Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Dampak Pola Asuh Strict Parents Bagi Anak
22 September 2024 11:55 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Raisya Sa'baniyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Orang tua merupakan pendidik sekaligus sekolah pertama untuk anaknya. Apa yang diajarkan pertama kali oleh orang tua akan selalu melekat pada pikiran sang anak. Setiap orang tua memiliki caranya masing-masing untuk mendidik anaknya, dan setiap anak juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga peran ayah dan ibu lah yang sangat penting dalam masa pertumbuhan anak. Kekompakan ayah dan ibu pun diuji dalam hal ini, karena dalam mendidik anak bukan hanya dibutuhkan satu peran saja, tetapi peran keduanya sangat penting.
ADVERTISEMENT
Para orang tua dianugerahi anak dengan perilaku dan potensi yang berbeda beda, dan mereka tidak bisa memaksakan anaknya untuk menjadi apa yang mereka inginkan, tetapi orang tua bisa mengarahkan anaknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pola asuh yang Kurang tepat dapat berdampak fatal terhadap anak.
Memilih pola asuh yang tepat tidaklah mudah, tetapi setiap orang tua diusahakan memiliki target terhadap arahan dan pilihan hidup anak. Orang tua juga harus bisa mensupport anaknya baik secara materi maupun nonmateri.
Mungkin sebagian orang tua mengira bahwa cara pengasuhan yang sangat ketat dapat membuat anaknya hebat, tetapi kenyataannya dampak pola asuh strict parents ini dapat berdampak buruk untuk anak terutama pada masalah perilaku anak, harga diri yang rendah, masalah pengendalian diri, dan juga masalah kesehatan mental. Dampak lainnya, anak menjadi tidak percaya diri, pemalu, pendiam, lalu dia juga tidak merasa bahagia sepenuhnya, dan merasa lelah pada setiap tuntutan yangdiberikan orang tuanya. Sehingga nantinya berdampak anak sering depresi atau stress.
ADVERTISEMENT
Dampak lainnya anak jadi tidak memiliki pendirian, lalu anak juga akan berani berbohong hanya unutuk ingin memuaskan keinginan orang tuanya. Anak juga menjadi takut untuk mengungkapkan isi hatinya ataupun menyampaikan sesuatu yang sedang ia rasakan. Orang tua harus bisa memahami keinginan anak dan juga tidak memaksakan keinginan pribadinya.
Raisya Sa'baniyah, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Hukum Keluarga.