Konten dari Pengguna

Temper Tantrum pada Anak? Simak Cara Mengatasi!

Raissa K
Hi everyone! This is me Raissa Kumala. Saya lulusan S1 Psikologi dari Universitas Negeri Malang dan saya pernah menjadi asisten psikolog di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur. Saat ini saya peran saya menjadi seorang Peer Counselor.
23 September 2024 8:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raissa K tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Alexander Dummer/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Alexander Dummer/Pexels
ADVERTISEMENT
Semua orang tua, terutama Ibu yang sudah memiliki anak pasti pernah mengalami perasaan bingung dalam menghadapi perilaku anak saat tantrum. Tak jarang, anak akan berperilaku tantrum pada ruang publik seperti mall, taman bermain atau tempat wisata yang dimana biasanya orang tua akan malu apabila anaknya menangis atau merengek terlalu kencang.
ADVERTISEMENT

Temper Tantrum

Perilaku temper tantrum merupakan luapan emosi anak yang biasanya terjadi saat anak mendapatkan sikap penolakan dari lingkungannya. Pada masa perkembangannya, anak masih belajar mengenai bagaimana mengontrol emosi sebab ia belum paham betul cara mengungkapkan perasaannya sehingga temper tantrum itu terjadi.

Apa sih yang Sebenarnya Menyebabkan Muncul Perilaku Temper Tantrum?

Taukah Ibu, temper tantrum pada anak itu terjadi karena anak belum mampu untuk mengontrol emosi dan bagaimana mengungkapkan perasaanya dengan baik. Dengan bersikap temper tantrum anak dapat memanipulasi orang tua agar semua keinginan dan kemauannya dituruti.

Ketahuilah dengan jelas penyebab apa saja yang membuat anak tantrum, yaitu:

1. Faktor fisiologis
Saat anak sedang aktif-aktifnya mengeksplorasi lingkungan ada waktu mereka merasakan lelah, lapar dan mengantuk. Pada waktu tersebut anak akan menjadi kesal karena merasa ada kebutuhannya yang tidak terpenuhi sedangkan anak belum bisa untuk mengungkapkan keinginannya dengan benar. Rasa emosi anak yang memuncak saat orang tua tidak bisa memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan olehnya membuat anak menjadi marah dan menangis.
ADVERTISEMENT
2. Faktor psikologis
Saat anak sedang mengalami adanya kegagalan dalam melakukan kegiatan atau sesuatu, mereka bisa menjadi emosi karena akibat dari kegagalan tersebut. Emosi akan menjadi meledak atau tidak terkendali ketika orang tua membandingkan kemampuan anak sendiri dengan anak orang lain karena mereka akan berpikir memiliki tuntutan atau harapan yang tinggi dari hasil membanding-bandingkan.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan internal berpengaruh ketika mereka melihat orang tua mengungkapkan segala sesuatu dengan kemarahan atau hal-hal yang negatif seperti membentak, maka hal tersebut akan terekam dalam ingatan anak sehingga anak akan menirukan perilaku yang dilihatnya. Lingkungan eksternal terjadi ketika anak terbiasa melihat tetangga yang marah-marah, anak-anak lain yang merengek ketika meminta sesuatu.
Foto oleh Nicola Barts/Pexels

Jangan Selalu Menuruti Keinginan Anak

Perlu ditekankan kembali bahwa perilaku temper tantrum tidak boleh dipuji atau dibiarkan secara terus menerus sebab jika orang tua membiarkan perilaku temper tantrum berkuasa maka secara tidak langsung Anda memperbolehkan anak untuk mendapatkan apapun yang diinginkan. Nah, jika respon orang tua memberikan hukuman atau paksaan ketika perilaku tantrum anak muncul maka itu dapat memberikan contoh kepada anak untuk bertindak dengan perilaku yang agresif dan kasar.
ADVERTISEMENT

Cara Mengatasi Perilaku Temper Tantrum pada Anak

Tips untuk orang tua dalam menangani perilaku temper tantrum anak. Mari kita akan bahas yaa!
Tips pertama, apabila anak tantrum langkah pertama yang dapat dilakukan yaitu orang tua harus dapat mengendalikan emosi pada diri dengan cara bersikap sabar, tenang dan tidak ikut terpancing marah. Langkah kedua, jika anak mengalami tantrum yang berkelanjutan dimana semakin lama semakin parah maka peluklah anak Anda dengan rasa kasih dan sayang maka secara langsung anak akan merasakan adanya kasih dan sayang yang Ibu berikan.
Perlu diingat, jikalau anak sudah selesai mengalami tantrum orang tua tidak perlu memberinya hukuman karena tantrum manifestasi akibat kurangnya kemampuan anak dalam mengungkapkan keinginan secara lisan atau isyarat, latihlah anak untuk sedikit demi sedikit belajar untuk mengungkapkan apa yang diingkan secara baik melalui komunikasi dari hati ke hati.
ADVERTISEMENT
Tips kedua, apabila temper tantrum anak terjadi di ruang publik, maka ajaklah anak ke area yang sepi lalu ajaklah duduk dengan tenang dan mulai untuk berbicara secara halus jika bukan begitu cara untuk meminta yang baik. Kemudian contohkanlah kepada anak melalui perkataan dan perilaku yang seharusnya ketika akan meminta sesuatu dan berilah penjelasan mengapa tidak membelikan apa yang ia inginkan seperti sudah ada di rumah sehingga tidak harus meminta barang baru lagi, kemarin kamu kan sakit jadi sama dokter ngga boleh makan es krim dan sebagainya.
Tips ketiga dapat dilakukan jika Anda sudah mengalami rasa capek dan merasa sudah cukup yaitu disarankan cukup membiarkan anak tanpa ada bujuk-membujuk dan tidak melakukan argumen kepada anak. Perilaku temper tantrum akan lebih cepat berakhir jika orang tua tidak berusaha menghentikan dengan paksaan atau rayuan.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Gracinia, J. (2005). Ajari Aku Solusi Praktis untuk 30 Perilaku Anak yang Menjengkelkan. Jakarta: Gramedia.
Hayes, E. (2003). Tantrum: Panduan Memahami dan Mengatasi Ledakan Emosi Anak. Jakarta: Erlangga.
Hidayati, B. M. R., & Janah, R. (2021). Tipe Pola Asuh Orang tua Dengan Anak Temper Tantrum Di SDI Al-Huda Kota Kediri. Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, 2(1), 23-32.
Tandry, N. (2010). Bad Behavior, Tantrums and Tempers. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.