Konten dari Pengguna

DOMPET DHUAFA (DD) WAY

16 Juni 2017 6:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rapidli Afid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
DOMPET DHUAFA (DD) WAY
zoom-in-whitePerbesar
Pada kesempatan ini, saya akan memberikan gambaran umum tentang sejarah Dompet Dhuafa berdasarkan buku yang telah baca yang berjudul DD WAY karya dari Eri Sudewo. Ada yang belum kenal pak Eri Sudewo? kalau belum yuk kita kenal dengan beliau.
ADVERTISEMENT
Erie Sudewo adalah salah satu pendiri Dompet Dhuafa (DD) sekaligus the first leader dan menjadi peletak dasar Dompet Dhuafa. Erie Sudewo adalah seorang ahli dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan masyarakat. Dia adalah salah satu pelopor manajemen amal modern di Indonesia. Dia telah mengubah tradisi keagamaan amal di Indonesia, disebut zakat, untuk membantu orang miskin dengan membentuk lembaga pengelola zakat baru, yang menawarkan kualitas tinggi dan kesehatan yang terjangkau, pendidikan, dan tabungan / jasa pinjaman.
Erie memperoleh gelar sarjana dari Universitas Indonesia, dan Magister Manajemen Pembangunan (MDM) dari Asian Institute of Management (Filipina). Dia memulai karirnya sebagai jurnalis. Dia dipekerjakan oleh beberapa surat kabar dan menetap di Republika di mana ia menjabat sebagai wartawan dan kemudian sekretaris editor. Dalam 1993, ia mendirikan Dompet Dhuafa (Dompet Bagi Masyarakat Miskin) yang sekarang salah satu organisasi amal terbesar di Indonesia dengan jutaan penerima manfaat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Erie juga telah dibangun banyak organisasi sosial dan masyarakat lainnya yang terkait dan forum seperti Forum Zakat (1997), Institut Manajemen Zakat (1999), LSM untuk Memberdayakan dan Caring (2001), dan Pengembangan Masyarakat Lingkaran-CSR Forum (2001). Dia juga terlibat dalam rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh & Nias setelah bencana Tsunami 2004, sebagai Deputi Bidang Ekonomi dan Usaha Pengembangan BRR (2005 - 2007).
Untuk mendistribusikan amal secara berkelanjutan dan meningkatkan akses modal bagi masyarakat miskin, Erie memainkan peran penting dalam pengembangan BMT (Baitul Maal wat Tamwil / IMFI) di Indonesia. Ia mendirikan beberapa BMT yang sekarang berada di antara yang paling terkemuka di Indonesia. Dia juga salah satu dari orang-orang kunci dalam pembentukan PBMT (Asosiasi BMT Indonesia / BMT Uni Indonesia) di 2005. Saat ini, Erie adalah konsultan CSR untuk beberapa perusahaan besar di Indonesia, pelatih dalam membangun karakter, dan penulis yang sangat produktif. Ia telah menulis beberapa buku tentang manajemen amal, pengembangan masyarakat, dan pembentukan karakter, dan dia adalah kolumnis untuk berbagai surat kabar dan majalah terkemuka. Dia juga memegang beberapa posisi manajemen senior di industri keuangan mikro syariah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Erie was named “Tokoh Perubahan (Man of Change)"Republika (2009), dan "Social Entrepreneur of The Year" oleh Ernst & Muda (2009). (Sumber: http://pbmtsv.com/our-people/erie-sudewo/?lang=id)
Nah, itulah sekilas tentang pak Eri Sudewo. Selanjutnya mari kita bedah bukunya yang merupakan Karya kedua beliau yang berjudul “DD WAY”.
Adapun pembahasan pokok dalam bukunya meliputi:
Bagian Satu : Buku Biru VS Buku Putih
Bagian Dua : Kelembagaan
Bagian Tiga : Amil
Bagian Empat : Program
Bagian Pertama: BUKU BIRU VS BUKU PUTIH
Berbicara tentang Buku Biru dan Buku Putih, otomatis yang terlintas dibenak kita adalah buku yang berwarna biru dan buku yang berwarna putih. Namun dalam bukunya pak Eri Sudewo tidak diartikan seperti itu. Itu hanya kata hiasan saja tapi memiliki makna yang sangat dalam. Pada kesempatan ini saya akan berbagi kepada rekan-rekan semua terkait buku yang telah saya baca yang berjudul DD Way karya Erie Sudewo.
ADVERTISEMENT
Bicara berkembang dan bertahan sebuah organisasi merupakan hal yang berbeda. “Berkembangnya” sebuah organisasi itu bicara blue print (cetak biru). Sedangkan “bertahannya” organisasi bicara white print ( cetak putih atau buku putih). Banyak organisasi yang awalnya berkembang pesat tapi akhirnya gagal. Ada beberapa organisasi yang masih bertahan meskipun pendirinya sudah tidak ada, seperti NU dan Muhammadiyah.
Buku Biru dan Buku Putih dalam sebuah Organisasi memiliki 9 pembeda diantaanya sebagai berikut:
1. Kulit VS Isi
Diibaratkan buah, cetak biru adalah kulit. Sedangkan isi buah, adalah buku putih. Begitupun dalam sebuah organisasi yang paling diharapkan adalah buku putihnya. Artinya manajemen sebuah organisasi itu sangat baik sehingga bisa bertahan. Banyak sebuah perusahaan yang diluarnya terlihat megah tapi dalam hal pengelolaan sangat jauh dari yang diharapkan sehingga tidak bertahan lama.
ADVERTISEMENT
2. Profit VS Benefit
Profit dan benefit memiliki perbedaan. Profit lebih kepada angka atau kuantitas. Sedangkan Benefit lebih kepada kualitas atau manfaat yang didapat. Profit itu nilainya terbatas, hanya kalkulasi angka. Sementara benefit yang tak menekankan uang justru meluas. Profit disini sebagai buku biru dan benefit adalah buku putihnya.
3. Harga diri VS Jati Diri
Dua hal yang mesti ada dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Yaitu cetak biru lembaga yang berbicara seputar “ Harga diri” dan cetak putih tentang “Jati Diri” SDM. Sebuah perusahaan mempertahankan harga dirinya dengan berusaha berkembang dan bersaing dengan perusahaan lainnya. Untuk memperatahankan harga diri, SDM perusahaan harus punya jati diri. Siapa mereka, mau apa, dan apa cita-cita mereka.
ADVERTISEMENT
4. Patuh VS Loyal
Patuh disini adalah cetak biru dan Loyal adalah cetak putih. Seorang karyawan yang patuh belum tentu loyal. Bisa jadi karyawan mematuhi aturan karena tidak ingin mendapat konsekuensi. Beda dengan karyawan loyal, tanpa diawasi pun dia tetap bekerja dengan penuh keikhlasan.
5. Terabas VS Etika
Terabas adalah buku biru dan Etika adalah buku putih. Berbicara soal terabas berarti berbicara tentang siasat atau usaha bagaimana usaha tercapai tanpa memikirkan usahanya positif ataupun negative yang penting target yang diharapkan tercapai. Buku biru disini tidak mengenal nilai. Beda dengan dengan buku putih yang menenkankan kepada etika yang memiliki nilai kebaikan dan kebenaran.
6. Rusak VS Aman
Cetak biru perusahaan yang merusak tubuh perusahaan dan orang-orang yang ada di dalamnya. Apapun yang dilakukan seolah sudah sah dan dibolehkan meskipun sifatnya negatif. Seakan-akan perusahan hanya sekedar mencari keuntungan. Beda dengan buku putih yang senantiasa merawat lembaganya agar tetap sehat dan aman. Perusahaan wajar mencari keuntungan tapi dengan cara yang positif.
ADVERTISEMENT
7. Berubah VS Permanen
Dalam cetak biru, perusahaan memiliki perjalanan yang berubah-ubah dari kecil menjadi besar, dari sukses menjadi bangkrut. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mampu menganalisis dengan baik maka prediksi yang dituang dalam cetak biru tak bisa kompetitif. Sebaliknya banyak perusahaan yang saat berkembang tak jumpa masalah. Begitupun dengan manusia meski sudah sukses tapi tetap tidak berubah. Jawabannya terkait dengan jati diri. Inilah pentingnya buku putih. Nilai way nya yang sedari awal dituang, tetap akan permanen bertahan.
8. Manajer VS Orang bijak
Seorang manajer yang diangkat dengan berdasar kemampuan saja, maka hal itu merupakan cetak biru. Artinya seorang manajer diangkat bukan karena kemauan keras dari seorang yang diangkat manajer tapi karena tuntutan. Sedangkan ketika kita berbicara mengenai buku putih berarti seorang manajer diangkat dilandasi dengan kemauan dan keikhlasan manajer itu, bukan karena paksaan dari orang tertentu.
ADVERTISEMENT
9. Warisan VS Hayati
Bicara cetak biru intinya itulah sosok organisasi. Bicara desain arsitektur, itulah desain rumah tinggal. Sama-sama berupa fisik yang apapun tentunya bisa diwariskan. Begitupun dengan perusahaan. Asset, kekayaan, karyawan, organisasi legal, jaringan dan mitra bisa diwariskan pada generasi berikutnya. Begitulah cetak biru diwariskan. Tetapi buku putih tak bisa diwariskan. Buku putih berisi nilai yang mesti dihayati. Pertama, mesti diinternalisasi, kedua, harus diresapi. Ketiga, dilatih, diulang-ulang, dan dibiasakan.
“ Cetak biru buat miskin atau kaya. Namun cetak putih yang membuat bahagia atau susah”
Setiap lembaga tentu punya prinsip tersendiri. Begitupun halnya dengan Dompet Dhuafa memiliki beberapa prinsip diantaranya:
Bagian Dua: KELEMBAGAAN
“ Bila organisasi ingin kuat, rekrut pasukan. Bila ingin berlipat keuntungan, rekrut manajer. Bila ingin berjalan lama, rekrut pemimpin”
ADVERTISEMENT
Lembaga ibarat rumah tinggal dan kelembagaan adalah rumah tangganya. Dari ibarat itu bisa dipahami bahwa lembaga adalah sebuah tempat berlangsungnya kegiatan, sedangkan kelembagaan berhubungan dengan manusia dan kegiatannya dalam lembaga tersebut. Dalam ranah kelembagaan ada tiga prinsip yang dimiliki oleh DD adalah Sebagai beriktu:
1. Lembaga Miliki Masyarakat
Lembaga Dompet Dhuafa sejatinya adalah milik masyarakat. Tak ada yang berkuasa di dalamnya sekalipun itu pendiri. DD tidak bisa dimiliki pendiri karena terkait pendanaan. Artinya karena dana dari masyarakat, DD tak bisa diklaim milik perseorangan. Intinya DD adalah miliki masyarakat bukan milik pribadi.
2. DD adalah Lembaga Nirlaba
Lembaga nirlaba adalah lembaga yang tidak mencari keuntungan pribadi. Dana hibah yang nir dari donator, dihimpun. Karena itu, jelas dan clear, DD tak boleh menyiasati dana hibah ini untuk kepentingan apa pun. Kecuali untuk kebermanfaatan bagi masyarakat Dhuafa.
ADVERTISEMENT
3. Peran Bidan
Lembaga Dompet Dhuafa ibarat Bidan dan Donaturnya adalah ibarat ibu. Seorang ibu yang menitipkan anaknya ke bidan dan bidanlah yang akan merawat anak itu. Begitupun dengan di DD donatur menitipkan dana ke DD untuk dikelola dengan baik dan dijaga agar dana yang dititipkan itu tetap sasaran.
Bagian tiga: AMIL
Berbicara mengenai amil, ada 3 prinsip dalam lembaga DD yaitu:
1. Pengelola
Pemilik dan pengelola jelas berbeda. Pemilik bisa jadi pengelola. Pengelola belum tentu pemilik. Begitupun di DD, yang menjadi pengelola adalah Amil. Amil hanya bertindak sebagai perantara atau jembatan. Untuk itu kesadaran amil akan posisi mesti kuat.
2. Patuh
Patuh itu bukan hanya taat untuk meraih sesuatu. Tegasnya agar berhasil, memang mesti patuh. Tapi tak patuh bisa saja dapat sesuatu. Patuh itu ada dua, patuh tanpa syarat, siap jalankan tugas. Patuh dengan syarat, ada harapan dibaliknya. Pura-pura patuh, juga ada sesuatu dibaliknya. Jadi Amil mesti patuh dengan Ikhlas bukan karena sesuatu, baru menjadi patuh.
ADVERTISEMENT
3. Pekerjaan Mulia
Pekerjaan seorang Amil itu merupakan pekerjaan yang mulia. Amil mengurusi dan mengelola dana untuk kebermanfaatan masyarakat Dhuafa. Amil menyalurkan harta donatur kepada masyarakat yang membutuhkan.
Bagian Empat: Program
Program yang dimiliki oleh Dompet Dhuafa dibagi atas 3 prinsip diantaranya sebagai berikut:
1. Fokus Mustahik
Mustahik adalah orang yang berhak mendapatkan dana zakat. Jadi program yang dimiliki dicanangkan oleh DD harus betul-betul kebermanfaatannya berfokus pada mustahik. Contoh anak yatim yang tidak mampu dan layak untuk dibantu.
2. Program Masterpiece
Masterpiece adalah karya besar. DD harus memiliki karya yang tidak dimiliki oleh lembaga lain. DD meski memiliki sesuatu yang besar yang bermanfaat bagi masyarakat karena DD memiliki SDM yang mayoritas masih muda.
ADVERTISEMENT
3. Apapun bisa dikomunikasikan
Jika tak penting, tak usah dikomunikasikan. Tapi bagi lembaga nirlaba, itu tak berlaku. Apapun itu, harus dikomunikasikan, baik itu hal yang penting ataupun yang tidak penting. Karena dengan komuniksi semua pekerjaan akan berjalan dengan lancar. Tidak boleh ada misskomunikasi antara dua pihak.