Kajian Kriminologi: Menyoal Sulitnya Menunda Merokok saat Berkendara

Rama Swahuda
Sarjana Kriminologi
Konten dari Pengguna
21 April 2019 11:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rama Swahuda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi. sumber: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi. sumber: pixabay
ADVERTISEMENT
Sebanyak 652 pengendara harus berhadapan dengan petugas kepolisian hari itu. Bak butterfly effect, perkara sepele yang diusut kepolisian saat itu berpotensi menyebabkan kerugian besar.
ADVERTISEMENT
Sebatang rokok, yang dijepit di antara kedua jari telunjuk dan jari tengah pengendara, mampu mengganggu konsentrasi pengendara dan membahayakan pengendara lain. Sepele, kan?
Berkaca dari peristiwa penegakan hukum pada kasus merokok saat berkendara di Medan, maka muncul pertanyaan berikutnya. Berapa banyak pengendara yang akan terjaring di wilayah lain? Misal, Jakarta, Bekasi, Depok, atau Bogor. Mungkinkah, jumlahnya lebih besar?
Dilakukan saat tidak mengemudi pun sudah menyebabkan perkara. Bagaimana jika dilakukan saat berkendara? Terdengar sepele. Namun, hal yang sepele ini akan menarik jika dikaji dari segi kontrol diri (self-control) dalam kacamata kriminologi.
Sulit menunda merokok, rasionalkah?
Istilah baru yang akan dibahas di sini adalah menunda kesenangan (delayed gratification). ‘Sabar’, merupakan kata yang lebih populer untuk memudahkan pemahaman.
ADVERTISEMENT
Salah satu penelitian yang terkenal terkait delayed gratification adalah eksperimen marshmallow yang meneliti kemampuan anak untuk menunda kesenangan.
Dalam eksperimen tersebut, anak-anak dijanjikan marshmallow lebih banyak, apabila mereka mau bersabar untuk menunggu peneliti hingga kembali. Dari sana, kita belajar bahwa untuk mendapatkan marshmallow yang lebih banyak, anak-anak harus bersabar.
Lantas, apa kaitannya dengan merokok saat berkendara? Mari kita sepakati sebelumnya bahwa tujuan sebagian besar orang merokok adalah untuk kepuasan pribadi.
Sebagai rasionalisasi terhadap perilaku merokok saat mengemudi, motif pelaku adalah rekreasi di dalam kerasnya jalan raya. Untuk memperoleh kenikmatan berekreasi yang lebih maksimal, maka sejatinya, mereka harus menunggu keadaan yang lebih kondusif, dan saya yakin itu bukan di atas motor.
ADVERTISEMENT
Meminjam pemikiran seorang profesor kriminologi bernama Jeff Ferrel, di mana ia menjelaskan bahwa dalam dunia post-modern, masyarakat memiliki kegundahan dalam menentukan pilihan yang begitu banyak.
Globalisasi, perkembangan teknologi yang begitu pesat, hingga internet menciptakan dunia yang bebas seakan terlepas dari ruang dan waktu. Segala sesuatu dapat diakses melalui internet secara instan. Beragam pilihan tersedia, mulai dari model pakaian hingga ideologi.
Jeff Ferrel menilai kondisi ini menyebabkan masyarakat bingung dan takut akan pilihan yang begitu banyak, sehingga masyarakat cenderung sensitif.
Masyarakat bingung. Secara sadar atau tidak, mereka memiliki tekanan dari dunia mereka. Ini menjadi rasionalisasi bagi perokok bahwa perilaku mereka adalah bentuk rekreasi di saat tekanan dunia mencekik mereka. Bahkan, di saat mereka berkendara.
ADVERTISEMENT
Namun, pertanyaannya sederhana. Bisakah menunggu sebentar setelah selesai mengemudi?
‘Rantai pelanggaran’ dari kasus menahan diri dari merokok saat mengemudi
Mengamati kasus itu dari segi mikro, manusia memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku mereka. Travis Hirschi dan Michael Gottfredson, pada tahun 1990, mengagas general theory of crime yang menjadikan kontrol diri (self-control) sebagai variabel utama dalam menjelaskan kejahatan.
Teori ini juga dikenal dengan self-control theory atau teori kontrol diri. Dengan teori ini, saya berpendapat bahwa sulitnya untuk tidak merokok saat berkendara memiliki kaitan dengan kasus pelanggaran lainnya.
Hirschi dan Gottfredson berargumen bahwa manusia selalu memiliki keinginan yang ingin mereka raih. Dalam konteks penyimpangan atau kejahatan, kontrol diri menjadi penentu seorang manusia untuk melakukan kejahatan atau tidak.
ADVERTISEMENT
Individu dengan kontrol diri yang lemah memiliki kecenderungan untuk berperilaku impulsif, pengambil risiko, mencari kesenangan instan dan cenderung mudah melakukan penyimpangan.
Apa kaitannya dengan merokok saat mengemudi? Pertama, perilaku tersebut merupakan pelanggaran karena telah diatur pada UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Kedua, ini adalah bentuk ketidakmampuan seseorang untuk menunda sedikit kesenangannya, dan memilih untuk melanggar peraturan. Bayangkan, apabila sifat itu terus dipelihara. Mungkinkah timbul penyimpangan dan pelanggaran yang lain?
Ini masalah. Fenomena merokok saat berkendara menjadi bukti otentik sulitnya orang menunda kesenangannya untuk merokok pada keadaan yang lebih kondusif. Tidak sabaran.
Ini sekaligus menjelaskan mengapa banyak pelanggaran lalu lintas lainnya seperti mengemudi melawan arus, melanggar lampu merah, hingga mengemudi melewati batas kecepatan.
ADVERTISEMENT
Tidak berhenti di sana. Teori kontrol diri juga membahas variabel tersebut dalam menjelaskan kasus perkosaan, pencurian hingga pembunuhan. Apabila hal sederhana seperti menunda merokok saat berkendara menjadi sulit, maka ini akan merambat pada penyimpangan lainnya.
Pentingnya kontrol diri
ilustrasi self-control. sumber: pixabay
Tidak melulu pelaku merokok saat berkendara akan melakukan pelanggaran lainnya. Kasus tersebut merupakan salah satu dari indikator minimnya kontrol diri pada seorang individu.
Berkaca dari kasus tersebut, alangkah bijaknya apabila kita sama-sama mengkaji ulang dengan melontarkan pertanyaan "ada apa dengan masyarakat kita?".
Apabila kasus tersebut menggambarkan lemahnya kontrol diri, maka ini akan menjadi penyebab munculnya rantai pelanggaran.
Kabar baiknya, kontrol diri merupakan hal yang dapat dilatih. Mengutip argumentasi Baumeister, Vohs, dan Tice, kontrol diri diibaratkan seperti otot yang bisa dilatih. Semakin sering dilatih, akan semakin kuat. Inilah pentingnya bersabar, dimulai dari menunda kesenangan pada waktu yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Jika kita akhir-akhir ini mendapati kasus kejahatan yang menjamur, maka salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah memperhatikan kontrol diri.
Bagaimana kabar kontrol diri kita?