Drama Mengungkap Petunjuk di Kolaborasi

Rama Swahuda
Sarjana Kriminologi
Konten dari Pengguna
14 Agustus 2019 10:22 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rama Swahuda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Last day di divisi kolaborasi, kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Last day di divisi kolaborasi, kumparan.
Prolog
ADVERTISEMENT
Saya, si pembaca. Divisi Kolaborasi adalah petunjuk dalam berita kriminal. Bagi saya, setiap momen yang ada di Divisi Kolaborasi punya 1001 ‘petunjuk’ untuk dipelajari setiap harinya.
Drama—ada Rama dalam kata drama (enggak penting)—sudah dimulai bahkan sejak malam sebelum saya pertama masuk sebagai pemagang di Divisi Kolaborasi. Malam itu, sebelum hari pertama saya masuk, saya sibuk mencari laptop yang bisa saya pinjam untuk bekerja di kumparan. Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB saat saya terbaring di tempat tidur dengan sebuah laptop pinjaman untuk esok hari.
Ketika tombol ‘power’ ditekan, layar laptop itu menyala dibarengi suara ‘tek tek tek’ dari bagian bawah laptop itu. Entah dari mana asalnya suara itu, yang jelas ada kaitannya mengapa laptop ini tidak mau menyala saat saya coba nyalakan pukul 4 pagi. Panik seketika.
ADVERTISEMENT
Saya langsung hubungi salah satu kawan saya yang tinggal di Cibubur. Saya ingat betul dia punya satu laptop yang tidak dipakai. Sengaja saya hubungi dia sepagi itu supaya ada waktu untuk ambil ‘barang’ ke Cibubur. Tidak disangka, ini kata dia.
“Saya kirim pake ojol, Ka. Sudah saya bayar. Enggak usah diganti.”
Jika dianalogikan dengan level gunung api, ini sudah pada level 'siaga'. Bisa saja erupsi. Saya menahan haru.
Setibanya di kantor, saya yang masih khawatir soal laptop ini memberanikan diri untuk menyapa tim timeline yang tengah bekerja. Kak Anggita, salah satu tim timeline memberikan sebuah kunci loker. Saya bertanya-tanya. Ini kata dia.
Rama, ya? Ini kunci loker 26, ada laptop untuk kamu pakai.”
ADVERTISEMENT
Kalau masih pakai analogi gunung api, ini sudah pada status 'awas'. Bisa tiba-tiba meletus.
Setelah drama pencarian laptop tengah malam hingga pagi hari. Divisi ini meminjamkan sebuah laptop canggih untuk pemagang seperti saya bekerja.
Pertama kali foto bersama tim.
Petunjuk Itu Ilmu
Itu hanya ungkapan untuk menggambarkan banyaknya ilmu yang bisa diambil dari pengalaman magang di Divisi Kolaborasi kumparan. Magang sebagai asisten editor, atau collaboration officer, atau asisten dari asisten editor, atau asisten redaktur di Kolaborasi, merupakan pengalaman baru bagi saya yang sebelumnya asisten guru di Sekolah Dasar ini.
Saya yang tadinya berhadapan dengan siswa Sekolah Dasar (SD) setiap hari, sekarang berhadapan dengan puluhan artikel yang harus disunting. Tapi di sana letak ‘keajaiban’ tim timeline yang membuat saya takjub. Dengan koordinasi antar tim dan sistem recheck, mereka mampu membimbing orang yang belum pernah dapat pelatihan menyunting seperti saya ini.
ADVERTISEMENT
Menegur apabila ada kesalahan, merupakan salah satu pengalaman berharga sewaktu magang di divisi kolaborasi. Setidaknya ini mengajarkan saya beberapa hal: berani menegur, menyampaikan kritik dengan cara yang baik, belajar dari kesalahan yang tidak dilihat oleh diri sendiri, hingga belajar menerima kritik.
Tidak hanya perihal teknis. Saya belajar hal berharga lainnya tidak lama setelah saya memulai masa magang.
Saya ingat, kurang lebih begitu. Sebuah kalimat dari seorang yang saya nilai sebagai seorang idealis. Seorang role model. Saya mendengar kata–kata itu kala saya menghadiri rapat perdana sebagai pemagang.
Selain menanamkan idealisme jurnalisme, banyak momen yang tidak bisa dilupakan. Saya ingat saya melihat Mas Wandha yang cekikikan melihat ilustrasi penguin pada berita Pilpres beberapa waktu lalu. Atau saat Mas Gaga meminta saya menulis tanggapan atas tragedi Christchurch yang pada akhirnya saya belajar bagaimana cara menulis dengan baik.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, tim ini mengajarkan santuy dalam tekanan. Beberapa kegiatan rekreasi juga saya dapatkan di sini. Beberapa di antaranya adalah jokes-jokes ringan yang dilontarkan, makan bersama, hingga nobar ‘Endgame’ satu kantor.
Foto bersama saat berangkat untuk 'nobar' Endgame.
Pertama kali merasakan makan bersama satu divisi.
Di Belakang Tim yang Hebat, Ada Orang-orang yang Kuat
“Anggita!!”
Sekitar pukul 11 siang, suara ini sering terdengar dari pintu masuk kantor di Jl. Amil. Uniknya, suara itu berhasil membuat siapa yang mendengarnya untuk beristigfar.
Tim ini punya personel yang beragam. Mulai dari Kak Cia yang berhasil membuat se-Divisi Kolaborasi beristigfar, sampai Mas Wandha yang jadi panutan. Mas Katon yang sangat militan, Mas Bagas yang berwawasan luas soal militer. Kak Senja yang sering kasih feedback, Kak Marisa yang keibuan, Kak Anggita yang jenaka, Kak Selli yang ceria, Kak Lolita yang easy going, Kak Ela dengan kepolosannya, Kak Emong yang tough, Tiara yang smart, Kak Audrey dan Kak Denia yang enggak rame kalau enggak ada mereka, Mirna yang multi-talent, dan Nadira si rajin.
ADVERTISEMENT
Tentu, tim yang hebat seperti ini tidak lepas dari leader yang tak kalah luar biasa, Mas Gaga dan Mbak Dhini. Terima kasih banyak atas kesempatannya untuk dapat berkontribusi di divisi kolaborasi. Terima kasih banyak atas segala ilmu yang diberikan selama magang di kumparan.
Pada akhirnya, judul 'Drama Mengungkap Petunjuk di Kolaborasi' merepresentasikan rasa penasaran saya pada tiap momen di masa magang. Rasa penasaran untuk mengungkap ilmu, mengungkap petunjuk. Tim yang berhasil mendidik anak magangnya, tim yang berhasil menggali potensi anak magangnya, tim yang berhasil mengungkap salah satu anak magangnya melalui tulisan.
Terima kasih, Divisi Kolaborasi, kumparan.
ADVERTISEMENT