Konten dari Pengguna

Kelembapan Kamar Kos: Dampak dan Solusi bagi Kesehatan

Rania Aulia
Mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat Universitas Airlangga
10 Januari 2025 18:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rania Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kamar kos (sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/30145178/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar kos (sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/30145178/)
ADVERTISEMENT
Hunian kos telah menjadi kebutuhan fundamental bagi mahasiswa Indonesia selama menjalani masa studi mereka di perguruan tinggi. Ruang terbatas yang menjadi saksi perjuangan akademik ini ternyata menyimpan tantangan kesehatan tersendiri, khususnya terkait masalah kelembaban udara yang seringkali terabaikan. Kamar kos yang berfungsi sebagai tempat istirahat, belajar, dan beraktivitas sehari-hari membutuhkan perhatian khusus terhadap kualitas udaranya untuk menjamin kesehatan dan produktivitas penghuninya. Masalah kelembaban yang berlebih telah menjadi persoalan umum namun sering dianggap sebagai konsekuensi wajar dari hunian kos. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan kelembaban udara serta strategi penanganannya perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan tinggal yang lebih sehat.
ADVERTISEMENT
Ruangan tertutup seperti kamar kos dengan tingkat kelembaban yang tinggi menciptakan surga bagi pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mengancam kesehatan penghuninya. Dinding, lantai, dan perabotan menjadi media pertumbuhan jamur dan bakteri ketika kelembaban melampaui 60%, ditandai dengan munculnya bercak-bercak gelap yang tidak hanya mengganggu pemandangan tetapi juga melepaskan spora berbahaya ke udara. Tungau debu berkembang pesat dalam kondisi lembab, menambah daftar ancaman bagi kesehatan penghuni dengan potensi memicu reaksi alergi. Kombinasi mikroorganisme dan tungau menciptakan lingkungan tidak sehat yang dapat memicu berbagai gangguan kesehatan bagi penghuni kamar kos. Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya sirkulasi udara yang umum ditemui pada desain kamar kos.
Gangguan kesehatan akibat kelembaban berlebih dalam kamar kos dapat muncul dalam beragam manifestasi yang mengganggu sistem pernapasan dan memicu alergi. Gejala umum yang dialami penghuni meliputi bersin-bersin, hidung tersumbat, iritasi mata, dan batuk berkelanjutan, terutama ketika berada di dalam kamar atau seusai bangun tidur. Lingkungan lembab dalam jangka panjang dapat memperburuk kondisi asma dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang berulang, sementara kualitas tidur terganggu akibat ketidaknyamanan udara lembab dan sensasi lengket pada kulit. Dampak kesehatan ini berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi belajar dan pencapaian akademik mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya kesehatan yang terancam, kelembaban tinggi juga menggerogoti barang-barang pribadi penghuni kos dan menimbulkan kerugian material yang tidak sedikit. Koleksi buku dan dokumen penting mengalami kerusakan progresif dengan tanda-tanda seperti penguningan kertas, kelengketan, hingga pertumbuhan jamur yang merusak. Pakaian dalam lemari tidak luput dari serangan kelembaban, menghasilkan aroma tidak sedap dan perubahan warna akibat pertumbuhan jamur yang tak terkendali. Furniture kayu seperti meja, kursi, dan lemari mengalami deformasi struktural berupa pembengkakan dan pelapukan yang memerlukan biaya perawatan atau penggantian yang tidak sedikit.
Tingginya kelembaban dalam kamar kos dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari aspek arsitektur hingga kebiasaan penghuninya. Rancangan bangunan yang mengabaikan ventilasi alami dan akses sinar matahari menjadi akar masalah tingginya kelembaban dalam ruangan. Penempatan kamar kos di area lembab atau berdekatan dengan sumber air memperburuk situasi, sementara kebiasaan penghuni seperti mengeringkan pakaian dalam kamar dan penggunaan AC yang tidak tepat menambah beban kelembaban. Minimnya perawatan rutin dan pembersihan menciptakan kondisi ideal bagi akumulasi kelembaban yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Solusi pengendalian kelembaban memerlukan pendekatan komprehensif yang memadukan teknologi dengan perubahan kebiasaan sehari-hari. Penggunaan dehumidifier menjadi opsi cepat untuk menurunkan kelembaban, khususnya selama musim penghujan atau di lokasi dengan kelembaban tinggi. Optimalisasi ventilasi dapat dicapai dengan membuka jendela secara rutin di pagi hari untuk memfasilitasi pertukaran udara dan penetrasi sinar matahari. Pemasangan kipas angin atau exhaust fan strategis membantu melancarkan sirkulasi udara dan menekan kelembaban, sedangkan penggunaan bahan penyerap kelembaban seperti silica gel atau arang bambu memberikan perlindungan tambahan di area-area kritis.
Peran aktif penghuni dalam mengelola kelembaban kamar kos menjadi kunci keberhasilan pengendalian kelembaban jangka panjang. Rutinitas pembersihan yang mencakup penyapuan, pengepelan, dan pembersihan sudut-sudut ruangan efektif mencegah akumulasi debu dan pertumbuhan jamur. Pengaturan tata letak furniture dengan memperhatikan jarak antar perabotan dan dinding memungkinkan aliran udara yang lebih optimal. Penghuni perlu menghindari kebiasaan yang meningkatkan kelembaban seperti pengeringan pakaian dalam ruangan atau penyimpanan barang basah, sementara penggunaan AC yang bijak dengan pengaturan suhu dan mode yang tepat membantu menjaga kelembaban ideal.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan teknologi sederhana namun efektif dapat membantu monitoring dan pengendalian kelembaban secara berkelanjutan. Higrometer memungkinkan pemantauan aktif kondisi kelembaban ruangan dan pengambilan tindakan tepat waktu ketika level kelembaban melewati ambang normal. Penggunaan cat anti jamur dan pelapis anti air memberikan lapisan perlindungan tambahan terhadap dampak kelembaban pada permukaan bangunan. Inovasi seperti lampu UV dan sterilizer udara membantu menekan pertumbuhan mikroorganisme, sementara kipas angin dengan teknologi ionizer berkontribusi dalam membersihkan udara dari partikel tidak diinginkan.
Pengelolaan kelembaban yang optimal membutuhkan sinergi antara penghuni dan pemilik kos dalam menciptakan lingkungan hunian yang sehat. Pemilik kos dapat berkontribusi melalui perbaikan infrastruktur seperti penambahan ventilasi, pembenahan sistem drainase, dan pemasangan atap anti bocor. Penghuni berperan penting dalam menerapkan pola hidup sehat dan bertanggung jawab terhadap penggunaan ruangan, termasuk menjaga kebersihan dan melakukan tindakan pencegahan kelembaban secara konsisten. Komunikasi efektif antara kedua pihak memungkinkan identifikasi dini dan penanganan cepat terhadap masalah kelembaban yang muncul.
ADVERTISEMENT
Menciptakan lingkungan kamar kos yang sehat membutuhkan pemahaman mendalam tentang pengelolaan kelembaban udara dan komitmen dalam menerapkan solusi yang tepat. Integrasi antara perbaikan infrastruktur, pemanfaatan teknologi yang relevan, dan transformasi perilaku dapat menciptakan kondisi hunian yang lebih sehat bagi mahasiswa. Dengan terjaganya kelembaban udara pada level optimal, mahasiswa dapat memfokuskan diri pada studi tanpa terganggu oleh masalah kesehatan akibat kelembaban berlebih. Investasi dalam pengelolaan kelembaban memberikan keuntungan jangka panjang bagi kesehatan dan kesejahteraan komunitas penghuni kos secara keseluruhan.
Rania Aulia Rahmadhani, mahasiswi jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.