Konten dari Pengguna

Masyarakat Modern dan Tradisi: Apakah Nilai-Nilai Budaya Masih Bertahan?

Rakha Amanta
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
7 Oktober 2024 18:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rakha Amanta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masyarakat Modern dan Tradisi: Apakah Nilai-Nilai Budaya Masih Bertahan? (image: Rakha Tri Amanta, dibuat di Canva)
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat Modern dan Tradisi: Apakah Nilai-Nilai Budaya Masih Bertahan? (image: Rakha Tri Amanta, dibuat di Canva)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Generasi muda merupakan agen perubahan yang sering kali dihubungkan dengan inovasi dan pola pikir yang lebih terbuka. Namun, dengan kemajuan teknologi, mereka semakin terpapar pada informasi dan gaya hidup dari budaya luar. Paparan ini sering kali menyebabkan jarak antara generasi muda dan nilai-nilai tradisi. Studi dari Universitas Indonesia pada tahun 2020 menemukan bahwa sekitar 70% generasi milenial lebih mengenal budaya populer asing daripada tradisi budaya lokal.
ADVERTISEMENT
Faktor urbanisasi juga mempercepat proses ini. Ketika masyarakat beralih ke kehidupan perkotaan, mereka cenderung meninggalkan tradisi yang berkaitan dengan komunitas lokal. Masyarakat perkotaan yang sibuk, dengan tuntutan karier dan kehidupan modern, lebih sering mengabaikan tradisi karena dianggap kurang relevan atau praktis. Akibatnya, upacara adat, ritual keagamaan, dan kebiasaan sosial yang dulunya menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat semakin terpinggirkan.
Namun, yang menarik adalah bahwa menurunnya minat terhadap budaya tradisional di kalangan generasi muda bukanlah tanda akhir dari tradisi. Justru, dalam konteks inilah muncul pertanyaan: bagaimana tradisi bisa beradaptasi agar tetap relevan dalam kehidupan modern?
Kaitannya dengan Globalisasi dan Teknologi
Globalisasi membawa dampak yang signifikan terhadap persepsi budaya, khususnya di kalangan generasi muda. Budaya global, terutama yang disebarkan melalui media sosial dan internet, sering kali lebih menarik karena memberikan akses kepada gaya hidup yang lebih dinamis dan serba instan. Generasi muda lebih akrab dengan budaya populer internasional—musik, mode, makanan—yang didorong oleh media global. Laporan dari We Are Social (2023) menunjukkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia rata-rata menghabiskan lebih dari 3 jam per hari di platform digital, sebagian besar untuk mengonsumsi konten global.
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, teknologi juga memberikan peluang bagi pelestarian budaya. Media sosial, blog, dan platform video seperti YouTube memungkinkan komunitas budaya untuk mempromosikan dan menyebarkan tradisi mereka kepada audiens yang lebih luas. Sejumlah komunitas lokal di Indonesia telah menggunakan teknologi untuk memperkenalkan kembali tradisi mereka kepada generasi muda dan dunia internasional. Misalnya, tarian adat, musik tradisional, dan upacara-upacara lokal yang didokumentasikan dan dibagikan melalui platform digital telah menarik perhatian generasi muda dan menumbuhkan minat baru terhadap budaya lokal.
Globalisasi memang menciptakan ancaman terhadap homogenisasi budaya, tetapi di sisi lain, juga membuka peluang bagi kebangkitan kembali tradisi melalui adaptasi dan penggunaan teknologi.
Pelestarian Budaya dan Identitas Lokal
Pemerintah Indonesia, melalui berbagai kebijakan dan program, berusaha untuk melestarikan nilai-nilai budaya sebagai bagian dari identitas nasional. Salah satu upaya tersebut adalah melalui program “Desa Budaya” yang bertujuan untuk melindungi dan mempromosikan warisan budaya lokal. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2022) mencatat bahwa lebih dari 400 desa budaya tersebar di seluruh Indonesia sebagai upaya pelestarian tradisi. Desa-desa ini tidak hanya mempertahankan ritual dan adat, tetapi juga menjadi pusat pariwisata yang memperkenalkan budaya lokal kepada dunia internasional.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pendidikan juga memainkan peran penting dalam memperkuat identitas budaya. Kurikulum pendidikan di Indonesia sudah mulai memasukkan pengajaran tentang tradisi dan nilai-nilai lokal sebagai bagian dari pembentukan identitas nasional. Ini bertujuan agar generasi muda tidak hanya terpapar oleh budaya asing, tetapi juga memahami akar budaya mereka sendiri.
Pemikiran Ideologi Politik pada Nilai-Nilai Budaya
Dalam konteks ideologi politik, nilai-nilai budaya sering kali dipertahankan oleh negara sebagai alat untuk membangun narasi identitas nasional yang kuat. Di Indonesia, upaya pelestarian budaya lokal sering dihubungkan dengan nasionalisme dan persatuan bangsa. Hal ini terlihat dalam berbagai kebijakan yang berusaha melindungi budaya dari ancaman homogenisasi global.
Namun, ideologi politik juga dapat membentuk cara pandang masyarakat terhadap budaya. Dalam rezim-rezim tertentu, budaya sering kali digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan. Pemerintah dapat menggunakan simbol-simbol budaya untuk memperkuat otoritas politik mereka. Misalnya, penonjolan identitas budaya tertentu dapat digunakan untuk menciptakan narasi tunggal tentang identitas nasional, yang kadang mengabaikan keberagaman yang sebenarnya ada di dalam masyarakat. Dalam hal ini, politik identitas bisa memainkan peran yang kompleks dalam pelestarian budaya—baik sebagai kekuatan yang memperkuat budaya, maupun sebagai alat kontrol sosial.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ada juga pemikiran ideologi yang lebih progresif, di mana nilai-nilai budaya lokal dipandang sebagai elemen penting untuk menciptakan keadilan sosial. Dalam pemikiran ini, budaya dilihat sebagai kekayaan yang harus dipertahankan untuk memastikan bahwa tidak ada kelompok atau identitas yang terpinggirkan dalam arus modernisasi.
Kesimpulan
Nilai-nilai budaya menghadapi tantangan besar di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi. Generasi muda yang lebih terpapar pada budaya global cenderung menjauh dari tradisi lokal, tetapi ini tidak berarti akhir dari budaya tradisional. Melalui penggunaan teknologi dan kebijakan pelestarian yang tepat, nilai-nilai budaya masih bisa bertahan, bahkan berkembang di era modern. Peran ideologi politik dalam melestarikan budaya juga memainkan peran penting, baik dalam memperkuat identitas nasional maupun sebagai alat legitimasi kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, yang menentukan keberlangsungan nilai-nilai budaya adalah kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan, tanpa kehilangan esensi dari tradisi itu sendiri. Teknologi dan globalisasi bukanlah ancaman mutlak bagi budaya lokal, melainkan bisa menjadi peluang untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya di tengah masyarakat modern.