Konten dari Pengguna

Overthinking, Jangan Dibuat Pusing!

RAKA DWI SAPUTRA
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
1 Desember 2022 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RAKA DWI SAPUTRA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hidup mungkin tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang dipikirkan. Banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan dan berakhir mengecewakan. Terkadang, hal tersebut meninggalkan adanya bekas dalam kehidupan. Nantinya, bekas tersebut membuat seseorang mempertanyakan, memikirkan, dan mengkhawatirkan apa yang akan terjadi dalam beberapa menit, jam, hari, minggu, bulan, hingga tahun yang akan datang. Hal seperti ini bisa disebut juga dengan overthinking. Lalu, sebenarnya apa overthinking itu? Simak informasi berikut ini agar dapat memahami overthinking lebih dalam.
ADVERTISEMENT

Apa itu Overthinking?

Sebenarnya overthinking ini dapat diartikan dengan banyak penjelasan yang menjorok pada satu makna, yakni memikirkan hal negatif. Menurut psikolog bernama Wirdatul Anisa, overthinking adalah menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan serta overthinking dapat berupa ruminasi dan khawatir. Ruminasi adalah kecenderungan untuk terus memikirkan hal yang telah berlalu. Lalu, menurut ilmu psikologi, overthinking adalah berpikir terus-menerus mengenai hal yang negatif. Menjadi overthinker, seseorang berusaha mengendalikan masa depan atau terus memikirkan situasi negatif (Optimal Positivity, 2020). Overthinking sebenarnya terkait dengan ketidakpastian. Lalu, apakah overthinking itu berbahaya bagi kita? Bagaimana itu bisa berbahaya?
Picture from Pexels

Bagaimana Overthinking Membahayakan Manusia?

Overthinking pastinya membutuhkan energi manusia walaupun seseorang tidak secara sengaja mengalaminya. Terlalu banyak berpikir itu melelahkan (Optimal Positivity, 2020). Overthinking dapat menghabiskan energi manusia dan mengurangi kemampuan kita untuk mengambil keputusan. Itu bisa membuat kita lebih emosional, lebih mudah marah, dan kesulitan berkonsentrasi dan fokus. Terlalu banyak berpikir bisa membuat kita menghabiskan terlalu banyak waktu di kepala sehingga kita tidak hadir secara emosional saat berada di sekitar orang lain. Kita jadi berfokus pada pikiran kita sendiri dan bukan pada orang di depan kita. Hal itu mungkin membuat mereka merasa bahwa kita tidak tertarik dengan topik pembicaraan. Dan itu bisa merusak hubungan kita dengan orang tersebut. Roy (2020) telah membuat daftar 10 dampak overthinking yang dapat membahayakan manusia:
ADVERTISEMENT
1. Kecemasan 2. Depresi 3. Ketakutan 4. Stres 5. Kelelahan 6. Keragu-raguan 7. Penyalahgunaan zat 8. Kesepian 9. Sulit tidur 10. Risiko bunuh diri
ADVERTISEMENT
Sepuluh hal di atas merupakan dampak dari overthinking yang berbahaya bagi manusia. Kemudian, bagaimana mekanisme ketika terjadi overthinking pada diri kita?

Bagaimana Mekanisme Overthinking?

Terdapat banyak yang dapat dilakukan ketika overthinking melanda diri kita. Akan tetapi, kita terlebih dahulu harus memahami bagaimana mekanisme ketika overthinking itu terjadi. Berikut sebelas mekanisme yang perlu diingat ketika overthinking terjadi di pikiran kita (Optimal Positivity, 2020):
1. Overthinking adalah suara kritik yang berusaha menghancurkan manusia karena meragukan semua orang dan segala sesuatu di sekitar kita. Itu bisa membuat kita menebak-nebak segalanya dan meragukan diri kita sendiri. Itu bisa menghentikan kita dari mengikuti naluri kita.
2. Overthinking adalah seni menciptakan masalah yang tidak nyata sama sekali. Seringkali, itu termasuk pemikiran tentang "Bagaimana jika?" dan pemikiran tentang semua hal yang mungkin tidak benar.
ADVERTISEMENT
3. Overthinking adalah seni berpikir terlalu banyak tentang hal-hal sehingga kita merusak sesuatu bahkan sebelum itu dimulai dan memutar ulang semua yang ada di pikiran kita saja.
4. Jika seseorang terlalu banyak berpikir, dia mungkin terjebak dalam hidupnya. Keterjebakannya terjadi karena dia sangat ingin tahu, dia ingin memahami alasannya, dan dia ingin menganalisis dan berefleksi.
5. Terlalu banyak berpikir bisa menjadi parasit. Membiarkan diri kita menjadi korban pemikiran berlebihan dapat menghancurkan kebahagiaan kita dan menghancurkan siapa diri kita sebenarnya.
6. Kita terlalu banyak berpikir untuk mengendalikan masa depan kita atau mengubah masa lalu kita — keduanya sia-sia. Perenungan tentang masa depan dan masa lalu kita dapat berubah menjadi perasaan tertekan, khawatir, bersalah, malu, dan menyesal.
ADVERTISEMENT
7. Otak kita ingin bekerja lembur, terutama saat kita berusaha untuk tidak memikirkan sesuatu atau mencoba untuk tertidur.
8. Berhenti berpikir berlebihan karena kita tidak bisa mengendalikan segalanya. Kita hanya bisa mengendalikan apa yang terjadi di dalam pikiran kita. Kita dapat memiliki pengaruh atas seluruh dunia di sekitar kita, tetapi kita tidak dapat benar-benar mengendalikan apa pun.
9. Terlalu banyak berpikir tidak dapat memberdayakan kita atas hal-hal yang berada di luar kendali kita. Itulah sebabnya, kita harus membiarkannya dan menghargai saat ini.
10. Berhenti mencemaskan apa yang terjadi di masa lalu atau apa yang mungkin terjadi besok. Fokus saja pada apa yang bisa kita kendalikan. Nikmati hari ini, tetap positif, dan harapkan hal-hal baik datang.
ADVERTISEMENT
11. Ketika kita tidak membiarkan diri kita menjadi korban pemikiran berlebihan kita akan memiliki lebih banyak kedamaian batin, kita lebih produktif, dan kita cenderung lebih bahagia.

Banyak hal yang memang terjadi di luar kendali seseorang. Ketika mengharapkan sesuatu terjadi sesuai ekspektasi, seseorang harus dengan bijak menerima realita yang ada dan mengesampingkan ekspektasinya. Hargailah apa yang tidak dapat dikendalikan dan fokus pada apa yang dapat dikendalikan dalam hidup.