Berikut 5 Manfaat Tayangan ‘Jalan Sesama’ untuk Perkembangam Anak Usia Dini

Konten dari Pengguna
7 Mei 2020 6:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rania Feraihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar 1 :Ilustrasi Jalan Sesama
Saat Wabah Covid-19, Berikut 5 Manfaat Tayangan ‘Jalan Sesama’ untuk Perkembangan Anak Usia Dini!
ADVERTISEMENT
Munculya pandemic Covid-19 saat ini, tidak sedikit orang tua yang khawatir jika perkembangan anaknya yang masih dalam tahap usia dini menjadi terhambat karena sulit beraktivitas ke luar rumah. Padahal, anak usia dini (0 – 5 tahun) merupakan usia emas bagi anak untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya dari lingkungan sekitar sebagai pembentukan karakter, meningkatkan ketrampilan, dan pengembangan inteligensi permanen pada anak.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pembelajaran di rumah bagi anak usia dini, Mendikbud Nadiem Makarim menginisiasi program “Belajar dari Rumah” yang ditayangkan di stasiun televisi TVRI untuk membantu terselenggaranya pendidikan di masa darurat. Program yang menjadi materi pembelajaran bagi anak usia dini adalah series ‘Jalan Sesama’ yang ditayangkan setiap Senin-Jumat pukul 08.00 – 08.30 WIB.
ADVERTISEMENT
Berikut 5 manfaat penayangan ‘Jalan Sesama’ untuk tahapan perkembangan anak usia dini:
1. Mengenal Angka dan Berhitung
Gambar 2 : Ilustrasi film tema berhitung
Belajar berhitung mungkin menjadi kegiatan yang membosankan dan tidak menyenangkan bagi anak. Tetapi, pada ‘Jalan Sesama’, pembelajaran mengenai hal tersebut bisa menjadi sangat mengasyikkan. Seperti contoh di salah satu episode, pengenalan angka 1-10 dilakukan dengan cara menampilkan video yang atraktif, yaitu terdapat animasi angka satu hingga sepuluh yang berwarna-warni dan diikuti oleh cara pelafalan angkanya.
2. Mengenal Abjad dan Kata
Gambar 3 : Gatot Kata mengajarkan abjad kepada anak
Menurut Piaget, anak pada tahap Pra-Operasional dapat memahami sesuatu secara simbolik karena belum mampu berpikir secara abstrak. Oleh karena itu, untuk mengenalkan abjad, tayangan ini menyajikan tokoh Gatot Kata, yaitu seorang pria yang berpakaian seperti Gatot Kaca. Setiap episode, ia mengenalkan abjad atau kata yang berbeda-beda, mulai dari abjad A hingga abjad Z. Tak lupa, tokoh Gatot kata akan menunjukkan cara menulis setiap abjad dan cara pelafalannya agar dapat diikuti oleh anak.
ADVERTISEMENT
3. Meningkatkan Kemampuan Verbal
Gambar 4 : Pada tayangan, tokoh bernyanyi yang mengandung lirik yang mendidik
Anak usia dini memiliki kemampuan berbicara dan menyusun kalimat yang masih terbatas. Menurut Vygotsky, tokoh Psikologi Pendidikan, pada usia tersebut kemampuan berbicara anak berada pada tahap eksternal. Tahap eksternal merupakan tahap dimana anak akan berpikir dan berbicara mengikuti informasi yang berasal dari luar diri anak. Oleh karena itu, tayangan Jalan Sesama tak jarang mengajak anak untuk bernyanyi yang mengandung lirik informatif dan mudah dipahami oleh anak sehingga anak dapat melatih kemampuan menyusun kalimat dan meningkatkan pembendaharaan kata yang dimiliki.
4. Mengasah Kemampuan Motorik Anak
Gambar 5 : Berlatih kemampuan motorik pada anak
Usia 3-5 tahun merupakan usia kejayaan anak untuk perkembangan motorik, ditandai dengan bertambahnya berbagai gerakan baru yang dilakukan oleh anak. Kemampuan motorik meliputi kasar (melompat, berjalan, berlari), dan halus (bermain puzzle, menulis, memegang sendok). Terdapat banyak episode yang menampilkan para tokoh mengajak anak untuk menari bersama-sama. Menari merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk pengembangan motorik anak karena menari merupakan aktivitas yang memiliki berbagai macam gerakan. Sehingga, menari dapat melatih koordinasi gerak otot dan syaraf anak. Selain pengembangan motorik, menari juga dapat meningkatkan sosioemosional dan kemampuan berpikir anak.
ADVERTISEMENT
5. Menumbuhkan Perilaku yang Positif
Gambar 6 : Ilustrasi tayangan interaksi antar sesama
Sebagian besar aktivitas yang terjadi di Jalan Sesama merupakan interaksi antar tokoh yang memiliki karakterstik berbeda-beda, baik usia, ras, dan jenis kelamin. Aktivitas tersebut meliputi bermain bersama, mengutarakan pendapat atau ide, menolong satu sama lain, serta berbagai perilaku positif lainnya. Pada tayangan, perilaku-perilaku positif tersebut akan mendapatkan apresiasi atau pujian dari lingkungan sekitarnya.
Menurut Bandura, pelopor Teori Belajar Sosial, anak akan mengamati perilaku yang ia lihat di lingkungannya dan melakukan perilaku modelling (menirukan) lalu menerapkan perilaku tersebut di kehidupannya. Jika mendapatkan apresiasi dari lingkungan sekitarnya, anak akan cenderung melakukan perilaku tersebut secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, berbagai perilaku positif para tokoh akan diserap oleh anak dan akan tertanam pemikiran bahwa jika ingin diterima lingkungan, ia harus berperilaku baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
ADVERTISEMENT