Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Mudik: Kumpul Keluarga atau Tradisi Tahunan?
1 April 2025 12:08 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ramanda Bima Prayuda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Mudik merupakan istilah yang sudah biasa kita dengar. Tentunya hal tersebut sangat identik dengan arus lalu lintas yang padat dikarenakan para perantau kembali dari tanah rantauan menuju tanah kelahiran. Berbagai perspektif bergelontaran ke sana kemari memaknai apa itu mudik. Ada yang mengatakan bahwa mudik itu moment kumpul keluarga, namun ada juga yang mengatakan sebagai tradisi tahunan yang hanya berjalan begitu saja. Menarik untuk kita refleksikan “Sebenarnya apa sih yang kita maknai dari mudik?” Mungkin lebih tepat jika kita maknai secara perorangan karena bergantung pada apa yang menjadi tujuan kita ketika mudik.
ADVERTISEMENT
Kehangatan Keluarga Ketika Mudik
Orang merantau karena berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk belajar mandiri, tuntutan pendidikan, kebutuhan ekonomi, hingga berbagai alasan pribadi lainnya. Tidak jarang, para perantau merasa homesick (rindu rumah). Rasa rindu ini merupakan hal yang wajar, apalagi setelah mereka lelah menghadapi dinamika kehidupan di perantauan, ditambah dengan perasaan kesepian yang kadang datang. Di rumah, mereka mungkin terbiasa bercanda tawa bersama keluarga atau menikmati kebersamaan sederhana seperti makan masakan orang tua. Hal-hal seperti itulah yang sering kali dirindukan oleh perantau, menciptakan keinginan untuk kembali ke suasana rumah yang penuh kehangatan. Dalam kondisi seperti ini, mudik menjadi obat yang paling ampuh untuk meredakan kerinduan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Mukhamad Bayu Kelana, seorang pemudik, dalam obrolan singkat dengan penulis, "Saya mudik karena saya rindu dengan suasana rumah, apalagi saat Idul Fitri, pasti di rumah itu selalu ada opor ayam dan ketupat masakan Mamak." Dari pernyataan tersebut, kita bisa merasakan bagaimana mudik menjadi momen untuk merasakan kehangatan itu kembali.
ADVERTISEMENT
Mudik Seperti Air Mengalir
Terkadang kita sering terjebak dalam rutinitas yang kita jalani tanpa benar-benar memahami maknanya. Seperti air yang mengalir begitu saja, kita menjalani hari-hari dengan kebiasaan yang tak pernah kita pertanyakan. Mudik lebaran, misalnya, menjadi momen yang sangat dinantikan, namun tidak sedikit dari kita yang melakukannya tanpa sepenuhnya memahami makna di baliknya. Perjalanan panjang yang ditempuh setiap tahun hanya terasa seperti kewajiban semata, tanpa kita sadari bahwa mudik sebenarnya merupakan kesempatan untuk kembali menyambung tali silaturahmi dan mempererat hubungan dengan keluarga. Tanpa refleksi, kita bisa terjebak dalam tradisi yang sekadar dilakukan karena kebiasaan atau tuntutan sosial, tanpa pernah menilai sejauh mana itu memberikan kedamaian dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Mudik bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin untuk mencari makna kehidupan dan memperkuat ikatan dengan orang-orang terdekat.
ADVERTISEMENT
Ramanda Bima Prayuda
Mahasiswa S1 Ilmu Politik, Universitas Negeri Semarang