Konten dari Pengguna

Normalisasi 'Hustle Culture' dalam Gaya Hidup Generasi Muda

Ramdhan Hudi
Profesi saya saat ini adalah seorang mahasiswa Universitas Brawijaya.
27 November 2021 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ramdhan Hudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Photo by Christian Erfurt on Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
(Photo by Christian Erfurt on Unsplash)
ADVERTISEMENT
Hustle Culture atau dalam bahasa Indonesia yang berarti budaya gila bekerja, merupakan gaya hidup yang diimplementasikan oleh generasi muda untuk mereka yang memiliki jiwa-jiwa giat bekerja dan ambisius, hal ini juga didukung oleh istilah Grind Mentality yang berarti mentalitas berproses yang biasa diasosiasikan dengan memiliki mental mencapai kesuksesan dengan bekerja keras.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya hal ini merupakan budaya yang positif bagi kaum muda, namun Hustle Culture menjadi suatu keharusan bagi generasi muda, bahwa mentalitas tidak bekerja tidak puas dalam hidup dan mencapai kesuksesan berujung pada burnout dan kelelahan fisik sekaligus mental.
Budaya hustle culture dan grind mentality ini akan berbahaya bagi seseorang terlebih lagi dalam era digital di mana produktivitas dijunjung tinggi tanpa memperhatikan kesehatan fisik dan mental, terlebih lagi budaya ini dipopulerkan oleh istilah workaholic, dimana seseorang lebih mempedulikan kinerja nya daripada kebutuhan manusiawinya, contohnya istirahat di malam hari Ketika waktu malam yang hakikatnya sebagai waktu tubuh untuk beristirahat.
Dipaksa untuk terus beraktivitas pastinya akan timbul berbagai masalah bagi individu yang terus-terusan melakukannya. Sebuah studi oleh perusahaan 23andMe, menemukan bahwa individu yang sering begadang lebih rawan untuk terserang depresi, kecemasan berlebihan (anxiety), dan schizophrenia, dibanding mereka yang tidak.
ADVERTISEMENT
Kerja keras merupakan hal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk memenuhi capaian atau keinginan yang ingin di capai, tetapi dengan kerja keras tidak malah membuat kita lupa akan mengistirahatkan tubuh dan mental. Namun, jika terdapat seseorang bekerja keras hingga lupa untuk mengistirahatkan tubuh dan mentalnya bisa jadi seseorang tersebut telah terperangkap dengan gaya hidup Hustle Culture.
Yang di maksud dengan gaya hidup Hustle Culture sendiri merupakan sebuah gaya hidup di mana seseorang bahwa dirinya harus terus bekerja dengan keras dan hanya meluangkan sedikit waktu untuk mengistirahatkan tubuh dan mentalnya, dengan cara tersebut ia bisa menganggap dirinya sukses.
Spence & Robbins pada tahun 1992, memberikan akademik pertama dan definisi operasional melihat gila kerja sebagai seperangkat sikap. Mereka mendefinisikan workaholic sebagai orang yang sangat terlibat dalam pekerjaan, merasa terdorong atau terdorong untuk bekerja karena tekanan batin, dan rendah dalam menikmati pekerjaan dibandingkan dengan yang lain.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup Hustle Culture ini sangat berpengaruh buruk pada pengidapnya baik di kesehatan mental maupun fisik. Dampak Kesehatan mental seseorang yang mengidap Hustle Culture ini dapat meningkatkan stress dan berujung pada burnout. Burnout sendiri merupakan kondisi disaat seseorang merasa lelah berkepanjangan karena stres dengan pekerjaannya yang berat.
Berdasarkan opini-opini serta data-data yang telah kami berikan, kesimpulannya adalah bahwa Hustle Culture ini adalah gaya hidup yang menyerang fisik maupun mental pengidapnya yang biasanya dicetuskan oleh persaingan yang tinggi di lingkungannya, memahami bahwa jumlah orang yang mencari pekerjaan dengan pekerjaan yang ada tidaklah seimbang di mana pekerjaan yang ada sangatlah terbatas, dan yang lainnya disebabkan oleh kebiasaan maupun perilaku pengidapnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Memiliki pilihan terhadap gaya hidup kita sendiri bukanlah hal yang salah, namun sebagai manusia kita harus banyak belajar dan pandai-pandai mengatur waktu, membuat skala prioritas hingga peka terhadap kondisi fisik dan mental kita masing-masing, jangan sampai apa yang kita kira akan menghasilkan keberuntungan malah membawa musibah.