Di pekarangan belakang kedai mieso, Hasan melihat sebuah batu nisan menyembul dari sepetak tanah yang rumputnya terpangkas rapi. Berbeda dari nisan yang biasa ia lihat, lempengan yang ada di hadapannya memiliki sepasang sayap yang melengkung ke atas di sisi kiri dan kanan.
Hasan berjalan mendekati nisan itu untuk melihat lebih teliti. Bagian muka nisan itu berwarna abu-abu, sebagian sisi bawah dan sayapnya ditumbuhi lumut dan berwarna kehitaman. Ada tulisan dalam huruf Arab yang meliuk-liuk bersama dekorasi mirip bunga-bunga. Ini kali pertama ia melihat nisan seorang sultan.
“Bang, itu Pak Idris sudah tiba,” kata pegawai kedai mieso berambut kuning kecokelatan yang tadi mencatat pesanan kepada Hasan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814