Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral
8 Juni 2017 16:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Rapidli Afid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelumnya telah dibahas mengenai refleksi moral. Nah teman-teman semuanya apakah cukup jika siswa kita sudah merefleksi moral mereka? Jawabannya belum. Diskusi mengenai moral harus perlu ditingkatkan hingga siswa betul-betul memahami moral baik yang sebenarnya dan mereka bisa mengaplikasikannya. Nah disini disajikan sebuah contoh kasus, baca baik-baik ya supaya mudah dipahami.
ADVERTISEMENT
Seorang guru mendapati salah satu siswanya menyontek dan dia memutuskan bahwa seluruh kelas akan mendapat pelajaran tentang menyontek. Dia memberikan sebuah cerita singkat yang berjudul “ Dilema Mary” begini ceritanya” John dan Mary adalah siswa IPS kelas tujuh. Ketika tes, Mary tahu kalau John melihat kertas ujiannya dan menulis jawabannya. Mary juga tahu bahwa John ada di tempat game sebuah mal pada malam sebelumnya ketika Mary belajar keras untuk ujiannya”
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa-siswanya, apa yang siswa-siswa itu akan lakukan jika mereka adalah Mary?
Para siswa menyarankan berbagai macam pendapat apa yang seharusnya Mary lakukan. Ada yang berpendapat bahwa Mary harus menutup kertas ujiannya, memberitahukannya kepada guru, mencoba membuat John mengatakan kalau dia menyontek, atau memberitahu John sesudah ujian mengapa menyontek itu tidak adil untuknya.
ADVERTISEMENT
Nilai utama yang didapatkan dari diskusi tersebut adalah memulai untuk mengembangkan kesepakatan siswa bahwa menyontek itu tidak adil untuk semua orang yang berusaha dengan jujur untuk kenaikannya. Tapi bagaimna jika ada siswa yang mengatakan menyontek itu tidak masalah? Nah kita baca kasus selanjutnya.
Di sebuah kelas ada seorang guru yang bernama Diane. Dia mencurigai 2 orang siswanya menyontek, tapi tidak memiliki bukti sehingga ia berada dalam isu miring. Guru Diane memberikan cerita pendek yang berjudul “ Banyak ketidakadilan atas sesuatu”. Cerita ini mengenai anak SMA yang menyontek di ujian bahasa Latin; dilaporkan oleh teman sekelasnya; dan diminta dikeluarkan oleh kode etik kehormatan sekolah.
Pada kesempatan itu guru Danie membuka diskusi di kelasnya, dia bertanya kepada siswanya “ Menurutmu menyontek itu salah?” kebanyakan siswa berdebat bahwa hal itu tergantung. Jika mata pelajarannya dianggap penting dan gurunya adil, maka menyontek itu salah. Akan tetapi, jika mata pelajarannya konyol atau gurunya tidak adil, maka tidak apa-apa katanya untuk menyontek.
ADVERTISEMENT
Diskusi itu tentunya tidak membantu guru Danie untuk menyadarkan siswanya kalau menyontek itu hal tidak baik. Di negara barat siswa menganggap bahwa menyontek itu tidak masalah, atau seks, obat terlarang, dan minuman keras itu menyenangkan bagi mereka yang penting tidak ada orang lain yang terluka.
Nah teman-teman kira-kira apa solusi untuk mengatasi masalah tersebut? Jawabannya guru harus memiliki kualitas strategi dan keahliannya memimpin diskusi. Disini disuguhkan lima strategi yang bisa membantu guru untuk merespon pemikiran siswa tingkat rendah dan menstruktur diskusi moral selanjutnya untuk menggambarkan pemikiran tingkat tinggi siswa dapatkan. Berikut ini petunjuknya:
1. Atur konteks yang nonrelativistik untuk diskusi.
2. Merencanakan masalah-pertanyaan yang spesifik yang akan menantang pikiran siswa.
ADVERTISEMENT
3. Menantang siswa untuk tetap berpikir tentang isu tersebut.
4. Diskusi berlabuh dalam kurikulum berbasi pendekatan.
Teman-teman itulah sedikit ilmu yang bisa saya share, semoga bermanfaat ya…