Antara Anak dan “Mbak”

Rakhmasari Kurnianingtyas
Seorang ibu-ibu PNS Kemenkeu yang mengusir jenuh dengan menulis
Konten dari Pengguna
21 Maret 2022 21:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rakhmasari Kurnianingtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Anak Sekolah (Photo by Ksenia Chernaya from Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Sekolah (Photo by Ksenia Chernaya from Pexels)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya tergelitik dengan unggahan di media sosial. Sebuah unggahan yang menceritakan seorang anak artis yang masih berusia balita dan sedang pulang sekolah. Dengan wajah yang kelihatan lelah dia melemparkan sepatu yang habis dipakainya begitu saja ke lantai.
ADVERTISEMENT
Si ibu yang kurang berkenan melihat tingkah anaknya pun lantas menegurnya. Mulai nada lembut sampai agak keras dia menyuruh anaknya untuk meletakkan sepatu di rak yang sebenarnya tidak terlalu jauh jaraknya.
Teguran ibunya tidak diindahkan dan dijawab anaknya dengan nada agak marah. “Mama… Aku bukan Mbak”. Walaupun akhirnya si ibu bisa memaksa anaknya untuk menuruti perintahnya, tapi jawaban anak tersebut sungguh mengagetkan.
Mungkin banyak juga anak-anak lain seperti itu di luar sana hanya saja tidak terekspos. Gambaran generasi sekarang yang semua serba mudah dan serba ‘mbak’. Sangat berbeda dengan zaman generasi sebelumnya yang lebih mandiri dan tidak manja.
Keadaan zaman sekarang memang sudah banyak berubah. Segala sisi kehidupan telah terbantu dengan begitu banyak kemudahan. Kemajuan teknologi juga memberi andil yang cukup besar terhadap perubahan sifat dan karakter manusia.
ADVERTISEMENT
Tingkat perekonomian juga jauh lebih baik dibandingkan beberapa belas tahun yang lalu. Keluarga muda saat ini bisa memulai kehidupan dengan modal yang lebih kuat. Dengan penghasilan yang cukup mereka mampu untuk mempekerjakan mbak asisten di rumah.
Tidak ada yang salah dengan fenomena ini. Karena pasti kebutuhan akan berbanding lurus dengan penghasilan. Namun yang perlu diperhatikan bahwa efek samping dari banyaknya bantuan yang diterima jangan sampai membuat anak menjadi kurang mandiri.
Jika kita bandingkan dengan pola asuh orang tua zaman dulu, akan kita temukan beberapa perbedaan. Zaman dahulu di saat hiburan satu-satunya televisi hitam putih yang siarannya adalah TVRI, hari Minggu adalah hari anak-anak merawat keperluan sekolahnya masing-masing. Sepatu, tas dan topi sekolah akan berjajar rapi dijemur di pagar rumah.
ADVERTISEMENT
Semua anak juga akan kebagian tugas rumah tangga. Menyapu, mencuci piring adalah tugas anak perempuan, sedangkan anak laki-laki akan membantu ayahnya membereskan sesuatu yang lebih membutuhkan tenaga. Sungguh kerja sama yang harmonis.
Dengan keberadaan ‘mbak’ pekerjaan rumah akan banyak terbantu. Namun mengajak anak-anak untuk ikut terlibat tidak kalah menyenangkan. Peran orang tua sangat penting untuk mengajak anak lebih aktif di rumah.
Saat ini yang banyak menjadi perhatian adalah sifat generasi muda kita yang cenderung ‘lembek’. Bahkan Prof. Rhenald Kasali menyebut istilah Strawberry Generation yaitu generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.
Penamaan strawberry adalah sebagai gambaran buah yang cantik, ranum, dengan rasa yang menyegarkan, manis sedikit asam, tetapi dengan tekstur yang sangat lembut sehingga lembek dan mudah tergores.
ADVERTISEMENT
Sebuah perumpamaan yang sebenarnya tidak begitu menyenangkan kita dengar, namun itulah gambaran yang secara fakta sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan segala fasilitas dan kemudahan yang mereka terima, akan sangat riskan bila orang tua tidak memberikan pendampingan yang cukup dalam pembentukan sikap mental dan karakter mereka.
Ada baiknya kita tetap menanamkan nilai-nilai perjuangan seperti yang kita dapatkan dari orang tua kita dulu. Memang harapan orang tua adalah anak-anak kita akan mempunyai nasib baik lebih dari kita. Tidak merasakan susah seperti yang pernah kita rasakan.
Untuk membawa anak-anak kita meraih cita-cita dan kehidupan yang lebih baik, mari kita persiapkan mereka dengan mental dan jiwa yang kuat dan tidak mudah rapuh.
ADVERTISEMENT