Konten dari Pengguna

Backpacking: Traveling Lebih Fleksibel dan Biaya Minimalis

Rasendriya Evan Muhammad Walia
Mahasiswa S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada
18 Januari 2025 15:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rasendriya Evan Muhammad Walia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pura Ulun Danu, sumber: milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Pura Ulun Danu, sumber: milik pribadi
ADVERTISEMENT
Perjalanan wisata kini menjadi salah satu kebutuhan dalam diri manusia untuk refreshing setelah menjalani berbagai aktivitas sehari-harinya. Kata "healing" yang seringkali disebutkan pada media sosial untuk berbagi cerita dan bentuk perjalanan seseorang yang keluar dari kegiatan hariannya demi mencari ketenangan dan kedamaian dirinya. Bepergian ke alam, menikmati keberagaman budaya, dan berinteraksi dengan masyarakat lokal merupakan cara belajar manusia untuk berkembang, selagi muda berkelana, tua bercerita.
ADVERTISEMENT
Adanya cara berwisata dengan "backpacking" ini menjadi opsi yang biasanya banyak dilakukan oleh remaja untuk melakukan perjalanan. Backpacking merupakan cara berwisata dengan lebih fleksibel dan biaya yang relatif murah. Budaya perjalanan wisata ini juga menguji mental dan fisik seseorang yang ingin melakukannya. Membawa tas dan lebih banyak jalan kaki guna mengurangi biaya transportasi menjadi tantangan tersendiri. Tetapi, melakukan backpacking juga membawa seseorang lebih mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal dan belajar budaya sekitar. Selain itu, perjalanan ini juga membentuk jati diri seorang serta belajar bagaimana cara mengelola waktu, perbedaan lintas budaya, dan membuka perspektif baru akan suatu hal.
Backpacking dengan kebutuhan secukupnya, sumber: milik pribadi
Saya, selaku penulis karya ini bersama Alif, Farhan, dan Kefas yang merupakan sesama teman kuliah program studi Pariwisata di salah satu kampus di Yogyakarta. Kami ingin melakukan backpacking di sela-sela liburan semester genap. Perjalanan wisata ini dilakukan untuk menantang diri sendiri dalam mengeksplorasi tempat jauh dengan biaya secukupnya. Kami memutuskan untuk berlibur ke Bali selama lima hari dengan cara backpacking. Sebelum berangkat, kami melakukan budgeting dan menyusun itinerary sementara agar memudahkan selama perjalanan. Setelah itu, mencari anggaran transportasi dan akomodasi mulai dari kereta, kapal, hingga bus dan tempat penginapan yang cukup untuk kami berisitirahat.
ADVERTISEMENT
Kereta Ekonomi Sri Tanjung, sumber: milik pribadi
Dari Jogja menuju Ketapang menggunakan kereta api ekonomi yang membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam perjalanan. Dilanjutkan dengan menaiki kapal dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk lalu dilanjutkan bus menuju Denpasar. Selama perjalanan, rasa kurang nyaman selama perjalanan pasti ada, dapat disebabkan oleh jenis transportasi yang dipilih dan layanannya. Menjadi penumpang kelas ekonomi memang pegal dan melelahkan. Akan tetapi, itulah esensi dari bepergian dengan biaya minimalis. Kami bertanya kepada seseorang ketika di kereta dan bus karena tempat duduk yang menyatu dengan nomor kursi orang lain. Dari situlah, proses interaksi terjadi, ada seorang ayah yang sehabis menjenguk anaknya di pondok pesantren, sepasang suami istri sedang traveling bersama, pemuda yang akan kembali ke tempat asalnya setelah merantau bekerja, hingga seorang TNI AU yang ingin pulang ke rumahnya setelah melaksanakan tugas dinas. Banyak hal yang mereka ceritakan, berbagai pengalaman hidupnya juga disebutkan pada saat itu. Kami tertawa dan saling melempar pertanyaan sembari melihat pemandangan alam luar jendela.
Pura Tanah Lot, sumber: milik pribadi
Sampainya di Bali, kami memilih beberapa destinasi wisata yang belum terlalu populer. Keputusan ini guna menghindari kapasitas pengunjung berlebih dan mencari kenyamanan saat berwisata. Kintamani dan Buleleng menjadi kedua tempat yang dikunjungi. Disana cenderung lebih rendah turis, wisata alam yang ditawarkan juga cukup menarik mata. Panorama pegunungan dan lokasi pantai eksotis untuk melihat lumba-lumba dan snorkeling. Tempat wisata yang tidak terlalu ramai tentu membawa kedamaian bagi diri dan melakukan perjalanan dapat lebih eksploratif. Kami melakukan perjalanan dengan menyewa sepeda motor dan mobil untuk beberapa saat guna memudahkan perjalanan jauh. Keputusan rental kendaraan ini juga berdasarkan budget kami yang ternyata cenderung lebih murah jika dibandingkan dengan memesan sopir melalui aplikasi. Setelah berkunjung ke beberapa obyek wisata. Beberapa obyek destinasi yang kami pilih ada yang ramai turis tetapi ada pula yang sepi. Kami lebih menyukai tempat yang lebih sepi pengunjung. Di sana lebih menyuguhkan suasana tenang dan tidak padat wisatawan sehingga lebih lega untuk berkeliling. Kami juga memilih makan di warung tegal pinggir jalan dan warung makan jawa lainnya, tidak berkunjung ke restoran populer untuk memesan makanan enak. Begitu pula saat kepulangan, kami membawa roti dan makan berat seharga hanya Rp6.000 yang dibeli di Banyuwangi untuk bekal selama perjalanan pulang di kereta. Selain itu, kami membawa tumbler sendiri untuk memudahkan selama perjalanan sehingga dapat mengurangi sampah plastik.
Foto selama Backpacking, sumber: milik pribadi
Backpacking memang menjadi pilihan bagi kalangan muda untuk jalan-jalan dengan biaya minimalis. Lebih fleksibel selama mengunjungi suatu tempat meskipun kami telah membuat itinerary perjalanan, ada beberapa destinasi yang tidak dikunjungi sebab faktor cuaca, anggaran, dan jarak tempuh. Hal seperti ini menjadi proses belajar yang tidak didapatkan jika hanya berdiam di rumah. Bergerak dan selalu mencari tahu informasi penting saat sedang backpacking. Cobalah untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar maka kita akan kenal dan mendapat cerita pengalaman kehidupan seseorang, banyaklah bertanya agar informasi tentang adat masyarakat sehingga dapat memahami perbedaan setiap budaya sekitar, dan berkunjunglah ke tempat yang ingin dilihat untuk membuka perspektif baru tentang indahnya dunia ini.
ADVERTISEMENT
Dari backpacking, pengalaman berlibur dapat lebih terkenang lebih dalam dan dramatis. Membawa pada suasana yang tidak nyaman dan jauh dari kebiasaan sehari-hari. Mendorong untuk selalu bersosialiasasi dengan siapapun dan menjadi lebih kreatif dalam mengelola kebutuhan diri sendiri. Banyak pembelajaran baru di setiap langkah ketika bepergian backpacking. Penulis berharap bahwa budaya perjalanan wisata ini lebih banyak dilakukan oleh seseorang agar berlibur tidak hanya sekadar berfoto saja, melainkan mendapatkan pengalaman dengan penuh makna.