Jacob Oetama dan Pembelajaran Publik

Raja Napitupulu
Konsultan Komunikasi Independen Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan
Konten dari Pengguna
25 September 2020 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raja Napitupulu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jacob Oetama. Foto: Twitter/Jusuf Kalla
zoom-in-whitePerbesar
Jacob Oetama. Foto: Twitter/Jusuf Kalla
ADVERTISEMENT
Meski sudah berusia lanjut, namun kepergian Jacob Oetama selama-lamanya cukup menghentakkan masyarakat Indonesia, khususnya insan jurnalistik. Banyak kalangan menilai, Jacob Oetama merupakan Begawan Jurnalistik sohor berkat kepiawaiannya dalam mengemas kritik konstruktif dalam narasi tulisan. Bahkan diibaratkan seperti mercusuar yang memancarkan cahaya dalam kegelapan agar kapal di laut tidak tersesat.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi juga menilai Jacob Oetama sebagai figur tokoh bangsa yang memiliki daya kritis tinggi dan mampu menyampaikan pemikirannya secara santun. Sebagai Jurnalis yang hadir di era awal kemerdekaan Indonesia, di mata Jokowi, Jacob Oetama adalah sosok adaptif yang selalu terbuka terhadap perubahan.
Senada dengan itu, Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla bahkan menyebut Jacob Oetama sebagai tokoh media yang hebat dan patut dicontoh oleh semua orang. Mampu menyikapi suatu fenomena atau kebijakan pemerintah melalui kritikan sopan dan solutif sehingga dapat mempersatukan dan meluruskan sesuatu dengan baik. Menurut Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Jacob Oetama merupakan wujud nyata perpaduan idealisme dan integritas, bahkan sebagai guru yang memberikan teladan hidup. Intinya, Jacob Oetama dianggap sebagai tokoh yang mampu memahami permasalahan terhadap suatu tema, serta menyampaikannya secara elegan namun efektif melakukan perubahan sesuai harapan.
ADVERTISEMENT
Belajar dari Sejarah
Lewat tangan dinginnya, Jacob Oetama melakukan kritik membangun terhadap pemerintah berkuasa. Meski ada juga anggapan yang menilai upaya kritikan Jacob Oetama melalui Kompas terkadang tidak tegas dan menyampaikan kritik dengan gaya bahasa berputar-putar, tidak straight to the point. Namun sikap itu sebenarnya merupakan pembelajaran penting yang diwariskan Jacob Oetama kepada insan jurnalistik. Bagi dia, pena jurnalis tak lagi bergigi saat medianya ‘diharamkan’ pemerintah beroperasi. Jadi tujuan menguatkan langkah meski prosesnya menyakitkan.
Pesta demokrasi serentak segera digelar pada 9 Desember 2020 di 270 daerah Indonesia. Berbagai kebijakan dan perangkat pendukungnya terus dimutakhirkan guna menyukseskan perhelatan demokrasi itu. Adu ide dan argumentasi para calon kepala daerah seharusnya menjadi media pembelajaran publik untuk menentukan pilihannya. Karena itu, cara-cara unfair harus diabaikan, guna mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Mencermati decak kagum publik terhadap Jacob Oetama, paling tidak ada beberapa pembelajaran penting bagi setiap masyarakat Indonesia, termasuk calon kepala daerah. Sebagai warisan prinsip penting dalam menjalani kehidupan berdemokrasi seperti ungkapan Xenos.
Pertama, berpegang pada tujuan meski melalui proses panjang nan melelahkan. Tidak ada hal instan dalam hidup, sebab proses instan pun sesungguhnya memerlukan waktu. Sejarah mencatat, para tokoh dunia yang sukses selalu melewati proses panjang dalam hidupnya, sama seperti tokoh-tokoh yang disebut di atas.
Kedua, berani menyatakan kebenaran dengan teguh. Sejarah mencatat, berbagai upaya dilakukan Jacob Oetama untuk mempertahankan medianya agar tetap ‘bersuara’ dengan teguh. Harus diakui, keberadaan Kompas Grup selama ini memberikan inspirasi bagi banyak insan jurnalistik untuk berbuat lebih baik Ibu Pertiwi.
ADVERTISEMENT
Ketiga, berusahalah hidup damai dengan semua orang. Sejarah mencatat, Jacob Oetama kerap menerapkan prinsip ini meski acapkali hal itu mengundang keraguan akan sikap kritisnya terhadap pemerintah berkuasa. Salah satu strategi yang diterapkannya adalah menyatakan kritik secara sopan. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak yang mengatakan bahwa jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Pengakuan sikap Jacob Oetama ini juga tegas dinyatakan para tokoh bangsa yang kehilangan atas kepergiannya.
Meski telah kembali kepada Sang Penciptanya, namun Jacob Oetama telah memberikan pembelajaran publik yang sangat penting dan berharga. Kontestan pilkada serentak 2020, dapat meneladani pembelajaran yang diwariskan Jacob Oetama, dalam merawat dan mengembangkan demokrasi yang menyejahterakan masyarakat. Semoga!
ADVERTISEMENT
-----------------------------------------------------------------------
Oleh: Raja H. Napitupulu
Konsultan Komunikasi Publik
Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan – UGM