Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Opini : Anak Perempuan Pertama Cenderung Lebih Mandiri, Mengapa?
10 November 2024 10:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ranty Berliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, ramai sekali perbincangan yang membahas tentang anak perempuan pertama atau yang sering kita sebut dengan anak sulung. Disebut sebagai anak sulung, karena anak sulung merupakan anak yang lahir pertama kali dalam suatu keluarga jika dibandingkan dengan saudara-saudara yang lahir setelahnya.
Sejak dini, anak pertama atau anak tertua seringkali diharapkan untuk menjadi peran tertentu dalam keluarga. Seperti menjadi peran yang teladan atau panutan yang baik untuk adik-adiknya, bahkan sampai mengemban tanggung jawab yang besar untuk membantu orangtuanya dalam mengasuh dan merawat adik-adiknya.
ADVERTISEMENT
Namun, suara terbanyak mengenai beratnya beban yang dipikul dan kemandirian yang dirasakan anak pertama, dominan diisi oleh kalangan perempuan atau anak perempuan pertama. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Ketidaksetaraan Gender antara Perempuan dan Laki-Laki
Tidak dapat dihindari bahwa seringkali kita menemukan adanya ketidaksetaraan gender atau yang sering dikenal sebagai budaya patriarki. Budaya patriarki ini merupakan budaya yang mengedepankan laki-laki sebagai sosok yang dominan dalam aspek kehidupan. Sama hal-nya dengan apa yang terjadi didalam sebuah struktur anggota keluarga.
Yang dimana anak lelaki, dijadikan sebagai raja yang hanya diperbolehkan untuk memimpin, mencari nafkah dan tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Sehingga semua urusan rumah tangga termasuk mengasuh dan menjaga adik menjadi tugas wajib yang hanya boleh dikerjakan oleh perempuan saja.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, anak perempuan pertama cenderung merasa lebih mandiri jika dibandingkan dengan anak laki-laki pertama. Karena selain mengurus urusan rumah tangga, perempuan juga handal dalam melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh laki-laki pada umumnya, seperti mencari nafkah, melindungi dan mengambil keputusan.
Harapan dan Ekspektasi yang Berlebihan dari Orang Tua
Orangtua seringkali menaruh harapan dan ekspektasi yang tinggi terhadap anak perempuan pertama. Mereka sangat diharapkan dapat menjadi peran sebagai "penjaga" kehormatan dan harga diri keluarga, terutama karena posisi perempuan yang sering dipandang dan dikaitkan dengan nilai-nilai sosial serta budaya yang ada di masyarakat.
Anak perempuan pertama diberi tanggung jawab yang besar dalam mengurus rumah tangga, adik-adik, dan juga harus menjadi contoh yang teladan bagi adik-adiknya, baik dalam perilaku maupun penampilan. Terkadang mereka juga merasa perlu untuk menyelesaikan masalah sendiri karena tidak ingin membebani orangtua dan adik-adiknya agar dapat memenuhi harapan orang tua dan menjaga citra mereka baik di mata keluarga maupun di mata masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tuntutan Untuk Menjadi Sandwich Generation
Anak perempuan pertama cenderung lebih sering untuk menerima peran pengganti sebagai orangtua bagi saudara-saudaranya. Hal tersebut dikarenakan kondisi orangtua yang sudah semakin menua, kesehatan mereka yang memburuk dan alasan ekonomi yang sulit. Sehingga anak perempuan pertama yang menjadi sosok orangtua untuk merawat dan membiayai adik-adiknya, baik secara pendidikan maupun kebutuhan hidup (sandang, pangan dan papan).
Sebutan yang sesuai dalam konteks ini, yaitu "Sandwich Generation". Generasi Sandwich atau Sandwich Generation adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan seorang anak yang berada di tengah-tengah dua generasi seperti sandwich "terjepit" akan kondisi orangtua yang sudah menua dan para saudara yang masih bergantung. Melihat adanya istilah tersebut, tentu anak perempuan pertama merasa sangat berkaitan (relate) dan terwakilkan dengan kondisi yang sedang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Anak perempuan pertama cenderung merasa lebih mandiri, karena sejak dini mereka sudah sering diberikan tanggung jawab yang besar dalam keluarga. Pengalaman ini mengajarkan mereka untuk lebih mengandalkan diri sendiri, mempunyai inisiatif, dan menghadapi tantangan tanpa banyak bergantung pada orang lain. Namun, perlu menjadi catatan bahwa meskipun anak perempuan memiliki kemandirian yang tinggi, mereka juga bisa mengalami dan menghadapi tekanan baik emosional maupun sosial yang lebih besar untuk memenuhi ekspektasi keluarga, yang terkadang bisa menambah beban kepada mereka.
Ranty Berliana, Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang.