Konten dari Pengguna

Mahasiswa Indonesia di China Kuatkan Hubungan People-To-People

Rasyuhdi I Studi di Nanjing University, China
Alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo I Mahasiswa Nanjing Universty, China I ketua Umum PPI Tiongkok Nanjing.
4 Desember 2020 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rasyuhdi I Studi di Nanjing University, China tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto: Rasyuhdi Nusantara Nanjing
Hubungan Indonesia dan China sudah berjalan selama 70 tahun, perjalanan yang cukup panjang dengan pasang surut hubungan antar dua negera tersebut. Hubungan kerjasama Indonesia dan China pada orde baru sempat ambyar, karena pada masa presiden soeharto sikap anti-komunis yang diambil pada kala itu menjadi corong utama, sejak 1967 hubungan diplomatik Indonesia-China di bekukan hingga awal 1990. Sehingga tidak bisa kita pungkiri karena hal tersebut, stigma negatif kepada etnis tionghoa tetap melekat sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Stigma negatif ini awal mulanya di tanamkan oleh belanda ratusan tahun lalu pada peristiwa Geger Pecinan. akan tetapi, kembali mencuat saat presiden soeharto mengeluarkan kebijakan anti-komunis dan tidak hanya itu, orang China sering dianggap sebagai pemeras harta pribumi dan seringkali dijadikan sasaran amuk massa. Hal ini didasari atas adanya kecemburuan sosial di masyarakat dalam hal ekonomi.
Peran Mahasiswa di Tiongkok sangat strategis dalam menghilangkan sentimen anti-Tionghoa agar dapat benar-benar hidup dalam pluralisme karena generalisasi adalah akar dari setiap kejahatan dan diskriminasi terhadap suatu kelompok. Setiap orang pasti tidak ingin mengalami diskriminasi ketika tinggal di suatu tempat, baik diskriminasi terhadap ras maupun agama. Oleh karena itu, Peran pelajar disini sangat dibutuhkan untuk menjadikan dua Negara ini semakin erat dalam hubungan kerjasama baik di bidang goverment to goverment ataupun People-to-people.
Foto: Rasyuhdi Pameran seni rupa Kirana Nanjing
Mahasiswa Indonesia yang notabene di Tiongkok sudah membuktikan baik dengan wadah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok atau pun dengan wadah yang berbau agamis seperti Pengurus Cabang Istimewah Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok, mereka semua membuktikan bagaimana peran penting mereka untuk memperkuat segala sesuatu tentang Hubungan antara Indonesia-China.
ADVERTISEMENT
People-to-people.yang sering digaungkan oleh teman-teman PPI Tiongkok seringkali tetang budaya antar negera sehingga, kita mampu mengenalkan Indonesia di kancah internasional, lebih-lebih di tengah tiongkok. meskipun pada masa pademi seperti ini,kita mampu membawakan program yang mempunyai keterlibatan kita untuk selalu berkontrubusi kepada Negara, seperti PPIT Nanjing dalam suatu programnya mengadakan focus group discussion yang diikuti oleh beberapa mahasiswa berbagai Negara, untuk mengadakan kajian pandangan diaspora terhadap perkembangan revolusi industry 5.0 dan di akhiri dengan webinar yang di hadiri oleh Atase Pendidikan KBRI Beijing Yaya Sutarya dan juga Asisten Stafsus RI Romzi Ahmad.
China saat ini juga sangat terbuka akan kerjasama dengan mahasiswa Indonesia untuk mengenalkan Indonesia disana, juga bukan kali pertama mahasiswa Indonesia di undang untuk mengisi acara internasional ataupun nasional di bidang budaya oleh pemerintah daerah China, pelajar Indonesia di Nanjing juga sering dalam acara Nanjing International Consumer Goods Expo mendapatkan undangan untuk ikut serta dalam mempromosikan Indonesia.
Foto: Rasyuhdi PCINU Tiongkok
Bukan hanya organisasi pelajar yang berlomba untuk hubungan People-to-people antara Indonesia-Tiongkok, PCINU Tiongkok juga selalu hadir dalam beberapa statemen mereka, yang secara organisasi berada di tiongkok untuk selalu mengkalrifikasi berita-berita hoax yang beradar dikalangan masyarakat, dan secara organisasi juga selalu membawakan program-program yang sangat menginspirasi bukan hanya tentang dunia santri yang hanya dikenal tentang kitab kuningnya, akan tetapi juga selalu berkaitan dengan berita aktual yang dihadapi Negara kita, salah satu contohnya perihal arah pendidikan di masa pademi saat ini, juga tak luput dalam diskusi yang mengahadirkan Prof.Dr.Muhadjir Effendy Mentri koordinator PMK RI.
ADVERTISEMENT
Bukan barang baru lagi kepada mahasiswa yang berada China untuk selalu membangun ukhwah antar bangsa, karena Selama 70 tahun hubungan bilateral Indonesia dan China hanya kerja sama yang lebih didominasikan pada bidang keamanan, ekonomi, dan industri saja yang sangat di perhatikan. pada saat ini kita juga harus menguatkan people-to-people connection atau hubungan antarmasyarakat dalam hubungan Indonesia-China juga tidak dapat diabaikan.
Peneliti Pusat Kewilayahan LIPI, Paulus Rudolf Yuniarto, juga menerangkan people-to-people connection bertujuan mengembangkan berbagai inisiatif dalam mendukung pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, mendorong kegiatan ekonomi, mendukung pertukaran budaya dan agama, mempromosikan pariwisata nasional, dan kebutuhan praktis lainnya, dalam webinar P-to-P Connection Indonesia-Tiongkok: Tantangan dan Strategi, “People to people connection juga memiliki peran penting walau tidak dapat diukur kedalamannya dalam konteks hubungan internasional,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sehingga “Pendekatan people-to-people Indonesia-Tiongkok dapat diimplementasikan melalui komunikasi antarbudaya dan manajemen lintas budaya,” ujar Rudolf. Walakin, mahasiswa Indonesia yang di China seringkali di cap aseng-asing. Padahal People-to-people tersebut dapat menjadi pilar penting dalam hubungan Indonesia-China yang diiniasikan oleh para pelajar disana, jadi sangat penting untuk kita implementasikan dan saling dukung untuk hubungan Indonesia-China.