Pansay: Pandji Pragiwaksono, Sosok yang Dirindukan Peserta Suci IX

Randy Danniswara
Bukan penulis, hanya iseng nulis yang terpikirkan. Seorang product enthusiast yang bekerja sebagai Product Management Lead di kumparan.
Konten dari Pengguna
22 Maret 2021 16:54 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Randy Danniswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo Stand Up Comedy Indonesia IX. Gambar diambil dari avatar kanal YouTube Stand Up Kompas TV.
zoom-in-whitePerbesar
Logo Stand Up Comedy Indonesia IX. Gambar diambil dari avatar kanal YouTube Stand Up Kompas TV.
ADVERTISEMENT
Pansay (Pandangan Saya) edisi pertama ini, saya khususkan untuk membahas kompetisi Stand Up Comedy Indonesia ke-9 (SUCI IX). Untuk para pencinta stand up comedy, tentu tidak asing dengan kompetisi SUCI yang disiarkan di Kompas TV. Kompetisi yang sudah ada sejak 2011 ini, kini sudah memasuki edisi ke-9. Namun di tengah pandemi yang melanda, SUCI IX agak sedikit berbeda dengan SUCI sebelum-sebelumnya, yaitu dengan ketidakhadirannya penonton secara langsung. 
ADVERTISEMENT
Sejak dimulainya babak eliminasi pertama pada 29 Januari lalu, sudah ada delapan (8) peserta yang harus mengubur mimpinya untuk menjadi juara. Adapun keputusan-keputusan tersebut diambil dari penilaian para juri, yaitu Cing Abdel, Raditya Dika (yang sempat tidak hadir pada eliminasi ke-5), serta Pandji Pragiwaksono yang di dua (2) eliminasi terakhir (yaitu eliminasi ke-7 dan ke-8) digantikan oleh Cak Lontong.
Secara penampilan peserta, ketidakhadiran penonton secara langsung tentu sedikit-banyak mempengaruhi performa mereka dalam berkomedi. Mereka yang biasanya berusaha menghibur penonton dan mendapat tawa dari penonton, kini secara kasar dapat dibilang hanya mendapatkan tawa dari para juri, host, dan bintang tamu saja. Dengan begitu, seperti yang sempat dikatakan oleh Uus (salah satu host SUCI IX), para peserta ini harus bisa berdamai dengan kondisi itu serta mengetahui celah dan selera dari para juri, yang tentunya akan berguna dalam mendapatkan gelak tawa mereka.
Juri SUCI IX Kompas TV. Gambar diambil dari media-origin Kompas TV.
Dari penampilan para peserta setiap minggunya, terlihat bahwa proses adaptasi tersebut tidak mudah. Lupa materi, grogi, belibet dan hal-hal kurang baik lainnya masih kerap ditemukan. Namun, bukan berarti penampilan mereka tidak menghibur. Dari minggu ke minggu, perkembangan itu terus terlihat.
ADVERTISEMENT
Puncaknya (menurut saya), adalah penampilan para peserta di eliminasi ke-5 dan ke-6. Menurut saya, salah satu hal yang sangat membantu para peserta untuk memberikan penampilan yang bagus, di luar daripada penulisan materi yang baik, adalah tawa yang diterima oleh para peserta. Pandji Pragiwaksono, Cing Abdel, dan Uus, menurut saya adalah pemberi peran paling besar dalam hal itu. Bahkan nama pertama yang saya sebutkan seringkali tertawa terbahak-bahak hingga sulit untuk berhenti, bahkan terhadap komedi yang kesannya agak “receh”.
Berdasarkan tesis berjudul Stand-up as interaction: Performance and Audience in Comedy Venues, para penampil (atau disebut komika) akan berekspektasi untuk mendapatkan tawa dari penonton. Karena bagi mereka, tawa adalah barometer dalam menilai kesuksesan diri mereka sebagai seorang komedian. Serta, keaktifan penonton (dalam memberikan tawa) juga berimplikasi dalam membangun dan mempertahankan kinerja dari penampilan yang berlangsung. Dengan demikian, hubungan antara komika dan penonton adalah kekuatan dari penampilan stand up comedy itu sendiri.
Abdel Achrian dan Pandji Pragiwaksono saat sedang tertawa terbahak-bahak pada salah satu penampilan SUCI IX. Gambar merupakan screenshot dari kanal YouTube Stand Up Kompas TV.
Sayangnya, di saat para peserta sudah beradaptasi dengan para "penonton" dan tawa yang diberikannya, Pandji Pragiwaksono harus absen pada eliminasi ke-7 dan ke-8. Meski masih ada Uus dan Cing Abdel, serta juri, host, dan bintang tamu lainnya yang juga bisa berkontribusi dalam memberikan tawa, nyatanya ketidakhadiran Pandji membuat suasana berbeda.
ADVERTISEMENT
Entah karena selera humor Pandji adalah yang paling cocok dengan para peserta, atau karena faktor lain. Jika dalam penampilan normal (anggap saja) ada 200 penonton dengan selera humor yang berbeda-beda sehingga probabilitas humor dari para peserta bisa ditertawakan itu cukup tinggi, lain cerita dengan kondisi tanpa penonton.
Hilangnya satu (1) orang apalagi seorang contributor tawa terbesar, nyatanya berimbas pada penampilan para peserta yang tidak sebagus dua (2) penampilan sebelumnya, ketika ada Pandji. Padahal, mendengar komentar dari Raditya Dika, secara penulisan mayoritas bisa dibilang tidak ada penurunan, hanya proses penyampaiannya yang menurun.
Kesimpulannya, menurut saya, para peserta sangat kehilangan tawa yang biasa diberikan oleh Pandji Pragiwaksono, dan itu nyatanya berpengaruh terhadap penampilan mereka. Bahkan, Cing Abdel saja terlihat berbeda ketika tertawa di saat ada Pandji Pragiwaksono dan di saat tidak ada. Jadi, sebagai penikmat stand up comedy, saya berharap semoga di eliminasi selanjutnya (ke-9) Pandji Pragiwaksono dapat hadir kembali, dan para peserta dapat memberikan penampilan yang baik layaknya di eliminasi ke-5 dan ke-6. 
ADVERTISEMENT