Konten dari Pengguna

Kesederhanaan Semu

Ramanda Bima Prayuda
Saya merupakan mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Politik di Universitas Negeri Semarang.
20 Agustus 2024 11:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ramanda Bima Prayuda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Karya penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Karya penulis
ADVERTISEMENT
Kesederhanaan merupakan suatu nilai yang positif dalam kehidupan. Hal tersebut tercermin dalam diri Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo ketika awal masa jabatannya. Sikap sederhana yang ditunjukkannya tidak hanya dalam gaya hidup pribadi, tetapi juga dalam pendekatannya terhadap pemerintahan dan pelayanan publik. Presiden Jokowi sering terlihat mengenakan pakaian yang sederhana dan memilih untuk menghindari kemewahan yang berlebihan. Kesederhanaannya juga tercermin dalam cara ia berkomunikasi dengan rakyat, yang seringkali dilakukan secara langsung dan tanpa perantara, melalui kunjungan ke berbagai daerah dan bertemu langsung dengan masyarakat. Hal ini membuatnya lebih dekat dengan rakyat, sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan dan keterikatan yang kuat antara presiden dan warganya. Kesederhanaan yang ditunjukkan oleh Presiden Jokowi tidak hanya menjadi contoh bagi para pejabat lainnya, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk menjalani kehidupan dengan lebih rendah hati dan fokus pada esensi dari pelayanan publik dan pengabdian kepada bangsa. Semua itu mulai berubah ketika Presiden Jokowi di akhir masa jabatannya. Apakah kesederhanaan tersebut sungguh tulus dari dalam hati, atau di balik kesederhaan ada keserakahan?
ADVERTISEMENT

Huru-Hara Hadiah untuk Presiden Jokowi

Masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera berakhir pada Oktober 2024, dan setelah itu, ia akan menerima 'hadiah' berupa rumah dari negara sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasanya. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 UU Nomor 7 Tahun 1978 tentang Hak Keuangan/Administratif Presiden dan Wakil Presiden serta Bekas Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Rumah hadiah pemberian negara untuk Presiden Jokowi yang berada di Jalan Adi Sucipto, Desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, segera dibangun. Kini lahan rumah tersebut sudah mulai dipasang penutup dengan seng. Awalnya, lahan untuk rumah Jokowi itu hanya seluas 9.000 m2. Saat ini, diperluas menjadi 12.000 m2 atau lebih dari 1 hektare. "Iya, awalnya dulu 9.000 meter persegi, sekarang luasnya 12 ribu berapa gitu, ada empat patok," kata Slamet Wiyono, Kepala Desa Blulukan (news.detik.com). Selain itu, menurut Setya Utama (Sesmen Kemensetneg), luas lahan tersebut sudah sesuai dengan pagu anggaran yang ditentukan. "Besaran anggarannya diatur di Permenkeu 120/PMK.06/2022 tentang Penyediaan, Standar Kelayakan, dan Perhitungan Nilai Rumah Kediaman bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden RI," lanjut Setya, Jokowi juga memilih sendiri lokasi lahan tersebut, sehingga pertimbangannya hanya diketahui oleh Presiden Jokowi dan keluarga.
ADVERTISEMENT

Korea Haruslah Tetap Menjadi Korea

‘Korea’ menurut Ir. Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul adalah orang yang berasal dari kelas bawah. Mereka biasanya berada dalam belenggu kemiskinan. Akan tetapi, seorang ‘korea’ punya kehendak subjektif yang tinggi. Dengan keteguhan hati dan keuletannya, mereka kemudian mampu untuk menduduki strata sosial tingkat atas. Hal tersebut sangat sesuai dengan Presiden Joko Widodo. Keluarga Jokowi seperti keluarga pada umumnya. Orangtua bekerja keras supaya keluarga dapat hidup sejahtera, namun orang tua Jokowi bukanlah berasal dari kalangan ningrat, bukan juga dari kalangan borjuis. Dalam wawancara bersama The Economist (dikutip dari tayangan YouTube The Economist), dikatakan bahwa Joko Widodo akan kembali ke Solo sebagai warga biasa setelah masa jabatannya berakhir pada 2024. "Saya akan kembali ke kota saya, Solo, sebagai rakyat biasa," kata Jokowi. Ia juga mengatakan bahwa akan aktif di sektor lingkungan hidup. Pertanyaan mendasar oleh penulis yaitu “Apakah Presiden Jokowi sungguh sebagai seorang `Korea`?” Melihat permainan catur oleh Jokowi yang semakin sadis dan mebabi buta sungguh membuat penulis khawatir akan masa depan Indonesia. Rakyat harus menabung Tapera, tetapi pejabat yang menjadi kaya raya.
ADVERTISEMENT
Ramanda Bima Prayuda
Mahasiswa S1 Ilmu Politik, Universitas Negeri Semarang