Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menghadapi Persyaratan Kepatuhan Lingkungan: Strategi Adaptasi IKM Indonesia
11 Mei 2024 17:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rame tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengantar
ADVERTISEMENT
Sebuah survei yang dilakukan oleh Schneider Electric baru-baru ini mengungkap tantangan yang dihadapi oleh usaha kecil di Singapura, di mana mereka mengalami kerugian signifikan akibat persyaratan pelaporan emisi yang ketat. Tantangan ini terutama bersumber dari beban keuangan dan operasional yang besar. Sebagai gambaran, 78% usaha kecil di Singapura mengalami kerugian dalam peluang usaha, dibandingkan hanya 52% dari perusahaan besar yang terkena dampak serupa, menurut penelitian oleh Mary Alavanza (2024) yang dipublikasikan di The Independent (https://theindependent.sg/).
Problematika Teknologi dan Kesiapan
ADVERTISEMENT
Dari studi ini juga terungkap bahwa sekitar 63% responden mengakui bahwa emisi gas rumah kaca mereka belum sepenuhnya dinilai, utamanya karena kekurangan teknologi yang adekuat. Hanya 44% pemimpin bisnis yang merasa memiliki alat dan infrastruktur yang memadai untuk mengukur dan menganalisis jejak karbon mereka secara efektif.
Pelajaran untuk Indonesia
Mengingat situasi di Singapura, Usaha Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia mungkin akan menghadapi tantangan serupa jika mereka harus tunduk pada peraturan lingkungan yang lebih ketat. Untuk menghadapi ini, berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh IKM di Indonesia:
1. Adopsi Awal Teknologi: Investasikan pada teknologi yang membantu pelacakan dan pengelolaan emisi secara efisien, seperti perangkat lunak yang membantu dalam penghitungan dan pelaporan jejak karbon.
2. Peningkatan Kapasitas dan Pelatihan: Adakan sesi pelatihan rutin untuk staf tentang praktik keberlanjutan dan pentingnya pengurangan emisi, membentuk budaya keberlanjutan dalam operasional sehari-hari.
ADVERTISEMENT
3. Mencari Insentif dan Dukungan Finansial: Manfaatkan peluang pendanaan yang tersedia dari pemerintah atau entitas non-pemerintah untuk membantu usaha kecil meningkatkan kepatuhan lingkungan mereka, sehingga mengimbangi biaya yang terkait dengan peningkatan teknologi.
4. Kolaborasi dan Kemitraan: Terlibat dengan perusahaan lain untuk berbagi praktik terbaik dan sumber daya. Kolaborasi semacam ini dapat menghasilkan layanan bersama yang mengurangi biaya dan kompleksitas pelaporan emisi.
5. Perencanaan Strategis untuk Kepatuhan: Integrasikan pengelolaan emisi ke dalam strategi bisnis dari awal, bukan sebagai respons terhadap tekanan regulasi, memastikan transisi yang lebih lancar dan perencanaan keuangan yang efektif.
6. Memanfaatkan Keahlian Eksternal: Pertimbangkan untuk merekrut atau berkonsultasi dengan pakar keberlanjutan yang dapat memberikan strategi khusus untuk mematuhi peraturan lingkungan hidup.
ADVERTISEMENT
7. Kerjasama Sektor Publik dan Swasta: Dorong dialog antara dunia usaha dan badan pengatur untuk memastikan bahwa perspektif usaha kecil dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan, membantu dalam membentuk kebijakan yang efektif dan ekonomis.
Kesimpulan
Dengan menerapkan strategi adaptif ini, IKM di Indonesia tidak hanya dapat mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan regulasi di masa depan tetapi juga memposisikan diri sebagai pelaku utama dalam keberlanjutan, meningkatkan daya saing mereka di panggung lokal dan global.