Pansay: Nongkrong, Hal yang Dirindukan Saat Pandemi

Randy Danniswara
Bukan penulis, hanya iseng nulis yang terpikirkan. Seorang product enthusiast yang bekerja sebagai Product Management Lead di kumparan.
Konten dari Pengguna
4 Juni 2021 20:19 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Randy Danniswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pansay (Pandangan Saya) edisi kedua ini, saya akan membahas terkait salah satu hal yang menurut saya sulit (atau bahkan sebaiknya tidak) dilakukan di masa pandemi, yaitu nongkrong. Nongkrong yang saya maksud di sini adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersama teman-teman, yang biasanya diisi dengan ngobrol atau bercanda sembari ngopi atau menyantap makanan/minuman lain.
Foto nongkrong bersama teman sebelum pandemi.
Sejak pandemi, saya tidak pernah nongkrong. Jangankan nongkrong, untuk makan di luar bersama keluarga saja saya parno, meski akhirnya tetap dilakukan dengan memilih tempat yang benar-benar kami rasa aman. Padahal, dengan tipe kepribadian ekstrovert seperti saya, nongkrong adalah salah satu hal yang sangat disukai karena di dalamnya akan sangat penuh dengan interaksi sosial.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan jurnal berjudul Experiences of Teenagers Spending the Night Hanging Out at Coffee Shops: A Phenomenology Study, nongkrong berdampak positif terhadap hubungan sosial seorang individu, di mana salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan sosial adalah berkomunikasi dengan orang lain. Dengan nongkrong yang mengakomodir individu untuk berkumpul, mengobrol atau diskusi, serta berbagi pengalaman maka dapat dibilang nongkrong adalah cara yang disukai (atau bahkan terbaik) untuk bersosialisasi. Belum lagi, nongkrong juga dapat membuat individu merasa senang, rileks dan nyaman.
Mungkin, bagi sebagian orang, pandemi tidak menghambat waktu nongkrong mereka. Karena memang, menurut saya, semua hal di masa pandemi ini balik ke setiap orang masing-masing. Seperti seberapa disiplinnya mereka, seberapa yakinnya mereka dengan kesehatannya dan lain-lain. Namun yang saya pikirkan, kalaupun saya berani dan memutuskan untuk nongkrong bersama teman-teman, apakah rasanya akan sama? Sepertinya tidak.
ADVERTISEMENT
Biasanya saat nongkrong, hal pertama yang kita lakukan saat bertemu dengan teman adalah high five, bersalaman, merangkul atau bahkan berpelukan. Kita juga dapat saling mencicipi makanan bahkan terkadang sengaja memesan cemilan porsi besar untuk disantap bersama. Belum lagi, kita dapat dengan leluasa bercanda dan tertawa sesukanya, hingga menepuk atau sedikit mendorong teman. Hal-hal itu lah yang menurut saya akan hilang ketika nongkrong dilakukan di masa pandemi ini.
Meski sepertinya nongkrong di masa pandemi ini tetap akan lebih menyenangkan dibanding nongkrong online, tapi tetap saja, saya rasa euforianya akan berbeda dengan sebelum pandemi. Bahkan mungkin, dengan segala ketakutan dan kebisaan kita di masa-masa ini, bisa jadi berpengaruh saat nanti kita nongkrong dengan kondisi sudah tidak ada pandemi. Who knows, dari segala keterpaksaan ini, kemudian melekat menjadi kebiasaan. So, let's see how it will works later. Semoga pandemi segera berakhir dan kita semua dapat nongkrong lagi bersama orang-orang terdekat kita. Jujur, saya rindu bersenda gurau bersama teman-teman ketika sedang nongkrong.
ADVERTISEMENT