Konten dari Pengguna

Erotomania: Keyakinan Palsu tentang Cinta yang Membahayakan

Raissa Nur Azizah
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
24 November 2024 10:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raissa Nur Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fenomena Erotomania. Foto : mikoto.raw Photographer Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena Erotomania. Foto : mikoto.raw Photographer Pexels
ADVERTISEMENT
Erotomania merupakan salah satu bentuk gangguan delusi di mana pengidapnya percaya bahwa mereka memiliki hubungan romantis yang tidak nyata dengan individu lain, yang sering kali tidak menyadari keberadaan mereka.
ADVERTISEMENT
Fatalnya, mereka tak segan melakukan tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan atau melanggar privasi orang lain, seperti mengirim pesan, membuat panggilan, atau bahkan melakukan penguntitan. Lantas, bagaimana tanda-tanda dan penyebab erotomania? Mari simak penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut.

Apa itu Erotomania?

Erotomania adalah gangguan di mana seseorang merasa yakin bahwa orang lain, sering kali orang yang terkenal atau memiliki status tinggi, jatuh cinta padanya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Orang yang mengidap erotomania sering kali berpikir bahwa perasaan cinta itu disembunyikan oleh orang tersebut. Meskipun tidak ada bukti atau tanda-tanda yang mendukung keyakinan ini, pengidapnya sulit untuk menerima kenyataan dan terus meyakini bahwa mereka sedang dijalin hubungan romantis (McKenna, J. P. (2017) Delusions and Hallucinations: Clinical Approaches.)
ADVERTISEMENT
Tak jarang objek delusional dari pengidap erotomania adalah tokoh terkenal atau berkuasa, misalnya selebritis dan politikus. Gangguan ini bisa membuat pengidapnya yakin bahwa ia sedang menjalin hubungan dengan objek delusionalnya tersebut.
Pengidap erotomania akan kesulitan menerima fakta yang membuktikan hal sebaliknya bahwa ia sedang tidak menjalin hubungan dengan orang lain ataupun tidak dicintai oleh orang tersebut.
Meski erotomania dapat dialami oleh siapa saja, gangguan ini cenderung lebih banyak dialami oleh wanita yang memiliki karakter tertentu, seperti penampilan yang kurang menarik, suka menarik diri dari lingkungannya atau menyendiri, serta jarang berinteraksi dengan lawan jenis di kehidupan nyata.
Jika gangguan erotomania ini terjadi pada laki-laki, maka seringkali berujung pada adanya kelakuan-kelakuan yang lebih agresif hingga tindak kekerasan.
ADVERTISEMENT

Penyebab Erotomania

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab erotomania. Namun, terdapat dugaan bahwa kondisi ini berkaitan dengan gaya hidup, psikologis, dan faktor lingkungan. Selain itu, erotomania juga diyakini dapat dipengaruhi oleh sejumlah masalah kesehatan mental lainnya, seperti:
● Skizofrenia.
● Skizoafektif.
● Penyakit Alzheimer.
● Gangguan bipolar.
● Gangguan depresi mayor, dengan gejala psikotik.
● Gangguan kepribadian, seperti borderline personality disorder.
● Gangguan kecemasan.
● Kecanduan obat-obatan atau minum minuman beralkohol.
● Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa atau bulimia.
Media sosial juga bisa menjadi salah satu pemicu atau faktor risiko terjadinya gangguan erotomania. Pasalnya, media sosial mampu mengaburkan batasan antara kehidupan maya dan nyata serta mengurangi privasi seseorang. Sehingga, memungkinkan seseorang untuk melihat aktivitas orang lain.
ADVERTISEMENT
Ada pula anggapan bahwa erotomania adalah kondisi yang timbul sebagai cara seseorang dalam mengatasi stres dan trauma berkepanjangan. Faktor genetik dari keluarga dengan riwayat gangguan delusional juga berpengaruh dalam terjadinya erotomania.

Gejala Erotomania

Erotomania adalah gangguan kepribadian yang bisa terjadi secara tiba-tiba dengan gejala yang berlangsung lama. Beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami erotomania adalah:
● Berfantasi tentang beberapa hal yang mungkin terjadi dengan objek delusional, meski terkadang fantasinya tidak masuk akal. Terkadang, delusi ini berkaitan dengan interaksi yang pernah dilakukan bersama.
● Pada penderita gangguan bipolar, delusi yang dialami biasanya berlangsung lebih lama daripada durasi kambuhnya episode mania.
● Khayalan yang diciptakan oleh pengidap erotomania biasanya berhubungan dengan masalah yang relevan dan berkaitan dengan aspek-aspek di sekitarnya, sehingga terkesan cukup nyata.
ADVERTISEMENT
● Menghabiskan banyak waktu untuk mencari tau dan memikirkan segala hal yang berhubungan dengan objek delusionalnya.
● Membicarakan objek delusionalnya secara terus-menerus sampai kehilangan minat untuk melakukan aktivitas lainnya.
Pada tahap lebih lanjut, pengidap erotomania juga bisa melakukan beberapa tindakan yang dapat merugikan orang lain, seperti:
● Mengirimkan pesan, hadiah, atau melakukan panggilan telepon dengan objek delusionalnya secara terus-menerus, di mana tindakan ini tentu akan mengganggu kehidupan orang yang menjadi objek delusionalnya.
● Memiliki keyakinan atas delusi yang dimilikinya, bahkan ia tak segan memberitahukan pada orang lain bahwa ia telah memiliki hubungan istimewa dengan objek delusionalnya.
● Merasa cemburu ketika objek delusionalnya berdekatan dengan orang lain.
● Berusaha melakukan penguntitan, komunikasi tertulis, hingga perilaku yang cenderung melecehkan untuk kesenangannya sendiri tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain.
ADVERTISEMENT

Cara Menyembuhkan Erotomania

Jika dibiarkan dalam waktu yang lama, erotomania bisa membahayakan karena dapat mendorong pengidapnya untuk melakukan penguntitan, mencoba bertemu dan bicara langsung dengan orang yang dikira mencintainya meski tidak saling kenal, bahkan tak segan melakukan pelecehan.
Kondisi ini juga dapat membahayakan pengidapnya. Pasalnya, mereka bisa saja melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri saat berusaha disadarkan bahwa khayalannya selama ini tidak nyata. Itulah sebabnya erotomania harus segera diatasi dan pengidapnya harus berada di bawah pemantauan yang ketat.
Adapun beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk menangani pengidap erotomania adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Konsultasi dengan Psikiater

Langkah awal dalam menangani erotomania adalah melakukan konsultasi dengan psikiater. Setelah melakukan konsultasi, pengidap bisa mendapatkan terapi yang sesuai, termasuk penanganan untuk mengatasi penyebab yang mendasari erotomania, misalnya jika memiliki gangguan kejiwaan lainnya.
ADVERTISEMENT
Psikiater akan menyesuaikan perawatan dengan keadaan dan kebutuhan setiap pengidapnya. Perawatan biasanya diprioritaskan untuk fokus pada perbaikan fungsi sosial dan meningkatkan kualitas hidup orang yang terkena dampaknya.

2. Psikoterapi dan Terapi Perilaku Kognitif

Tujuan psikoterapi pada pengidap erotomania adalah memberikan tempat agar mereka bisa membicarakan gejala yang dialaminya secara leluasa. Terapi ini dapat membantu pasien menyadari kenyataan dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang dialami dengan lebih efektif.
Sementara itu, tujuan terapi perilaku kognitif pada pengidap erotomania adalah membuat pasien memahami kondisi sebenarnya yang sedang ia alami. Dengan begitu, ia bisa mengendalikan gejala yang ada dan menentukan coping mechanism yang tepat sesuai kondisinya.

3. Pemberian Obat Antipsikotik

Selain psikoterapi dan terapi perilaku kognitif, dokter juga bisa mengombinasikan perawatan pasien dengan pemberian obat-obatan antipsikotik, seperti clozapine, risperidone, dan olanzapine untuk mengatasi gejala gangguan erotomania. Jenis obat ini biasanya juga diberikan pada pengidap skizofrenia.
ADVERTISEMENT
Apabila erotomania disebabkan oleh gangguan bipolar atau depresi, maka dokter dapat memberikan obat-obatan antimania dan antidepresan untuk menangani kondisi-kondisi tersebut.
Erotomania, meski terdengar seperti fenomena yang aneh, adalah gangguan psikologis yang serius dan dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang. Dengan memahami gejala dan penyebabnya, kita bisa lebih peka terhadap tanda-tanda awal dan membantu mereka yang mengalaminya mendapatkan perawatan yang tepat. Terapi, dukungan medis, dan pemahaman dari lingkungan sekitar menjadi kunci utama dalam mengatasi gangguan ini. Ingat, gangguan mental seperti erotomania bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan, namun bisa dihadapi dengan langkah yang tepat demi kesehatan mental yang lebih baik.