Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Organisasi World Wildllife Fund (WWF) di Indonesia
14 Desember 2020 12:05 WIB
Tulisan dari Mohammad Ramdan Juliansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyelamatan Alam Indonesia Sejak Tahun 1962
ADVERTISEMENT
Masuk dan berkembangnya World Wildlife Fund (WWF) di Indonesia
ADVERTISEMENT
Bukan rahasia lagi jika Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terlengkap di dunia dengan 17.000 pulau, 500 spesies mamalia dan spesies reptile, 17% spesies burung ada di Indonesia, dan 25% spesies ikan ada di Indonesia (Arismunandar, 2002). Namun disisi lain sebagai negara berkembang yang mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan, kota-kota besar sudah tercemar, kebakaran hutan setiap tahunnya, serta bencana alam seperti banjir dan longsor membuat lingkungan di Indonesia terancam kelestariannya (Chairunnisa, 2018: 82). Tidak heran jika WWF membangun cabang di Indonesia setahun setelah organisasi tersebut dibentuk, yaitu tahun 1962 (Arismunandar, 2002) dengan tujuan WWF ingin menyelamatkan lingkungan di Indonesia dalam hal ini alam.Pada awal terbentuknya, WWF Indonesia masih belum menjadi organisasi nasional. Hanya menjadi kantor program (Office Program) (Arismunandar, 2002). Memasuki tahun 1970-an WWF mulai menjalin kerjasama dengan pemerintah terkait penanganan dan penyelamatan hewan di alam liar (WWF Indonesia, 2020). Hal ini membuat WWF menjadi organisasi non pemerintah yang mendukung pemerintah terkait urusan penyelamatan lingkungan hidup.Seiring berjalannya waktu WWF Indonesia semakin berkembang. Tahun 1996 WWF mendirikan Yayasan WWF Indonesia sebagai lembaga hukum untuk membantu dan mendukung WWF Indonesia. Pada bulan September 1996 Yayasan WWF Indonesia menandatangani anggaran dasar di Jakarta. Setelah itu mereka melakukan rapat pertama di bulan Desember. Hasilnya Letjen (Purn.) D. Ashari terpilih menjadi Ketua Badan Pengurus dan Pia Alisjahbana menjadi Wakil Ketua. Kegiatan-kegiatan mereka dilaksanakan pada bulan Januari 1997. (Arismunandar, 2002).Berkembangnya WWF Indonesia membuat organisasi ini mempunyai rencana besar serta ingin mencakup lebih luas wilayah di Indonesia yaitu dengan cara mengubah status organisasi WWF Indonesia menjadi organisasi nasional. Rencana itu tercapai pada tahun 1998. Hal ini menjadikan WWF Indonesia menjadi organisasi nasional ke-27 dalam jaringan internasional WWF. Usaha tersebut tidak lepas dari berdirinya Yayasan WWF Indonesia. Namun dengan berubahnya status menjadi organisasi nasional membuat WWF harus mencari pendanaan sendiri. Tetapi disisi lain dengan berubahnya status tersebut membuat suara WWF Indonesia lebih di denganr oleh internasional (Arismunandar, 2002).Pada tahun 1998 juga WWF Indonesia membuka kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup berdasarkan perjanjian kerja sama Nomor 188/DJ-VI/BINPROG/1998 tertanggal 13 Maret 1998 Mou No CR/026/III/1998 (Josep, 28 Januari 2020). Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Ashari atas nama Yayasan WWF Indonesia dengan Dirjen PHPA IR. Sumarsono atas nama Menteri Kehutanan RI (Arismunandar, 2002).
ADVERTISEMENT
Upaya WFF Menyelamatkan alam di Indonesia
Awal berdirinya WWF Indonesia pada tahun 1962 sudah mulai melakukan upaya penyelamatan seperti konservasi Badak Jawa di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon (WWF Indonesia, 2020; Chairunnisa, 2018: 73). Konservasi tersebut diawali dengan penelitian Profesor Rudolph Schenkel dan Istrinya pada tahun 1967-1968. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh data berupa keberadaan, sebaran, dan perilaku Badak Jawa di Ujung Kulon. Hasil penelitian tersebut dikembangkan menjadi sistem pemantuan Badak Jawa atau biasa dikenal dengan ‘sensus jejak badak’ (Hariyadi, 2012: 6). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat 20-29 individu Badak Jawa di Ujung Kulon tahun 1967. Selanjutnya WWF juga dilibatkan dalam penyusunan dokumen mengenai Rencana Strategi Konservasi Badak dan penyempurnaan Rencana Konservasi Alam (WWF Indonesia, 2020).Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Maka dari itu fokus konservasi WWF Indonesia tidak hanya di Jawa, tetapi juga seluruh Indonesia. Pada tahun 1980-an WWF melakukan program survei Badak Sumatera di Gunung Leuser. Tahun 1980-an juga WWF memlulai konservasi kelautan dengan ditandai hadirnya WWF Timur Indonesia yaitu Papua. Tidak sampai disitu WWF Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Pos Indonesia dengan meluncurkan perangko seri Orangutan (WWF Indonesia, 2020).Periode tahun 1990-an WWF Indonesia mencoba untuk melakukan perpaduan konservasi dengan pembangunan Nusa Tenggara. Mereka (WWF) mulai bekerja di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Buit Barisan Selatan. Tahun 1996 Dengan segala dan upaya, WWF bersama dengan masyarakat adat sekitar berusaha dan mendukung perubahan status Kayan Mentarang dari Cagar Alam menjadi Taman Nasional (WWF Indonesia, 2020).Tahun 1995 WWF Indonesia dan Departemen Kehutanan serta LIPI melakukan kerjasama tentang penyusunan Rencanan Pengelolaan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) 1999-2024. Program tersebut adalah program lintas batas pertama di Asia Tenggara. Pada tahun 1996-1999 atau fase pertama program tersebut, WWF dan LIPI masih fokus dengan pengumpulan data keberagaman flora-fauna, budaya, dan sosial ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan taman nasional. Salah satu upaya pengumpulan data tersebut melalui “Ekspedisi lintas batas Indonesia-Malaysia” tahun 1997 dengan melibatkan peneliti dari kedua negara.Tahun 1999-2002 adalah fase kedua dimana EEF bersama TNBK melakukan sosialisasi keberadaan TNBK serta program-program yang akan dilaksanakan. Masuk tahun 2005 WWF masih bekerja sama dengan TNBK melaksanakan program konservasi di taman nasional. Hasilnya isu konservasi menjadi bagian penting sejarah Kabupaten Kapuas Hulu (Tjiu dkk, 2012: 21-22)Memasuki tahun 2000-an WWF mulai gencar melakukan kampanye besar dalam upaya konservasi lingkungan. Kampanye tersebut antara lain: kampanye perlindungan kawasan Sebuku-Sembakung di Nunukan Kalimantan Timur; kampanye menolak tambang di kawasan lindung; inisiatif Indonesia Forest and Media Campaign (INFORM) serta kampanye melawan illegal loging “Greencom”; kampanye Power Switch! Dan pembentukan komunitas Eneergy Troopers. Selain itu WWF juga melakukan pendidikan lingkungan dengan meluncurkan buku seri pendidikan lingkungan (WWF Indonesia, 2020).Tahun 2010 kondisi Suaka Margasatwa (SM) Rimbang Baling begitu memprihatinkan karena terdapat beberapa masalah di kawasan konservasi tersebut membuat ancaman bagi hutan serta Harimau Sumatera yang menjadikan SM Rimbang Baling sebagai rumah. Tidak hanya Harimau Sumatera saja tetapi juga flora dan fauna lainnya. Permasalahan tersebut muncul ketika warga lokal mulai merambah hutan dan melakukan perburuan liar. Selain perilaku buruk warga, alih fungsi lahan oleh perusahaan-perusahaan di perbatasan SM juga mengancam SM Rimbang Baling. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA Riau) sudah tidak sanggup mengatasi hal tersebut akhirnya meminta bantuan kepada WWF Indonesia. Selanjutnya BBKSDA Riau dan WWF Indonesia melakukan kerjasama dengan menyusun dokumen rencana kerjasama, membantu pendataan satwa, melakukan sosialisasi kepada masyarakat, penanganan illegal logging dan perencanaan untuk Projet Mikrohidro atau Fresh-water Project.
ADVERTISEMENT