Konten dari Pengguna

Eceng Gondok: Ancaman atau Peluang?

Rame
Rame adalah Pembina Industri di BBSPJPPI Kemenperin, lulusan Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, auditor halal LPH BBSPJPPI Semarang, pelatih penulisan artikel ilmiah, serta ahli dalam teknologi IPAL dan pencegahan pencemaran industri.
1 November 2023 14:19 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rame tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto udara kondisi Sungai Bengawan Solo yang dipenuhi eceng gondok di Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (25/10/2023).  Foto: Muhammad Mada/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara kondisi Sungai Bengawan Solo yang dipenuhi eceng gondok di Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (25/10/2023). Foto: Muhammad Mada/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Sungai Bengawan Solo, yang merupakan salah satu sungai terpanjang di Pulau Jawa, kini tengah menjadi sorotan banyak orang. Fenomena pertumbuhan eceng gondok yang menutupi permukaan sungai ini telah menciptakan kegelisahan di kalangan masyarakat, khususnya bagi warga Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
Hamparan "permadani hijau" ini bukan hanya mengubah pemandangan sungai, tetapi juga mengancam keberlangsungan ekosistem yang ada (Liputan6.com, 1 November 2023).
Dalam kurun waktu yang singkat, berbagai media telah melaporkan situasi terkini mengenai fenomena ini. Eceng gondok, yang sejatinya adalah tanaman invasif, kini telah menutupi permukaan Sungai Bengawan Solo sepanjang lebih dari 5 kilometer (Viva, 30 Oktober 2023).
Banyak yang berpendapat bahwa keberadaan eceng gondok di sungai ini akan membawa dampak negatif bagi lingkungan (Suara.com, 31 Oktober 2023). Namun, di sisi lain, ada pula yang melihat ini sebagai sebuah peluang.
Jembatan modern berdiri gagah di atas Bengawan Solo, sementara eceng gondok menghiasi permukaan airnya, menciptakan kontras antara kemajuan teknologi dan kekuatan alam. Foto: Muhammad Mada/ANTARA FOTO (kumparanNEWS, 31 Oktober 2023).
Ratusan relawan telah bergerak cepat untuk membersihkan eceng gondok dari Sungai Bengawan Solo (SINDOnews TV, 31 Oktober 2023). Upaya ini tentu sangat penting untuk menjaga keberlanjutan lingkungan serta ekosistem sungai.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah hanya pembersihan yang bisa dilakukan? Ataukah ada langkah lain yang bisa diambil untuk memanfaatkan eceng gondok sebagai sumber daya yang berpotensi bagi keberlanjutan lingkungan?
Dengan mengkaji lebih dalam mengenai eceng gondok, kita mungkin bisa menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tanaman ini bisa jadi bukan hanya ancaman, tetapi juga peluang yang dapat dimanfaatkan dengan bijak.
Sebagai masyarakat, kita dituntut untuk selalu berpikir kritis dan inovatif dalam menghadapi setiap permasalahan lingkungan. Sehingga, kita bisa bersama-sama menciptakan solusi yang berkelanjutan untuk masa depan yang lebih hijau dan lestari.

Ancaman atau Peluang Eceng gondok

Seorang warga menjemur batang tanaman eceng gondok (eichhornia crassipes) yang dikumpulkan dari Danau Rawa Pening, Jawa Tengah. Foto: Aji Styawan/Antara Foto
Isu penyebaran tanaman invasif, khususnya eceng gondok, menjadi perdebatan hangat di kalangan para pakar lingkungan. Tanaman air ini, meskipun dianggap sebagai hama oleh sebagian pihak, ternyata memiliki potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam konteks keberlanjutan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Eceng gondok, yang tumbuh subur di perairan tawar tropis, seringkali dianggap sebagai ancaman bagi ekosistem asli karena kemampuannya menutupi permukaan air, menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya, serta mempengaruhi kualitas air. Namun, di sisi lain, tanaman ini menawarkan serangkaian peluang yang dapat dimanfaatkan untuk keberlanjutan lingkungan.
Organisasi lingkungan terkemuka, GreenEarth, mencatat bahwa eceng gondok bisa digunakan sebagai bahan baku bioetanol, pakan ternak, kompos, hingga produk kerajinan tangan. Dengan memanfaatkan eceng gondok sebagai sumber daya, bukan hanya mencegah penyebarannya tetapi juga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Di Indonesia, meskipun telah ada beberapa inisiatif dari pihak swasta dan LSM untuk mengembangkan potensi eceng gondok, kebijakan pemerintah terkait penanganan dan pemanfaatan tanaman ini masih terbilang minim. Peraturan yang ada lebih banyak fokus pada cara pengendalian pertumbuhannya daripada pemanfaatannya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman dari negara-negara tetangga, seperti Filipina dan Thailand, menunjukkan bahwa dengan dukungan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, eceng gondok dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi. Misalnya, di Filipina, eceng gondok diolah menjadi tas dan aksesori yang diekspor ke berbagai negara.
Sebagai langkah awal, pemerintah bisa berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan peneliti untuk melakukan riset mendalam mengenai potensi dan dampak ekonomi dari pemanfaatan eceng gondok. Selanjutnya, kebijakan yang mendukung industri berbasis eceng gondok perlu disusun agar peluang ini bisa dimaksimalkan.
Tantangan terbesar dalam mengembangkan industri berbasis eceng gondok adalah bagaimana mengubah paradigma masyarakat yang selama ini melihat tanaman ini hanya sebagai hama. Edukasi publik, melalui kampanye dan pelatihan, dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi besar yang dimiliki oleh eceng gondok.
ADVERTISEMENT
Sebagai konsumen, kita juga berperan penting dalam mendukung industri berkelanjutan berbasis eceng gondok. Memilih produk yang terbuat dari eceng gondok, seperti kerajinan atau kompos, bukan hanya mendukung pertumbuhan industri lokal tetapi juga berkontribusi pada upaya pengendalian penyebaran tanaman invasif ini.

Cara Memanfaatkan Tanaman Eceng gondok

Seorang warga menyortir batang tanaman eceng gondok (eichhornia crassipes) yang telah kering usai dijemur di kawasan Danau Rawa Pening, Jawa Tengah. Foto: Aji Styawan/Antara Foto
Eceng gondok, atau yang dikenal sebagai water hyacinth, adalah tanaman air yang tumbuh dengan cepat dan sering dianggap sebagai gulma di banyak tempat di dunia. Namun, beberapa negara telah menemukan cara untuk memanfaatkannya sebagai sumber daya yang bernilai:
1. Indonesia: Di Indonesia, eceng gondok sering digunakan sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan seperti tas, sepatu, hingga keranjang. Industri kerajinan ini telah memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak komunitas lokal, terutama perempuan, dan menjadi sumber pendapatan tambahan.
ADVERTISEMENT
2. Afrika: Di beberapa negara Afrika, eceng gondok diolah menjadi makanan ternak. Selain itu, ada juga penelitian yang mengubah eceng gondok menjadi bioetanol sebagai alternatif bahan bakar.
3. India: Di India, eceng gondok telah digunakan untuk memproduksi kertas dan bahan pakan ternak. Selain itu, ada usaha untuk mengkonversi eceng gondok menjadi biogas yang dapat digunakan untuk memasak dan pemanas.
4. Filipina: Di Filipina, eceng gondok juga diolah menjadi produk kerajinan tangan seperti sandal, tas, dan barang dekorasi rumah.
5. Amerika Selatan: Di beberapa negara Amerika Selatan, eceng gondok digunakan sebagai filter alami untuk membersihkan air dari polutan, terutama logam berat.
Dari segi nilai ekonomi, pemanfaatan eceng gondok dapat meningkatkan pendapatan lokal, mengurangi biaya pengendalian gulma, serta memberikan solusi alternatif untuk bahan bakar dan pakan ternak. Selain itu, dengan mengolah eceng gondok menjadi produk yang bernilai ekonomi, hal ini dapat mengurangi pertumbuhan berlebihan tanaman ini di perairan, yang jika dibiarkan tumbuh liar dapat mengganggu ekosistem perairan.
ADVERTISEMENT

Tren Inovasi Pemanfaatan Eceng Gondok

Eceng gondok adalah tanaman air yang dengan cepat menjadi salah satu bahan baku yang paling diminati dalam berbagai penelitian dan inovasi teknologi. Dalam beberapa tahun terakhir, eceng gondok telah menarik perhatian banyak peneliti karena potensinya dalam berbagai aplikasi industri.
Sebagai contoh, dengan teknologi digesti anaerobik, eceng gondok dapat dikonversi menjadi biomethane dan biofertilizer, yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan (Fadoua Karouach, 2023). Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa eceng gondok memiliki dampak signifikan terhadap keragaman dan kelimpahan ikan, menekankan pentingnya memahami interaksi ekologis antara tanaman air ini dengan ekosistem perairan (Rajendra Basaula, 2023).
Arah inovasi produk berbasis eceng gondok. (Gambar: Penulis)
Inovasi lain melibatkan pembuatan dan karakterisasi briket dari eceng gondok, yang menawarkan solusi energi alternatif yang berkelanjutan (V. C. Midhun, 2023). Tak hanya itu, eceng gondok juga telah digunakan dalam penciptaan komposit untuk elektroda superkapasitor, memberikan kemungkinan penggunaan dalam teknologi penyimpanan energi (Shilpa Simon, 2023).
ADVERTISEMENT
Studi tentang batang eceng gondok juga menunjukkan potensi mereka dalam peningkatan performa termal dan sebagai bahan penyerap suara (Mara Olivares-Marín, 2023). Sementara itu, teknik ekstraksi berbantuan microwave dari eceng gondok menghasilkan asam shikimic, sebuah komponen yang memiliki berbagai aplikasi dalam industri kimia (Priti V. Ganorkar, 2023).
Pada bidang pengolahan limbah, lembaran biopolimerik yang dibuat dari eceng gondok menunjukkan efektivitas dalam penghilangan pewarna merah reaktif (Adhithya Sankar Santhosh, 2023).
Dari perspektif energi, proses pirolisis eceng gondok telah menghasilkan bahan bakar mikroba yang canggih (Dan Bahadur Pal, 2022), dan teknik hidrotermal menunjukkan potensi produksi bio-oil dari eceng gondok (Priyanka Yadav, 2023).
Eceng gondok menawarkan peluang inovasi yang menjanjikan di berbagai bidang industri, mulai dari energi hingga ekologi. Dengan beragam penelitian dan pengembangan yang sedang berlangsung, masa depan eceng gondok dalam penerapan teknologi tampaknya cerah.
ADVERTISEMENT

Keberlanjutan Lingkungan Eceng gondok

Eceng gondok adalah salah satu spesies invasif yang memiliki dampak signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan di banyak negara di seluruh dunia. Dengan pertumbuhan yang cepat, tanaman ini dapat menutupi permukaan air, menghambat pergerakan air, mengurangi oksigen dalam air, dan mengancam keberlanjutan spesies air lainnya:
1. Indonesia: Di beberapa daerah, pertumbuhan eceng gondok yang berlebihan telah menyebabkan penurunan kualitas air dan mengganggu aktivitas perikanan lokal. Namun, upaya pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan telah memberikan solusi yang mengintegrasikan ekonomi dan ekologi.
2. Afrika: Di kawasan danau seperti Danau Victoria, pertumbuhan eceng gondok mengancam kehidupan ikan dan ekosistem lokal. Usaha konversi eceng gondok menjadi makanan ternak atau bioetanol telah mencoba mengatasi masalah ini.
Pemanfaatan Eceng Gondok: Dari Ancaman ke Peluang Keberlanjutan. Konversi eceng gondok menjadi makanan ternak. (sumber: DALL-E 3, 2023, diubah oleh penulis).
3. India: Pertumbuhan eceng gondok di sungai dan danau telah mengurangi ketersediaan air bersih dan mengganggu kehidupan akuatik. Namun, pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku kertas dan biogas menawarkan solusi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
4. Filipina: Serupa dengan Indonesia, pertumbuhan eceng gondok telah mengganggu kehidupan perikanan. Inisiatif lokal untuk mengubah eceng gondok menjadi produk kerajinan tangan telah memberikan manfaat ganda bagi masyarakat dan lingkungan.
5. Amerika Selatan: Di beberapa daerah, eceng gondok digunakan sebagai metode pengolahan air alami, membantu dalam mengurangi polutan dan memperbaiki kualitas air.
Pada umumnya, kehadiran eceng gondok dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Namun, upaya pemanfaatan eceng gondok secara sustainable untuk keperluan ekonomi yang selaras dengan lingkungan oleh berbagai negara telah menunjukkan bahwa tanaman ini dapat diolah menjadi sumber daya yang berharga, dengan manfaat yang luas bagi keberlanjutan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.