Suara yang Teredam

Ramaliyana Nur Maqfiroh
Mahasiswi aktif program studi Manajemen Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
18 Desember 2023 14:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ramaliyana Nur Maqfiroh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak bisakah mendengarkan keinginanku, yah, bun?
Ilustrasi remaja frustasi. Foto: Freepik.com
Pernahkah kamu berpikir seperti itu ketika sedang berhadapan dengan orang tua? Kamu merasa bahwa pendapatmu perlu didengar, suaramu perlu dipertimbangkan. Kamu sudah dapat menentukan pilihanmu sendiri, dapat menentukan arah dan tujuan hidupmu kedepannya.
ADVERTISEMENT
Saya pernah berpikir seperti itu di awal masuk perguruan tinggi. Pikiran seperti itu bermula ketika orang tua menyuruh saya untuk melanjutkan pendidikan dengan jurusan pilihan orang tua dan melarang saya untuk mengambil jurusan impian yang sudah di depan mata. Karena itu, saya menjalani hari dengan penuh keterpaksaan. Saya pulang ke rumah sesuka hati, jarang membalas pesan orang tua, dan bahkan sengaja menjauh agar tidak terlibat komunikasi dengan orang tua. Sampai akhirnya, saya menyadari bahwa pikiran ini tidak hanya saya sendiri yang merasakan, tetapi juga banyak anak yang mengalami kejadian seperti saya.
Menurut Gunarsa (1999:76-77), anak dapat menarik diri dari orang tuanya karena anak merasa tidak puas atau tidak memberi respon positif dengan keputusan yang ditentukan orang tua dan akan berdampak negatif pada hubungan komunikasi orang tua dengan anak. Pendapat tersebut semakin menguatkan kita bahwa tidak lagi berkomunikasi dengan orang tua adalah hal wajar saat keputusan yang dibuat oleh mereka tidak dapat kita terima dengan baik.
ADVERTISEMENT
Apakah hanya orang tua yang bisa memutuskan? Lalu bagaimana dengan pendapat anak? Jangan cemas! Sekarang sudah bukan saatnya kita terus-menerus memperdebatkan bahwa kita harus didengar atau kita dapat terus menarik diri dari orang tua. Kamu bisa melihat sendiri bukti nyatanya, yakni Shania Indira Putri, seorang mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember jurusan Teknik Kelautan sekaligus public speaker, duta ITS, dan penerima beasiswa ruangguru yang berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Ia menekuni jurusan kuliah atas dasar pilihan orang tua, ia membuktikan bahwa jurusan kuliah pilihan orang tua tidak seburuk yang dipikirkan dan bukanlah suatu penghambat kesuksesannya. Selain itu, ia juga selalu meyakini diri, bahwa pilihan orang tuanya adalah jalan terbaik untuk masa depannya kelak.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya dengan perlahan, saya coba meyakinkan diri, memantapkan hati agar dapat seperti Shania yang bisa menerima segala keputusan orang tuanya. Awalnya memang sangat berat dan membutuhkan waktu untuk dapat ikhlas. Namun, nyatanya semua tidaklah sia-sia. Karena sekarang, saya sudah menjalani hari-hari dengan penuh keceriaan, dengan bermain bersama teman-teman, aktif orgnisasi, mengikuti perlombaan, dan pastinya masih banyak hal menyenangkan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Dengan mencoba untuk ikhlas juga memberikan saya rasa nyaman dan tentram dalam hati. Menurut Dr. Rostiana, S.Psi., M.Si. selaku Psikolog sekaligus Dosen Psikologi menyatakan bahwa ketika yang kita harapkan tidak tercapai sesuai yang direncanakan, maka kepada keikhlasanlah kita dapat berlindung, karena dengan ikhlas kita akan mendapatkan ketentraman jiwa, rasa bebas dalam hati, serta banyaknya energi positif. Jadi, hal terpenting dari proses ikhlas adalah, kita yakin bahwa apapun yang terjadi dengan diri kita, pastilah skenario terbaik yang sudah diatur oleh-Nya. Selain itu juga, ikhlas di sini dapat menjadi bentuk rasa hormat atau berbakti kita kepada kedua orang tua pastinya.
Ilustrasi perasaan bahagia karena telah ikhlas. Foto: Freepik.com
Bagi kalian yang masih merasa seperti tidak didengar, tidak dihargai, tidak dipedulikan, atau bahkan merasa kalian tidak dianggap. Sekarang adalah waktunya! Ya waktunya kalian untuk menghentikan pemikiran seperti itu. Mungkin semua akan terasa sulit di awal, terlebih jika situasi yang kita rasakan memang benar-benar membuat diri kita kecewa. Tetapi jika kita mau berusaha pasti akan bisa! Sekarang lah saatnya, untuk kita membuktikan dengan jurusan apapun, entah pilihan diri kita sendiri atau bahkan pilihan orang tua, kita akan tetap berhasil.
ADVERTISEMENT
Pertama, maafkanlah orang tua yang memang kamu anggap seringkali tidak mendengarkan keinginanmu. Orang tua kamu mungkin tidak memberi kebebasan, suaranya selalu lebih keras dari suaramu, atau bahkan tatapan matanya akan menajam jika kamu tidak mengikuti aturannya, tetapi maafkanlah. “... the weak can never forgive. Forgiveness is an attribute of the strong.” – Mahatma Gandhi.
Agar dapat lebih mudah memaafkan orang tuamu, cobalah mengingat setiap kebaikan yang sudah mereka lakukan untukmu, semua kasih sayang, cinta, bahkan pengorbanan yang selama ini mereka perjuangkan hanya untuk memenuhi setiap mimpi dan keinginanmu di masa lalu. Lihatlah barang-barangmu seperti pakaian terkini, sepatu sport, tas bermerek, atau bahkan tempat berteduh yang nyaman – rumah yang telah diberikan oleh orang tuamu. Jika tidak ada mereka, apakah mungkin kamu memiliki semua itu saat ini? Jadi, dibanding memikirkan terus-menerus satu kesalahan yang mereka lakukan, lebih baik saat ini cobalah ikhlas menerima keputusan yang mereka tujukan demi masa depanmu.
ADVERTISEMENT
Kedua, perbaiki komunikasi dengan orang tua kamu, karena jika hanya sekedar memaafkan saja tanpa memperbaiki komunikasi, rasanya seperti memasak makanan tanpa bumbu – hambar. Ini tidak akan sulit, kok. Jika memang kamu sudah memaafkan dan mencoba untuk ikhlas, semua akan terasa lancar tanpa hambatan, seperti saat kamu mengendarai mobil di jalan tol – tidak ada rambu lalu lintas, atau polisi tidur yang menghambat perjalananmu.
Ilustrasi Ibu dan anak sedang berkomunikasi. Foto: Freepik.com
Psikolog keluarga dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jawa Tengah, Cabang Barlingmascakeb, Ketti Murtini berpendapat bahwa komunikasi antara orang tua dengan anak adalah hal utama dalam keluarga demi mempertahankan keharmonisan dalam keluarga sekaligus memberikan dampak positif terhadap psikologis anak. Jadi, sampai kapan terus menahan diri dan membiarkan dirimu dihantui perasaan bersalah karena sudah menarik diri untuk tidak lagi berkomunikasi dengan orang tua? Mulailah secara perlahan, bertahap, dan berkelanjutan, karena kita semua akan bisa apabila sudah terbiasa.
ADVERTISEMENT
Ketiga, coba membuka diri untuk menerima jurusanmu saat ini. Jika sebelumnya kamu selalu berpikir dan berangan bahwa jurusan terbaik untukmu adalah jurusan keinginanmu. Maka cobalah mencari tahu tentang jurusan pilihan orang tuamu yang kamu tekuni saat ini. Mulai dari hal menarik apa saja yang bisa kamu lakukan di jurusan tersebut, prospek kerja dalam jangka panjang, mata kuliah yang mudah, atau bahkan hal-hal yang perlu kamu sadari. Seperti, ternyata kakak tingkat di jurusan kamu saat ini tidak senioritas, kamu memiliki lingkup pertemanan yang sangat mendukung, dan hal lainnya yang memang belum kamu sadari saat ini. Karena kita tidak pernah tahu kan, jika tidak di jurusan pilihan orang tua saat ini, apakah kitaa tetap akan mendapatkan semua hal itu? Kita juga tidak tahu, lingkup pertemanan apa yang akan kita temui jika tetap memaksa dengan pilihan jurusan yang kita inginkan. Banyak hal di dunia ini yang belum kita ketahui akan berlangsung baik atau tidak di kehidupan kita. Jadi, yang dapat kita lakukan adalah menyadari semua kebaikan di hidup kita saat ini sebelum semuanya terlambat dan tidak berarti lagi.
ADVERTISEMENT
Keempat, atau yang terakhir adalah mencari kegiatan yang memang sesuai atau selinear dengan jurusan yang dahulu kamu inginkan. Hal ini bertujuan supaya, dalam menjalani kegiatan sehari-hari, kamu tidak akan dihantui rasa penasaran yang mendalam, atau berandai-andai seperti, “kira-kira kalau aku masuk jurusan yang aku impikan, aku akan seperti apa, ya?” “akan belajar apa saja, ya?”. Nah, dengan melakukan itu, kamu pasti perlahan dapat bangkit dan bersemangat lagi untuk menjalani segala aktivitas sehari-hari, baik aktivitas di jurusanmu, atau bahkan di luar itu sekalipun.
Menerima sebuah kenyataan yang bukan bagian dari pilihan ataupun keinginan kita adalah suatu hal yang sulit. Namun, bukan berarti tidak mungkin, kan? Karena kesuksesan tetap akan menjadi milik mereka yang mau berjuang dan berusaha. Terlebih jika kita sudah memaafkan semuanya, berdamai dengan segala yang terjadi, dan mensyukuri semua yang menjadi milik kita saat ini. Jadi, mulai sekarang terus eratkan komunikasimu dengan orang tua! Banggalah dengan jurusanmu saat ini! Karena, jika kamu masih tidak bisa menerima semua itu, diri kamu sendirilah yang akan menjalani hidup dengan penuh rasa ketidaknyaman. Kamu juga ingin membuktikan kepada semua orang bahwa kamu bisa bukan? Kalau begitu, tunggu apa lagi? Sekarang saatnya bangkit dan memulai perjuanganmu, ya!
ADVERTISEMENT