Rangkum Edisi 17 September 2017: OTT Wali Kota, Diamond, hingga LBH

Konten Media Partner
17 September 2017 12:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Menemani santai maupun santap siang di Minggu yang cerah ini, Rangkum edisi 17 September 2017 menampilkan 3 isu pilihan yang ramai dibahas dan menarik perhatian kami sepanjang Sabtu (16/9).
ADVERTISEMENT
1. KPK Tangkap Wali Kota Batu, Jawa Timur
Eddy Rumpoko (Foto: Instagram/@eddy_rumpoko)
KPK melakukan OTT Wali Kota Batu ketika ia sedang mandi. Wali Kota asal PDIP tersebut diamankan bersama empat orang lainnya, termasuk Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kota Batu.
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengatakan, Eddy diduga menerima suap sebesar Rp 300 juta. Uang yang dia terima sebesar Rp 200 juta, sedangkan sisanya sebesar Rp 100 juta akan diberikan untuk Kepala ULP.
Suap tersebut diduga terkait pengadaan barang dan jasa di Kantor Wali Kota Batu. Kantor Wali Kota Batu memang sedang menjalankan proyek pengadaan barang dan jasa, salah satunya pengadaan mebel dengan nilai proyek mencapai Rp 5 miliar. Eddy menerima suap dari pengusaha mebel yang memenangkan tender.
ADVERTISEMENT
Baca berita serupa dari Tempo mengenai OTT Wali Kota Batu berikut ini: Begini Kronologi OTT Wali Kota Batu Eddy Rumpoko
2. Djarot: Diamond Karaoke Tutup Permanen
Karaoke Diamond. (Foto: Dok. Adim Mugni)
Politikus Partai Golkar Indra J Piliang diringkus petugas kepolisian di Opal Room, Karaoke Diamond, Tamansari, Jakarta Barat pada Rabu (13/9) sekitar pukul 19.30 WIB. Ia ditangkap bersama dua temannya, yaitu RF dan IJ karena membeli sabu seberat 1 gram dari seorang bandar yang saat ini masih dalam pengejaran polisi.
Indra Piliang diketahui telah mengonsumsi sabu selama satu tahun terakhir. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyebut bahwa Indra diduga sudah disediakan sabu oleh salah satu karyawan tempat karaoke tempat dia ditangkap.
ADVERTISEMENT
3. Polisi Cegah Massa Masuk YLBH Jakarta untuk Seminar Bahas Sejarah 1965
Kapolres Jakpus, Kombes Suyudi di gedung LBH. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Sekitar 60 personel kepolisian berjaga di sekitar gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/9). Pengamanan dilakukan terkait berlangsung seminar Sejarah Pengungkapan Kebenaran 1965/1966 di YLBH. Seminar digelar sebagai wadah diskusi mencari kebenaran dan menghargai sejarah bangsa
Tak berselang lama setelah pengamanan dilakukan, sejumlah massa dari Aliansi Mahasiswa Jakarta (AMJ) mendatangi gedung YLBH. Polisi melarang massa masuk ke dalam gedung. Ketegangan sempat terjadi saat polisi mencoba menerobos masuk ke dalam gedung yang dijaga ketat oleh para relawan LBH.
Berikut berita serupa dari Kompas, dengan menyoroti sudut pandang aktivis YLBHI yang bersuara atas peristiwa pembubaran represif tersebut: LBH Jakarta Sebut Pembubaran Seminar Sejarah 1965 Wujud Darurat Demokrasi
ADVERTISEMENT