Konten dari Pengguna

Pin Polio dan Perannya: Meningkatkan Kesadaran Menghentikan Polio

Ralia Hafsah
Mahasiswa Ilmu Keperawtan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1 Oktober 2024 7:50 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ralia Hafsah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam upaya mewujudkan Indonesia yang bebas dari penyakit polio, pemerintah Republik Indonesia telah meluncurkan Program Sub PIN Polio sebagai respon terhadap meningkatnya kasus polio yang mengancam kesehatan anak-anak. Program ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan cakupan imunisasi polio, memutus rantai penularan virus polio, serta melindungi generasi muda dari risiko kelumpuhan permanen. Kendati demikian, pelaksanaan program ini dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kondisi geografis yang sulit dijangkau, terbatasnya sumber daya manusia, serta adanya penolakan imunisasi di beberapa daerah. Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah perlu meningkatkan koordinasi antar berbagai pihak terkait, memperkuat sistem surveilans, serta melakukan kampanye sosialisasi yang intensif kepada masyarakat.
Proses berlangsungnya PIN Polio
zoom-in-whitePerbesar
Proses berlangsungnya PIN Polio
Poliomyelitis (Polio) adalah penyakit yang menular dan dapat disebabkan oleh Virus polio yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Dimana virus ini menularkan melalui kotoran (feses) atau bisa dapat melalui sekret atau tenggorokan orang yang terinfeksi melalui tetesan cairan, bisa dapat dikatakan melalui batuk, ludah, ataupun bersin yang mengeluarkan air liur sehingga menyebabkan infeksi. Biasanya polio dapat berkembangbiak selama 4-35 hari. Polio ini sangat di utamakan bagi anak usia di bawah 5 tahun, dikarenakan usia balita sangat rentan terhadap penyakit terutama polio ini. (Andika & Amalia, 2024)
ADVERTISEMENT
Masa inkubasi virus polio umumnya berkisar antara 3 hingga 6 hari, di mana virus secara aktif memperbanyak diri dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala. Manifestasi klinis penyakit ini biasanya muncul 7 hingga 21 hari setelah infeksi awal. Tingkat keparahan gejala dan jenis kelumpuhan yang terjadi sangat bergantung pada sel saraf dimana yang diserang oleh virus. Jika sel saraf di medula spinalis yang rusak, maka akan terjadi kelumpuhan akut yang ditandai dengan atrofi otot. Sebaliknya, jika sel saraf di batang otak yang terkena, maka akan muncul kelumpuhan pada saraf kranial dan otot-otot pernapasan, yang dapat berujung pada kematian jika tidak segera ditangani. (Andika & Amalia, 2024). Adapun tanda gejala polio sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
1. Gejala ringan (minor illness)
Munculnya kumpulan gejala ringan seperti demam rendah, nyeri tenggorokan, sakit kepala, atau letargis dapat menjadi indikasi awal terjadinya infeksi virus polio akut. Gejala-gejala ini seringkali tidak spesifik dan dapat menyerupai gejala penyakit lain, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Periode inkubasi virus polio yang relatif singkat, yakni sekitar 1 hingga 4 hari, membuat gejala ini muncul dengan cepat setelah seseorang terpapar virus. Perlu diperhatikan bahwa gejala non-paralitik ini ditemukan pada 90-95% kasus polio dan umumnya bersifat self-limiting, artinya gejala akan hilang dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan medis.
2. Gejala berat (major illness)
infeksi virus polio dapat menimbulkan berbagai spektrum gejala, mulai dari yang ringan hingga berat. Dimulai dari gejala prodromal yang tidak spesifik seperti demam ringan, sakit tenggorokan, dan malaise, infeksi polio dapat berkembang menjadi berbagai bentuk penyakit. Poliomielitis abortif, yang ditandai dengan iritasi ringan pada meninges, umumnya bersifat self-limiting. Namun, pada beberapa kasus, infeksi dapat berprogresi menjadi poliomielitis non-paralitik yang menyerupai meningitis aseptik. Kondisi yang paling ditakutkan adalah poliomielitis paralitik, di mana terjadi kerusakan pada sel saraf motorik yang menyebabkan kelumpuhan. Bahkan setelah fase akut berlalu, penderita polio dapat mengalami sindrom pascapolio yang ditandai dengan kemunduran fungsi otot yang muncul bertahun-tahun kemudian.
ADVERTISEMENT
Dengan meningkatnya kasus polio yang terjadi, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) kembali menyelenggarakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio dalam dua tahapan di setiap provinsi di Indonesia. PIN Polio ini diselenggarakan dalam upaya merespon atas temuan kasus polio di beberapa daerah di Indonesia. Pelaksanaan PIN Imunisasi polio kepada seluruh anak yang berusia 0-7 tahun setiap anak yang dating ke posyandu dan melakukan kunjungan vaksinasi PIN putaran pertama. Pada tahap ini, akan diobservasi lebih lanjut untuk melihat adanya efek samping dalam imunisasi setelahnya. Dengan adanya Imunisasi dasar yang lengkap merupakan hal yang penting bagi orangtua lakukan. Dengan diberikannya vaksinasi mencegah adanya penyakit menular, sehingga vaksin dapat membuat kekebalan tubuh atau imunitas menjadi lebih meningkatkan. (Anggraini, dkk, 2024)
ADVERTISEMENT
Manfaat imunisasi memang tidak serta-merta terlihat secara langsung, namun dampaknya sangat signifikan dalam jangka panjang. Imunisasi berperan krusial dalam menurunkan angka kejadian penyakit menular, kecacatan, dan kematian, khususnya pada penyakit-penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi. Dengan kata lain, imunisasi adalah investasi jangka panjang bagi kesehatan masyarakat. Melalui program imunisasi rutin dan massal yang dilaksanakan secara berkelanjutan, pemerintah berupaya melindungi setiap individu, terutama anak-anak, dari ancaman penyakit menular. Program imunisasi rutin dan massal telah terbukti efektif dalam meningkatkan cakupan imunisasi, bahkan di daerah-daerah terpencil. Hal ini tercermin dari penurunan drastis kasus polio di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam memberikan akses imunisasi yang merata dan kampanye sosialisasi yang intensif. (Asri, dkk, 2024)
ADVERTISEMENT
Pendidikan kesehatan menjadi kunci dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Melalui berbagai media dan saluran komunikasi, masyarakat diberikan informasi yang akurat dan mudah dipahami mengenai manfaat imunisasi, cara kerjanya, dan jadwal imunisasi yang tepat. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi, sehingga mereka lebih termotivasi untuk membawa anak-anaknya imunisasi. (Asri, dkk, 2024)
Dengan demikian, imunisasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan hak setiap individu. Melalui kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, kita dapat mewujudkan Indonesia yang bebas dari penyakit menular dan memiliki generasi muda yang sehat dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Y., dkk. (2024). Mewujudkan Generasi Bebas Polio: Program Sub PIN Polio Di Puskesmas Mojolangu Malang City. Jurnal Pengabdian Masyarakat Global, 3 (2), 184 & 189. https://jurnaluniv45sby.ac.id/index.php/Cakrawala/article/view/2575/2187. Diakses pada tanggal 30 September 2024 pukul 20.33 WIB.
ADVERTISEMENT
Andika, K., & Amalia, D. (2024). Polio, Eradiksi, dan Vaksinasi. Jurnal Medika Nusantara, 2 (3), 35 & 37. https://www.jurnal.stikeskesdam4dip.ac.id/index.php/Medika/article/view/1166/895. Diakses pada tanggal 30 September 2024 pukul 20.35 WIB.
Anggraini, L., dkk. (2024). Pemberian PIN Polio pada Anak 0-7 Tahun Putaran Pertama di Posyandu Delima Wilayah Puskesmas Kayu Putih Agustus 2024. Jurnal Abdimas Sains, 1 (2), 60. https://jas.stikep-ppnijabar.ac.id/index.php/jas/article/view/10. Diakses pada tanggal 30 September 2024 pukul 20.38 WIB.