Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Saat Sekolah Tak Lagi Aman: Kekerasan yang Menghantui Siswa
4 November 2024 16:51 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rara Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu yang memiliki peran penting dalam perkembangan siswanya. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman, nyaman, dan penuh dukungan bagi para siswa untuk belajar dan berkembang. Namun, kenyataannya sekarang banyak sekolah yang menunjukkan sisi gelap yang semakin mengkhawatirkan. Perundungan, kekerasan fisik, hingga pelecehan verbal menjadi ancaman nyata bagi siswa, sehingga mengakibatkan luka psikologis yang sulit disembuhkan.
ADVERTISEMENT
Kekerasan di sekolah merupakan masalah yang serius dan memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman tidak hanya terletak pada guru dan staf sekolah saja, tetapi juga melibatkan orang tua, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan. Data menunjukkan bahwa kekerasan di sekolah kian meningkat, memengaruhi kualitas belajar dan mental anak-anak. Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji menjelaskan bahwa, “semua pihak harus berperan aktif dalam menangani isu ini, karena kekerasan di sekolah sering kali dianggap sepele oleh pemerintah, padahal dampaknya sangat serius bagi siswa-siswa,” tegasnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengeluarkan Permendikbudristek Nomor 46 tahun 2023 tentang pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Peraturan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari kekerasan dan menjamin keamanan serta kenyamanan bagi siswa.
ADVERTISEMENT
Pendidikan karakter dalam kurikulum juga penting dan tidak boleh diabaikan. Sekolah sebaiknya menerapkan nilai-nilai seperti empati, toleransi dan saling menghargai ke dalam proses pembelajaran. Siswa dapat belajar untuk menerapkan nilai-nilai tersebut, sehingga mereka dapat menghargai perbedaan dan menghindari perilaku yang berujung pada kekerasan.
Kekerasan di sekolah merupakan masalah serius yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental siswa. Salah satu contoh nyata adalah peristiwa yang terjadi di sebuah sekolah di Bukittinggi, Sumatra Barat, di mana sebuah video viral menunjukkan seorang siswa perempuan dipukul dan ditendang oleh sekelompok teman sekelasnya. Peristiwa ini tidak hanya mencerminkan kekerasan fisik, tetapi juga perundungan yang sistematis. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah, yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak-anak, justru menjadi tempat terjadinya kekerasan. Menurut data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, hingga Agustus 2023 terdapat 2.355 kasus pelanggaran perlindungan anak, yang meliputi 87 kasus perundungan dan 236 kasus kekerasan fisik dan psikis di lingkungan sekolah. Kasus-kasus seperti ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap pendidikan karakter dan perlu adanya upaya untuk mencegah kekerasan di sekolah agar keadaan ini tidak terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
Kekerasan di sekolah sering kali terjadi, baik dari dalam maupun luar lingkungan sekolah. Faktor internal seperti tekanan akademis, dan persaingan antar teman dapat menyebabkan siswa mencari tempat untuk melampiaskan atas tekanan yang mereka rasakan. Selain itu, kurangnya pengawasan yang tepat dari guru dan staf sekolah juga berpengaruh, karena perilaku agresif dapat terjadi tanpa pengendalian yang tepat dalam situasi ini. Di sisi lain, faktor eksternal seperti kondisi lingkungan yang kurang mendukung dan pengaruh media sosial juga turut memperburuk keadaan. Anak-anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan dengan sedikit dukungan atau bahkan penuh dengan kekerasan, cenderung meniru perilaku ini dan memasukkannya ke dalam interaksi mereka di sekolah. Faktor-faktor tersebut dapat menciptakan lingkungan yang rawan konflik, di mana kekerasan dapat timbul ketika ketegangan meningkat.
ADVERTISEMENT
Kekerasan dapat menganggu proses belajar mengajar, menurunkan motivasi siswa untuk bersekolah, bahkan berujung pada penurunan prestasi akademik. Lingkungan sekolah yang tidak aman juga dapat membuat rasa khawatir bagi siswa sehingga menghambat interaksi sosial yang sehat. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak-dampak ini agar dapat mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
Untuk mengatasi masalah kekerasan di lingkungan sekolah, dapat dilakukan berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh peserta didik, guru dan staf sekolah. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya ;
1. Membentuk Program Anti-Kekerasan
Sekolah dapat mengadakan program anti-kekerasan sebagai bagian dari kegiatan tahunan. Program ini bisa berupa sosialisasi dan pelatihan yang diadakan secara berkala, seperti seminar, atau kelas khusus yang membahas tentang bahaya kekerasan, dan cara-cara menyelesaikan konflik secara sehat. Di sini, siswa diajak untuk berdiskusi mengenai dampak negatif dari adanya kekerasan di lingkungan sekolah dan cara menghormati satu sama lain. Kegiatan ini juga perlu melibatkan orang tua dan staf sehingga semua pihak sadar akan peran mereka untuk menciptakan lingkungan yang aman dari kekerasan.
ADVERTISEMENT
2. Mengembangkan Sistem Pelaporan yang Aman
Banyak kasus kekerasan di sekolah yang tidak dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Sekolah dapat membuat sistem yang aman, dan mudah diakses oleh siswa, seperti kotak pengaduan di setiap kelas atau sistem pelaporan online. Sistem ini sebaiknya dikelola secara profesional agar laporan yang masuk bisa segera ditindaklanjuti. Siswa dapat melaporkan tindak kekerasan tanpa takut identitas mereka terungkap.
3. Meningkatkan Peran Guru sebagai Pengawas dan Pembimbing
Guru bukan hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga pengawas dan pembimbing siswa selama di sekolah. Guru dapat diberikan pelatihan khusus untuk mengenali tanda-tanda kekerasan sehingga dapat mengatasi masalah sebelum semakin parah. Mereka bisa bertindak sebagai penengah dalam konflik, mengajarkan cara komunikasi dengan baik, dan membantu siswa mengendalikan emosinya. Melalui pendekatan yang lebih aktif, guru dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman.
ADVERTISEMENT
4. Mengaktifkan Program Bimbingan Konseling
Bimbingan konseling yang kuat di sekolah sangat penting sebagai tempat bagi siswa untuk berbagi dan mengatasi masalah pribadi atau sosial mereka. Konselor yang terlatih dapat memberikan arahan kepada individu atau kelompok mengenai pengendalian emosi. Program ini juga bisa melibatkan pendidikan tentang kesadaran akan dampak kekerasan dan bagaimana menyelesaikan konflik secara damai.
5. Membuat Sanksi yang Tegas dan Mendidik
Sekolah seharusnya memiliki sanksi yang tegas untuk kasus kekerasan. Sanksi yang diberikan harus bersifat mendidik bukan mempermalukan, tetapi dapat membantu siswa memahami konsekuensi yang diberikan.
Kekerasan di sekolah merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dan kerja sama semua pihak. Kekerasan dapat terjadi karena adanya faktor internal maupun eksternal. Dampaknya juga sangat berpengaruh pada siswa serta lingkungan sekolah. Upaya tersebut dapat diterapkan, supaya tidak ada lagi kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk menimba ilmu, bukan menjadi tempat yang penuh dengan kekerasan atau ancaman.
ADVERTISEMENT