Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Rangkum 30 Januari 2018: Jokowi, Afghanistan, hingga Demo Taksi Online
30 Januari 2018 2:31 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
ADVERTISEMENT
Selamat pagi para pembaca setia kumparan, selamat beraktivitas. Berikut rangkuman peristiwa yang terjadi pada Senin (29/1).
ADVERTISEMENT
1. Demo Sopir Taksi Online
Sejumlah orang yang tergabung dalam Aliansi Nasional Driver Online (Aliando) melakukan demonstrasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Mereka menolak Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) nomor 108 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak pada Trayek.
Juru bicara Aliando, Anggoro, mengatakan aksi yang berlangsung pada Senin (29/1) diikuti dari beberapa komunitas pengendara taksi online dari Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Demonstrasi itu dilakukan sembari perwakilan dari Aliando mendaftarkan uji materi Permenhub nomor 108 tahun 2017.
Lebih lanjut, para pengemudi taksi online juga menginginkan ada aturan yang mewadahi transportasi taksi online secara nasional sehingga Permenhub dan Perda tidak tumpang tindih.
ADVERTISEMENT
2. TNI AL Tangkap Kapal Bermuatan 20 Ton Solar Ilegal di Selat Riau
KRI Lepu-861 milik TNI Angkatan Laut menangkap kapal motor Zaki Jaya yang membawa 20 ton solar ilegal. Penangkapan itu terjadi di sekitar perairan Batu Besar, Selat Riau, Minggu (28/1) dini hari.
Kadispen Koarmabar Letkol Laut Agung Nugroho menerangkan penangkapan bermula saat pihaknya mendapatkan informasi adanya kapal yang memuat solar ilegal. Dari informasi tersebut, KRI Lepu-861 lantas mencari keberadaan kapal tersebut.
Setelah menemukan kapal bermuatan solar ilegal itu, petugas lantas menghentikannya. Petugas kemudian menggeledah kapal tersebut dan ditemukan 20 ton solar.
Selanjutnya, Agung mengatakan, pihaknya meminta nakhoda menunjukkan dokumen pelayaran dan muatan solar tersebut. Akan tetapi, nakhoda tak dapat menunjukkannya.
ADVERTISEMENT
3. Ribuan Ekstasi Berlogo Red Bull Merah dan Katak Hijau Disita Polisi
14.041 butir atau 5,080 kg narkoba jenis ekstasi, dan 58 paket sabu dengan berat 189,24 gram dimusnahkan Direktorat Reserse Narkoba (Dit Resnarkoba) Polda Kalimantan Selatan. Pemusnahan barang bukti tersebut merupakan hasil pengungkapan dari penyelundupan narkoba di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin.
Penangkapan terhadap 12 tersangka ini berawal pada Senin (22/1) saat Dit Resnarkoba Polda Kalsel menangkap 6 tersangka di lokasi berbeda di area Banjarmasin yakni tersangka MH, MR, STI, MVA, AN, dan MAI, dengan barang bukti sabu sebanyak 13 paket atau 24,82 gram dan ekstasi sebanyak 23,75 Butir atau 7,4 gram.
Kemudian dilanjutkan penangkapan terhadap enam tersangka lainnya yakni AQ alias HR Bin Tuhalus Mukhtar, MF alias FL Bin Ahmad Inani, AL alias LT Bin Hamberani, MS alias SR Bin Basri Khairullah, TSF alias TG Bin M. Saleh Fauzi, dan AR Bin Zainal Abidin di depan pintu kedatangan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin pada Selasa (23/1).
ADVERTISEMENT
Para tersangka ini, memperoleh narkoba dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Lalu dibawa melalui jalur udara dan jalur transportasi darat dengan rute dari Tanjung Pinang menuju Kota Banjarmasin dengan barang bukti keseluruhan yakni ekstasi 11.784 butir seberat 4,633 kg, dan sabu sebanyak 15 paket atau 87,75 gram.
4. Saksi Sebut Kuitansi Pemberian Uang untuk Eks Mendagri Gamawan Dibakar
Mantan Sekjen Kementerian Dalam Negeri Diah Anggraeni mengakui bahwa ia menerima uang USD 500 ribu terkait proyek e-KTP. Namun Diah disebut menerima uang lainnya sebesar Rp 22,5 juta. Bukti catatan pemberian uang itu disebut sudah dibakar.
Diah menyebut adanya pemberian uang tersebut diungkapkan oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan di Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil, Suciati. Diah yang merasa tidak pernah menerima uang itu kemudian menanyakannya langsung kepada Suciati saat keduanya sama-sama diperiksa penyidik KPK
ADVERTISEMENT
Menurut Diah, Suciati mengatakan bahwa dia memang menyerahkan uang itu. Namun uang itu tidak langsung kepada Diah, melainkan diserahkan kepada ajudannya. Diah yang tidak merasa menerima uang itu lalu meminta kuitansi soal uang tersebut kepada Suciati. Namun menurut Suciati, kuitansi tersebut telah dibakar atas perintah pimpinannya.
Pada sesi terpisah, Suciati mengakui soal adanya pembakaran kuitansi tersebut. Menurut dia, kuitansi itu dibakar oleh Junaidi yang saat itu menjabat Bendahara di Kementerian Dalam Negeri. Ia mengungkapkan kuitansi yang dibakar adalah bukti pembayaran untuk Gamawan Fauzi dan Diah Anggraeni yang diyakini sebagai upah mereka dalam mengisi acara Kemendagri di sejumlah daerah di Indonesia.
5. Cerita Keluarga soal Perawat Suntik Pasien yang Sudah Meninggal
Keluarga pasien di RS Siti Khadijah, Sidoarjo protes karena perawat dan dokter di rumah sakit tersebut dianggap tidak serius menangani pasien. Ketidakseriusan itu terlihat ketika perawat memberikan suntikan kepada pasien yang ternyata sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
Pasien tersebut bernama Supariyah (67), warga Desa Ketegan Kecamatan Taman, Sidoarjo. Anak Supariyah, Abu Daud (41), mengaku sangat kecewa karena hingga saat ini tidak ada niat baik dari rumah sakit untuk mengakui kesalahan atas pelayanan yang menyebabkan korban meninggal dunia.
Daud menuturkan peristiwa itu bermula saat keluarga korban mengantar Supariyah ke Rumah Sakit Siti Khadijah pada Rabu (20/12/2017) sekitar pukul 04.30 WIB. Saat itu, korban mengeluh kepalanya pusing dan sedikit mual.
Menurut pihak rumah sakit, pasien harus menunggu reaksi antara 30-40 menit setelah diberi suntikan. Tak lama, kondisinya sempat membaik. Pasien dipersilakan pulang. Namun pada pukul 10.00 WIB, kondisi pasien semakin memburuk.
Keluarga korban kembali membawa korban ke Rumah Sakit Siti Khadijah, namun pihak rumah sakit mengatakan semua kamar sudah penuh. Kemudian anak Supariyah yang lain, Faisal, berkonsultasi kepada perangkat desa terkait BPJS. Perangkat desa meminta agar pasien dirujuk dengan menggunakan jalur pasien umum.
ADVERTISEMENT
Usai masuk ke kamar, pasien masih menunggu kehadiran dokter. Rumah sakit menjadwalkan pemeriksaan oleh dokter sekitar pukul 17.00 WIB. Namun hingga pukul 23.00 WIB tidak ada dokter yang datang.
Hingga esok harinya, keluarga terus menunggu kedatangan dokter. Sekitar pukul 14.30 WIB barulah dokter Zakaria datang untuk memeriksa. Dalam pemeriksaannya, dokter menyatakan bahwa pasien terganggu pada syaraf tenggorokan sehingga tidak bisa menerima makanan.
Selain dokter Zakaria, keluarga juga masih menunggu pemeriksaan dokter syaraf, namun hingga pukul 20.00 WIB tidak ada dokter syaraf yang datang. Kondisi pasien semakin memburuk .
Sekitar pukul 21.00 WIB, perawat datang dan menyuntikan obat ke tubuh pasien. Namun saat itu keluarga curiga karena saat disuntik pasien tidak memberikan reaksi sedikit pun.
ADVERTISEMENT
6. Jokowi Presiden RI Pertama yang ke Afghanistan Setelah Sukarno
Presiden Joko Widodo dan rombongan kepresidenan akhirnya menginjakkan kaki di Afghanistan. Jokowi dan rombongan tiba di Kabul pada Senin (29/1), waktu setempat. Lawatan Jokowi kali ini sungguh spesial. Dia merupakan Presiden Indonesia pertama dalam 57 tahun terakhir yang bertandang ke Afghanistan setelah Sukarno.
Sang pendiri bangsa melawat ke Afghanistan pada 1961. Lawatan Sukarno ke Kabul saat itu disambut meriah oleh rakyat Afghanistan. Selain menghadiri pertemuan dengan pemimpin Afghanistan saat itu, Sukarno juga dihibur oleh dengan beberapa kesenian khas negara Asia Selatan itu.
Berbeda dengan Sukarno, lawatan Jokowi ke Kabul dilakukan di tengah penjagaan ketat aparat keamanan setempat. Pasalnya, sepanjang sepekan sebelum kunjungan, Afghanistan dihantam 4 teror besar.
ADVERTISEMENT
7. Secarik Kertas di Dompet, Cara Warga Afghanistan Hadapi Kematian
Perang, bom, dan serangan tak bisa lepas dari negara bernama Afghanistan. Warga di sana seakan sudah siap menerima segala konsekuensi atas situasi tersebut, termasuk yang paling berat yaitu mati dibom atau diterjang peluru.
Tentunya tidak ada orang yang mau mati tragis. Warga Afghanistan pun sama, tapi setidaknya dibanding penduduk dunia lainnya, mereka seperti lebih bersiap untuk menghadapi maut kapan dan di mana saja.
Salah seorang penduduk lokal di Kabul, Mujeebullah Dastyar, menyebut hampir seluruh warga Afghanistan menyelipkan secarik kertas kecil di dompetnya. Kertas itu berisikan data pribadi sang pemegang dompet seperti, nomor kontak darurat, golongan darah, dan alamat rumah.
Seorang pria asal Kabul lain, yang tak mau disebutkan namanya, mengatakan dirinya selalu membawa kertas di dompet karena menganggap ia bisa tewas kapan saja.
ADVERTISEMENT
Ikuti terus edisi terbaru Rangkum setiap harinya.