Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Benarkah Metformin Dapat Memperpanjang Umur dan Jadi Obat Anti Penuaan?
19 Juni 2023 7:02 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rais Reskiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu, Narasumber dalam sebuah podcast populer yang dipandu oleh Deddy Cobuzier menyebut bahwa metformin dapat menjadi obat anti-penuaan yang efektif.
ADVERTISEMENT
Narasumber bahkan mengakatan bahwa food and drugs administration (FDA, semacam BPOM di Indonesia) telah mengakui penggunaan metformin untuk mencegah penuaan. Benarkah demikian?
Metformin adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas hormon insulin, mengurangi produksi gula darah di dalam hati, dan mengurangi penyerapan gula di dalam usus. Dengan mekanisme ini, metformin membantu menurunkan kadar gula dalam darah.
Penggunaan metformin sebagai obat diabetes pertama kali diperkenalkan di Prancis pada tahun 1958 dan kemudian disetujui oleh FDA di Amerika Serikat pada tahun 1994. Perlu digarisbawahi, penggunaan metformin saat itu hanya diakui sebagai obat yang dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes.
ADVERTISEMENT
Karena harganya yang terjangkau dan efek sampingnya yang relatif terkendali, lebih dari 150 juta orang saat ini mengonsumsi metformin, menjadikannya obat anti-diabetes yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Metformin dan Potensi Anti-Penuaan
Sebuah studi meta-analisis pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pasien diabetes yang menggunakan metformin memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien diabetes yang mengonsumsi obat anti-diabetes lainnya. Bahkan, tingkat kematian pada pasien diabetes yang menggunakan metformin lebih rendah daripada orang yang sehat secara umum.
Saat ini, mayoritas bukti tentang dampak metformin terhadap umur panjang didapatkan dari penelitian pada hewan percobaan sederhana, seperti cacing, hingga hewan yang lebih kompleks seperti mencit.
Temuan-temuan dari studi pada hewan tersebut masih kontroversial karena beberapa studi menunjukkan hasil positif sementara yang lain menunjukkan hasil negatif, sehingga belum ada kesimpulan pasti apakah metformin dapat memperpanjang umur pada hewan percobaan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Uji Klinis
Dalam dunia kedokteran modern, untuk menentukan efektivitas suatu zat atau obat, kita membutuhkan uji klinis acak (randomized clinical trial, RCT) yang terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap I (menguji keamanan), II (menguji keamanan dan efektivitas), dan III (menguji keamanan dan efektivitas di populasi yang lebih besar).
Jika ada satu atau dua orang yang merasa sakit kepalanya membaik setelah mengkonsumsi suatu obat, kita tidak boleh terburu-buru menarik kesimpulan bahwa obat tersebut benar-benar efektif dalam mengobati sakit kepala.
Bisa jadi proses alamiah sakit kepala yang dialami oleh orang tersebut memang secara kebetulan berhenti setelah meminum obat.
Hal ini juga sering terjadi pada pasien flu (common cold) yang mengonsumsi antibiotik. Setelah meminum antibiotik, gejala flu biasanya berkurang. Padahal antibiotik tidak memiliki efek apapun pada flu, karena pada umumnya flu disebabkan oleh virus, sementara antibiotik menarget bakteri.
Kemungkinan lain, bisa jadi orang tersebut mengalami efek plasebo, di mana tingkat kepercayaan yang sangat tinggi pada suatu obat membuat pasien merasa gejala sakit kepalanya berkurang. Dengan melakukan uji klinis yang baik dan terstruktur, berbagai kemungkinan bias tersebut dapat kita kurangi.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama berlaku jika beberapa studi eksperimental pada hewan percobaan menunjukkan efek positif. Temuan tersebut masih perlu diuji melalui uji klinis.
Sebagai contoh, hingga saat ini terdapat ribuan zat yang menunjukkan efek neuroproteksi (perlindungan pada sel saraf) untuk penyakit stroke. Namun, hanya sekitar 250 zat yang berhasil masuk ke dalam tahap studi klinis. Dan dari ratusan zat tersebut, tidak satupun yang terbukti efektif dalam uji klinis tahap III untuk melindungi sel saraf.
Kegagalan berbagai zat dalam tahap uji klinis bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kondisi anatomi, fisiologi, dan genetik manusia dan hewan percobaan yang tentunya berbeda. Kedua, faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi hasil juga ikut berperan dalam kegagalan uji klinis.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, orang-orang yang hanya mengkonsumsi sayuran dan menghindari daging biasanya terlihat lebih sehat. Namun, bukan berarti sayuran menjadi faktor tunggal, karena mereka yang mengkonsumsi sayuran juga biasanya rutin berolahraga dan berpuasa. Dalam hal ini, olahraga dan puasa dapat menjadi faktor yang memengaruhi kondisi kesehatan orang tersebut.
Oleh karena itu, studi meta analisis yang disebutkan diatas dan berbagai studi eksperimental serta observasional yang telah dilakukan oleh peneliti lainnya belum bisa kita jadikan dasar untuk menyimpulan efek anti-penuaan metformin. Uji klinis (RCT) tetap diperlukan untuk mengungkap kebenaran dari hipotesis ini.
Uji Klinis Metformin
Untuk menjawab pertanyaan mengenai efektivitas metformin dalam memperlambat proses penuaan pada manusia, sebuah uji klinis besar (RCT) telah disetujui oleh FDA dan diluncurkan tahun lalu, yang dikenal dengan sebutan TAME (Targeting Aging with Metformin).
ADVERTISEMENT
Yang perlu digarisbawahi bahwa dalam konteks ini adalah FDA hanya menyetujui penggunaan metformin untuk uji klinis . FDA sama sekali belum menyetujui penggunaan rutin metformin sebagai obat y anti penuaan.
Studi ini melibatkan 3000 peserta yang tersebar di 14 titik di Amerika Serikat dan akan berlangsung hingga 5 tahun kedepan. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk mengevaluasi apakah metformin dapat memperpanjang umur dan menjaga kesehatan pada usia lanjut.
Karena masih dalam tahap uji klinis, saat ini masih belum jelas apakah orang sehat yang mengkonsumsi metformin akan mendapat manfaat dari obat ini dan apakah potensi manfaatnya lebih besar daripada kemungkinan efek sampingnya.
Selain itu, studi TAME hanya melibatkan populasi lanjut usia dengan rentang usia 65-79 tahun. Oleh karena itu, meskipun studi ini nantinya menunjukkan efek positif metformin dalam mencegah penuaan, kita tidak akan memiliki cukup bukti untuk mengklaim efek yang sama pada populasi yang lebih muda.
ADVERTISEMENT