Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Peran "Krusial" Fisikawan Medis dalam Tim Kedokteran Nuklir
26 Mei 2024 14:47 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ramacos Fardela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fisika kedokteran nuklir adalah cabang ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip fisika untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit dengan memanfaatkan radioisotop. Dalam bidang ini, fisikawan medis memainkan peran penting untuk memastikan keamanan, ketepatan, dan efektivitas prosedur medis yang melibatkan radiasi. Artikel ini membahas peran penting fisikawan medis dalam tim Kedokteran Nuklir, termasuk tanggung jawab utama dan kontribusi Fisikawan medis terhadap kesuksesan terapi dan diagnosis pasien.
ADVERTISEMENT
Tugas dan Tanggung Jawab Fisikawan Medis
Fisikawan medis memiliki tanggung jawab utama dalam aspek teknis dan keselamatan penggunaan teknologi nuklir di bidang kedokteran. Berikut adalah beberapa tugas utama fisikawan medis:
Kalibrasi dan Pemeliharaan Peralatan
Fisikawan medis bertanggung jawab untuk melakukan kalibrasi rutin dan pemeliharaan peralatan pencitraan dan terapi nuklir seperti PET (Positron Emission Tomography), SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography), dan mesin terapi radiasi. Hal ini memastikan bahwa semua peralatan beroperasi dengan akurasi tinggi, mengurangi risiko kesalahan dalam diagnosis dan terapi.
Perencanaan Terapi Radiasi
Dalam terapi radiasi, fisikawan medis bekerja sama dengan ahli onkologi radiasi untuk merencanakan dosis radiasi yang tepat bagi pasien. Mereka menggunakan perangkat lunak khusus untuk menghitung distribusi dosis yang optimal, memastikan jaringan sehat di sekitar tumor terlindungi dari paparan radiasi yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Pengawasan dan Proteksi Radiasi
Keselamatan radiasi adalah prioritas utama dalam kedokteran nuklir. Fisikawan medis memastikan bahwa prosedur proteksi radiasi dijalankan dengan baik untuk melindungi pasien, staf medis, dan lingkungan. Ini mencakup pemantauan dosis radiasi yang diterima oleh pasien dan tenaga medis serta pelatihan staf dalam protokol keselamatan radiasi.
Penelitian dan Pengembangan
Fisikawan medis juga terlibat dalam penelitian dan pengembangan teknologi baru di bidang kedokteran nuklir. Mereka bekerja pada peningkatan teknik pencitraan, pengembangan radiofarmaka baru, dan inovasi dalam metode terapi radiasi. Penelitian mereka sering kali berkontribusi pada kemajuan signifikan dalam diagnosis dan pengobatan penyakit.
Kolaborasi Interdisipliner
Kerja sama tim adalah kunci sukses dalam kedokteran nuklir. Fisikawan medis bekerja erat dengan berbagai profesional medis, termasuk dokter spesialis, radiografer, teknisi nuklir, dan perawat. Kolaborasi ini memastikan bahwa setiap aspek perawatan pasien dilakukan dengan standar tertinggi.
ADVERTISEMENT
Contoh nyata dari kolaborasi ini adalah dalam perencanaan dan pelaksanaan terapi radionuklida. Fisikawan medis bersama dengan dokter onkologi menentukan dosis optimal radioisotop yang harus diberikan kepada pasien untuk mencapai hasil terapi yang maksimal sambil meminimalkan efek samping.
Pendidikan dan Pelatihan
Untuk menjadi fisikawan medis, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang ekstensif. Ini melibatkan gelar sarjana dalam fisika atau bidang terkait seperti Teknik Nuklir (UGM), diikuti dengan program magister atau doktoral dalam fisika medis (sesuai standar internasional). Selain itu, sertifikasi dan pelatihan berkelanjutan juga penting untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi dan metodologi terbaru di bidang ini, seperti Residensi dan Pendidikan Profesi Fisikawan Medik (untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) bidang kesehatan di Indonesia).
ADVERTISEMENT
Studi Kasus: Terapi Radionuklida dalam Pengobatan Kanker Tiroid
Salah satu contoh konkret peran fisikawan medis adalah dalam terapi radionuklida untuk pengobatan kanker tiroid. Iodium-131 (I-131) sering digunakan untuk menghancurkan jaringan tiroid yang abnormal. Fisikawan medis bertugas menghitung dosis yang tepat berdasarkan berat badan pasien, fungsi tiroid, dan tingkat penyerapan radioiodin oleh tubuh. Mereka juga memastikan bahwa distribusi dosis tersebut aman dan efektif untuk menghancurkan sel kanker tanpa merusak jaringan sehat. Selain itu, karena dosis untuk terapi ini besar maka pasien di Isolasikan pada ruang khusu dan pemantauan radiasi terhadap pasien tersebut merupakan salah satu tugas Fisikawan Medis.
Kesimpulan
Peran fisikawan medis dalam tim kedokteran nuklir sangat vital untuk keberhasilan diagnosis dan terapi yang melibatkan radiasi. Dengan tanggung jawab mulai dari kalibrasi peralatan hingga perencanaan terapi dan proteksi radiasi, fisikawan medis memastikan bahwa teknologi kedokteran nuklir digunakan dengan aman dan efektif. Kolaborasi Fisikawan Medis dengan profesional medis lainnya menciptakan pendekatan interdisipliner yang meningkatkan kualitas perawatan pasien dan mendorong inovasi dalam bidang medis.
ADVERTISEMENT
Referensi
Cherry, S. R., Sorenson, J. A., & Phelps, M. E. (2012). Physics in Nuclear Medicine. Elsevier Health Sciences.
Mettler, F. A., & Guiberteau, M. J. (2018). Essentials of Nuclear Medicine and Molecular Imaging. Elsevier.
IAEA. (2014). Radiation Protection and Safety of Radiation Sources: International Basic Safety Standards. International Atomic Energy Agency.
ICRP. (2007). The 2007 Recommendations of the International Commission on Radiological Protection. Annals of the ICRP, 37(2-4).