Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pansay: Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak (Bagian 1)
22 Juli 2021 14:26 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Randy Danniswara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pansay (Pandangan Saya) edisi ketiga ini, saya akan membahas terkait salah satu tanggung jawab seorang ayah, yaitu mengasuh dan mendidik anak. Namun, dalam bagian satu (1) ini saya akan membahas terlebih dahulu dua (2) fase sebelum ayah benar-benar memilik anak yang terlahir ke dunia, yaitu fase ketika belum memiliki anak dan juga fase ketika istri hamil .
Kesepakatan untuk Memiliki Anak
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum memiliki anak, ada fase di mana seorang suami dan istri harus memiliki kesepakatan berdua tentang waktu yang tepat untuk memiliki anak. Pertimbangkan pembagian waktu untuk mengasuh anak dengan tanggung jawab lainnya, pertimbangkan biaya-biaya yang nantinya akan diperlukan jika memiliki anak, pertimbangkan kesiapan mental calon ayah dan juga calon ibu, serta pertimbangan-pertimbangan lainnya. Jangan sampai, keputusan untuk memiliki anak datang dari salah satu pihak, apalagi hanya karena adanya tekanan dari luar.
Setelah mencapai kata sepakat, perbanyak ilmu dan pengetahuan tentang mengasuh dan mendidik anak, baik itu dengan membaca buku, mengikuti webinar, berbagi pengalaman dengan teman atau saudara yang sudah lebih memiliki anak, ataupun cara-cara lainnya. Selain itu, alangkah lebih baik juga jika antara calon ayah dan calon ibu sudah membahas peran masing-masing ketika nantinya dikaruniai seorang anak. Tanamkan dalam diri bahwa kerja sama antara suami dan istri dalam mengasuh dan mendidik anak (nantinya), mesti dibangun atas dasar kesadaran masing-masing individu sebagai orang tua. Dengan begitu, peran yang dijalani oleh kedua belah pihak dapat dinikmati, seperti yang ada di dalam penelitian berjudul Pentingnya Kerja Sama Orang tua untuk Membentuk Karakter Anak di Dalam Keluarga .
ADVERTISEMENT
Menjaga Kehamilan Istri
Sebelum dapat menjaga kehamilan istri, suami mesti memiliki pola pikir bahwa apa yang dihadapi istri saat hamil sangatlah berat. Menghadapi perubahan hormon yang tidak menentu, menghadapi berbagai macam perubahan pada tubuh, mengemban beban untuk membawa calon anak di dalam tubuh, dan lainnya. Sadari juga bahwa meskipun yang hamil adalah istri, suami tetap memiliki peranan di dalamnya.
Dalam penelitian berjudul Peran Serta Suami dalam Menjalani Proses Kehamilan pada Ibu Hamil disebutkan bahwa suami memengaruhi proses kehamilan sang ibu dari berbagai aspek, seperti pengetahuan suami terkait kehamilan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Hal-hal seperti memberikan kasih sayang dan perhatian pada istri yang lebih dari biasanya, serta memperhatikan dan memenuhi kebutuhan gizi, vitamin, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya, rasanya memang harus dilakukan oleh suami.
Lalu, sebagai calon ayah, jangan lupa untuk mulai berkomunikasi dengan calon bayi, baik itu dengan cara bercerita, bernyanyi, dan lain-lain. Jangan lupa juga untuk sering-sering dibacakan doa dan mengaji di dekatnya (bagi seorang muslim). Biasanya sih, calon bayi akan memberikan tanggapan dengan cara memukul atau menendang perut ibu.
ADVERTISEMENT
Terakhir, jadilah suami siaga yang kapan pun siap untuk mendampingi istri saat cek kandungan dan juga saat lahiran. Relakan tangan atau rambut kita diremas oleh istri ketika dia sedang meringis kesakitan. Genggam tangan istri sembari terus panjatkan doa saat proses lahiran, berikan juga kata-kata yang memotivasi dan menenangkan. Percayalah, salah satu kebahagian terbesar dalam hidup adalah ketika melihat calon bayi telah keluar ke dunia dengan sehat, serta kondisi istri yang juga sehat.
Sebelum lanjut bagian dua (2), di mana saya akan membahas dua (2) fase selanjutnya setelah ayah benar-benar memilik anak yang terlahir ke dunia, silakan simak terlebih dahulu konten di bawah ini.