Eksistensi Reog Ponorogo Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Ponorogo

Rani Anggraeni
Mahasiswa Prodi Industri Pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia
Konten dari Pengguna
12 April 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rani Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Reog Ponorogo. Sumber foto : pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Reog Ponorogo. Sumber foto : pexels.com

1. Sejarah Reog Ponorogo

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Reog Ponorogo, salah satu warisan budaya dari Jawa Timur. Siapa yang tidak tahu Reog Ponorogo? Memiliki berbagai versi sejarah dalam perkembangannya di setiap kerajaan nusantara Indonesia. Dwi Cahyono yang merupakan Pakar Sejarawan dan Budaya Kota Malang, menjelaskan bahwasannya seni pertunjukan Reog Ponorogo pertama kali muncul pada era Kerajaan Wengker di abad ke-11 silam. Pada Saat itu, Gerakan Tarian Reog ini diperuntukkan untuk latihan perang. Namun kemudian disempurnakan di era Kerajaan Kediri dan Kerajaan Majapahit.
ADVERTISEMENT
Dikisahkan Kala itu Prabu Kiana Sewandono yang merupakan Raja dari kerajaan Bantarangin bermimpi menjumpai seorang Putri Songgolangit yang cantik dari kerajaan Kediri sehingga Prabu Kiana Sewandono pun Jatuh hati pada Kecantikan sang putri. Prabu Kiana Sewandono setelahnya mengutus Patih Anom melamar Putri Songgolangit dari Kerajaan Kediri.
Putri Sewandono menerima lamaran tersebut dengan satu syarat. Dimana Sang Prabu harus mempersembahkan sebuah pertunjukan yang belum pernah ada. Sang Patih Anom akhirnya memiliki sebuah ide pertunjukan, dengan memanfaatkan Raja Singo Barong yang memiliki kepala harimau dan burung merak diatasnya bertengger, diiringi bunyi-bunyian, maka terbentuklah iring-iringan Prabu Kiana Sewandono dan Prabu Singo Barong tersebut sehingga menjadi pertunjukkan yang dikehendaki oleh Sang Putri dari Kerajaan Kediri, dan saat ini iring-iringan tersebut dikenal dengan nama Kesenian Reog.
ADVERTISEMENT
Versi Kerajaan Majapahit Mengenai Asal mula reog Ponorogo sendiri, bermula pada penyebutan awal dari Reog yaitu “Barongan” dimana Barongan ini diperuntukkan sebagai sindiran dari Demang Ki Ageng Suryangalam kepada raja yang sedang berkuasa yaitu raja Majapahit Prabu Brawijaya V (Bhre Kertabumi) karena belum melaksanakan tugas-tugas kerajaan secara tertib, adil dan memadai, dikarenakan dikendalikan oleh permaisurinya.
Pementasan reog pertama kali muncul pada tahun 1920 Desa Somoroto Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, kemudian menyebar ke seluruh kecamatan dan desa di wilayah Kabupaten Ponorogo. Namun Pertunjukan Kesenian Reog ini sempat dibatasi pada saat zaman pemerintah kolonial Belanda dan Penjajahan Jepang, karena dianggap dapat memobilisasi massa. Namun setelah Indonesia merdeka, seni reog mulai dipertunjukan secara bebas.
Kesenian Reog Ponorogo memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-39 Satpam tahun 2019 di halaman kantor Gubernur Riau, Rabu (22/1/2020). Sumber foto : infopublik.id

2. Pementasan Kesenian Tarian Reog Ponorogo dan Makna dari Setiap Gerakannya

Pementasan Reog Ponorogo disajikan dalam empat babak.
ADVERTISEMENT
Babak pertama diisi oleh jenis tarian jaranan atau jathilan.Dimana terkadang pada bagian babak ini terdapat kemunculan tokoh Penthul-Tembem yang ikut menari dengan gerakan melucu. setelahnya datang prajurit yang menggambarkan gerakan latihan perang.
Babak kedua, pertunjukan dimonopoli oleh tokoh Singo Barong yang menari-nari dan memperlihatkan gerakan-gerakan pantomim. Tokoh ini menirukan tingkah laku harimau. Setelahnya dilanjutkan dengan perang antara prajurit dan Singo Barong. Pada adegan ini, Singo Barong tampak agresif, demonstratif, atraktif, dan melompat, serta mengangkat penari, dan sebagainya. Setelah itu, Thetek Melek yang mendampingi Singo Barong sambil memegang baju Singo Barong mengusir penonton yang masuk area. adegan tersebut mengisahkan mengenai kekalahan prajurit berkuda.
Babak Ketiga menampilkan Bujangganong yang menari dan menunjukkan keterampilannya. Babak ketiga ini mengisahan perang antara Bujangganon dengan Singo Barong. Dalam perang tersebut, Singo Barong kalah, kemudian menjadi pengikut Bujangganong.
ADVERTISEMENT
Babak terakhir yaitu babak keempat menampilkan Tarian Tunggal dari Kiana Sewandono yang kemudian dilanjutkan dengan datangnya Bujangganong mempersembahkan Singo Barong.
Tari Reog Ponorogo ini diiringi oleh beragam alat musik tradisional seperti, .saron, kendhang, kenong, bonang, gong, dan terompet. Adapun lagu-lagu pokok yang digunakan dalam kesenian ini di antaranya adalah Putrajaya, Ponoragan, Sampak, Obyok, Kebo Giro. Sementara lagu selingan yang sering digunakan antara lagu ijo-ijo dan Walangkekek.
Reog Ponorogo Masuk List Nominator Warisan Budaya Takbenda dari Unesco. Sumber foto : dok.humasponorogo

3. Eksistensinya saat ini

Praktik Reog Ponorogo awalnya berkembang di Desa Sumoroto, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kemudian menyebar ke seluruh kecamatan dan desa di wilayah Kabupaten Ponorogo. Tak terbatas hanya berkembang di Kabupaten Ponorogo, Reog juga berkembang dan tersebar di sebagian besar provinsi di Indonesia, diantaranya ada Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Bengkulu, Jambi, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Banten, Bali, sampai Nusa Tenggara Barat.
ADVERTISEMENT
Dengan atraksi khas yang dimiliki Kesenian Reog Ponorogo yang membedakannya dari Reog di daerah lain membuat penampilan kesenian reog Ponorogo sanggup dan mampu memberikan hiburan yang segar serta membangkitkan semangat juga menarik minat dan rasa penasaran orang-orang untuk menyaksikannya secara langsung. Reog Ponorogo juga telah diketahui berkembang di beberapa negara seperti Amerika, Belanda, Korea, Jepang, Hongkong, dan Malaysia.
Adanya Festival Reog Ponorogo 2022 yang sukses digelar oleh masyarakat dan Pemerintah Daerah Ponorogo dalam daftar Kharisma Event Nusantara (KEN) 2022. Membuat Kemenparekraf tergerak untuk memberikan dukungan dengan mendaftarkan Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda yang diusulkan Indonesia ke UNESCO. Semua itu tidak terlepas dari semangat keikutsertaan Masyarakat Ponorogo yang menjadi pemicu paling krusial dalam perkembangan Reog Ponorogo menjadi daya tarik wisata khas Ponorogo, beberapa contohnya seperti Pentas atau perlombaan-perlombaan serta pertunjukkan yang sering digelar dalam upaya pelestarian Reog Ponorogo masih sering diikuti dengan antusias oleh Masyarakat serta wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik dan ingin menyaksikan dan mempelajari Kesenian Reog Ponorogo ini secara langsung
ADVERTISEMENT