Konten dari Pengguna

Dari Aspal ke Aksi: Jalan Kampus yang Berubah Jadi Jalur Jogging

Syaira Puja Rahmadani
Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jember
8 Desember 2024 16:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syaira Puja Rahmadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto hanya pemanis saja
zoom-in-whitePerbesar
foto hanya pemanis saja
ADVERTISEMENT
Di sebuah kampus ternama di Jawa Timur, jalan utama yang biasanya menjadi akses kendaraan bermotor kini sering dipenuhi oleh para pelari. Mahasiswa hingga warga lokal menjadikan jalur ini sebagai tempat jogging favorit mereka, terutama pada pagi dan sore hari. Meski terlihat positif sebagai bentuk aktivitas fisik, penggunaan jalan ini untuk jogging kerap menimbulkan gangguan kecil bagi pengendara kendaraan yang harus lebih pelan dalam melintas, terutama saat jam-jam sibuk.
ADVERTISEMENT
Jalan Raya vs. Ruang Olahraga
Uniknya, meskipun kampus ini memiliki fasilitas olahraga yang memadai, seperti lapangan yang luas dan area jogging resmi, fasilitas tersebut justru jarang dimanfaatkan oleh para pelari. Sebagian besar pelari memilih jalan utama kampus karena dianggap lebih nyaman. Alasan utamanya adalah akses yang lebih mudah, suasana yang ramai, dan jalur jalan yang lurus, memberikan pengalaman jogging yang berbeda dibandingkan fasilitas yang tersedia.
Lapangan olahraga kampus sendiri sering kali dibiarkan kosong. Tidak ada kegiatan seperti basket atau futsal yang intensif di sana, sehingga lapangan sebenarnya bisa digunakan untuk jogging atau aktivitas lain. Namun, banyak pelari menganggap berlari di jalan utama terasa lebih menarik karena suasananya yang lebih dinamis dengan kendaraan dan orang-orang berlalu-lalang.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Terhadap Pengendara
Aktivitas jogging di jalan utama ini memberikan tantangan tersendiri bagi para pengendara, terutama mahasiswa yang terburu-buru menuju kelas. Para pelari sering kali bergerak ke tengah jalan, memaksa kendaraan yang lewat untuk memperlambat laju mereka. Situasi ini tidak sampai membuat arus kendaraan terhenti sepenuhnya, tetapi cukup mengurangi kelancaran lalu lintas.
Mahasiswa yang menggunakan motor untuk menuju kampus sering kali merasa terganggu karena harus mengatur kecepatan agar tidak membahayakan pelari. Kondisi ini menjadi lebih mengkhawatirkan pada pagi hari, ketika waktu menuju kelas semakin sempit.
Meskipun para pelari hanya menggunakan jalan untuk jogging di waktu-waktu tertentu, dampaknya tetap terasa, terutama pada jam sibuk. Situasi ini menimbulkan keresahan kecil di kalangan pengendara yang merasa jalan tersebut seharusnya dikhususkan untuk transportasi.
ADVERTISEMENT
Antara Kebiasaan dan Pilihan
Fenomena ini menunjukkan bagaimana kebiasaan dan kenyamanan dapat mengalahkan fasilitas yang ada. Meski lapangan olahraga tersedia dan tidak penuh, jalan utama kampus tetap menjadi pilihan utama para pelari. Mereka merasa jalan ini lebih menarik, baik karena lokasinya yang strategis maupun karena suasananya yang lebih hidup.
Namun, penggunaan jalan sebagai jalur jogging tanpa pengaturan resmi juga mencerminkan kurangnya kesadaran akan dampak terhadap pengguna jalan lain. Para pelari mungkin merasa jalan ini cukup luas untuk dibagi dengan kendaraan, tetapi dalam praktiknya, keberadaan mereka cukup mengganggu arus lalu lintas.
Solusi untuk Semua Pihak
Pihak kampus perlu mengambil langkah bijak untuk menangani fenomena ini. Beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Pengaturan Waktu: Menentukan waktu tertentu untuk aktivitas jogging di jalan utama, misalnya di luar jam sibuk kendaraan.
2. Optimalisasi Fasilitas: Menggalakkan penggunaan lapangan olahraga yang ada dengan menambahkan fasilitas tambahan seperti jalur jogging khusus di sekitar lapangan.
3. Edukasi Penggunaan Jalan: Memberikan pemahaman kepada mahasiswa dan warga lokal tentang pentingnya menjaga kelancaran lalu lintas di jalan utama kampus.
Dengan solusi yang tepat, jalan kampus ini tetap bisa menjadi ruang yang inklusif, di mana mahasiswa dan warga lokal dapat berolahraga tanpa mengganggu kenyamanan pengendara.
Kesimpulan
Dari aspal ke aksi, fenomena ini menunjukkan bahwa ruang publik sering kali dimanfaatkan secara kreatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun, penggunaan ruang bersama memerlukan kesadaran dan pengaturan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi pihak lain.
ADVERTISEMENT
Mengoptimalkan fasilitas yang ada dan memperbaiki koordinasi penggunaan jalan bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan berolahraga dan kelancaran transportasi di lingkungan kampus. Dengan begitu, baik pelari maupun pengendara dapat merasa nyaman dan aman dalam menjalani aktivitas mereka.
---
Syaira Puja, mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jember