Konten dari Pengguna

Meningkatkan Minat Baca Anak SD di Era Digital: Tantangan dan Solusi

Rani Mega Utami
Mahasiswi UIN Raden Fatah Palembang
29 April 2025 12:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rani Mega Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Di tengah maraknya penggunaan gadget, minat baca anak usia Sekolah Dasar (SD) menghadapi tantangan besar. Namun, berbagai inovasi dari sekolah, orang tua, dan komunitas literasi membuktikan bahwa budaya membaca tetap bisa tumbuh di era digital".
"Anak-anak membaca bersama di taman sekolah. Membentuk budaya membaca sejak dini butuh kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas".(Foto: ROMAN ODINTSOV/Pexels), Sumber Gambar – Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
"Anak-anak membaca bersama di taman sekolah. Membentuk budaya membaca sejak dini butuh kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas".(Foto: ROMAN ODINTSOV/Pexels), Sumber Gambar – Pexels.

Tantangan Membaca di Era Digital

ADVERTISEMENT
Anak-anak SD saat ini menghadapi tantangan baru yaitu kekurangan minat baca, faktor ini disebabkan oleh kemudahan akses terhadap gawai dan hiburan digital membuat aktivitas membaca buku kerap tergeser. Padahal, menurut para ahli pendidikan, kebiasaan membaca di usia dini sangat menentukan kemampuan berpikir kritis dan perkembangan akademik anak ke depannya.
Anak-anak lebih mudah tergoda oleh video singkat, gim daring, atau aplikasi hiburan yang menawarkan kesenangan instan. Jika tidak diarahkan dengan bijak, mereka dapat kehilangan ketertarikan pada aktivitas membaca yang memerlukan konsentrasi dan imajinasi.

Inovasi Sekolah dalam Menumbuhkan Minat Baca

Sejumlah sekolah dasar di berbagai daerah mulai mengambil langkah inovatif untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya dengan mengintegrasikan program literasi berbasis teknologi. Guru tidak melarang penggunaan gadget, tetapi justru mengarahkan anak untuk mengakses aplikasi perpustakaan digital dan membaca e-book edukatif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, beberapa sekolah harus rutin mengadakan "Jam Membaca", di mana seluruh siswa dan guru membaca bersama di kelas selama 15–30 menit setiap hari. Program ini bertujuan membentuk kebiasaan membaca sebagai bagian dari rutinitas harian anak.

Peran Orang Tua dalam Membentuk Budaya Membaca

Keterlibatan orang tua di rumah menjadi kunci utama dalam membangun minat baca. Membacakan buku sebelum tidur, mengajak anak berdiskusi tentang cerita, hingga memberikan contoh nyata bahwa orang tua juga gemar membaca adalah strategi sederhana namun efektif.
Anak-anak cenderung lebih mudah untuk meniru daripada sekedar diperintah apalagi diceramah. Dengan pendekatan yang penuh keteladanan, anak-anak akan melihat membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan dan membanggakan.

Gerakan Komunitas Literasi

Komunitas literasi juga berperan aktif dalam menghidupkan semangat membaca di kalangan anak SD. Program-program seperti "Tukar Buku", lomba membaca, hingga mendongeng keliling sekolah, memberikan pengalaman literasi yang seru dan interaktif.
ADVERTISEMENT
Acara komunitas membuat anak-anak memahami bahwa membaca bukan hanya tugas sekolah, melainkan bagian dari kehidupan sosial yang menyenangkan.

Kolaborasi untuk Masa Depan Literasi

Di era digital ini, tantangan meningkatkan minat baca memang nyata. Namun dengan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas, literasi tetap bisa menjadi budaya yang hidup dan menyenangkan bagi anak-anak. Upaya bersama ini menjadi bekal penting untuk menciptakan generasi masa depan yang cerdas, kritis, dan berkarakter kuat.