalui website serta media sosial (dapat diunduh di sini). Materi yang dimuat meliputi pentingnya gigi susu, tips menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak, cara menyikat gigi anak sesuai umur, perbedaan antara gigi susu dan gigi permanen, waktu tumbuh dan tanggalnya gigi susu, cara menstimulasi pertumbuhan gigi susu, serta kebiasaan-kebiasaan yang perlu dihindari untuk mencegah terjadinya masalah terkait rongga mulut anak. Diharapkan, acara ini dapat meningkatkan kepedulian dan pemahaman para ibu mengenai tema yang diangkat serta mendorong penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu isi booklet (Sumber: Dokumen Pribadi)