Konten dari Pengguna

Harapan Masyarakat Indonesia Kepada TNI

Rasminto
Akademisi Prodi Pendidikan Geografi Universitas Islam 45 (Unisma), Direktur Eksekutif Human Studies Institute dan Anggota Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan (PPWK) Provinsi Daerah Khusus Jakarta
11 Oktober 2024 17:11 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rasminto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto kebersamaan masyarakat dengan TNI pada HUT ke 79 TNI di Monumen Nasional Jakarta Pusat (5/10), (Dok. Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Foto kebersamaan masyarakat dengan TNI pada HUT ke 79 TNI di Monumen Nasional Jakarta Pusat (5/10), (Dok. Pribadi).
ADVERTISEMENT
Kini, kita memasuki dimana era yang semakin dinamis dan penuh tantangan global. Tentara Nasional Indonesia (TNI) pun sebagai garda terdepan penjaga kedaulatan bangsa diharapkan terus bertransformasi menjadi kekuatan modern yang tanggap terhadap perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
Berpegang pada semangat profesionalisme, TNI tidak hanya berperan dalam mempertahankan kedaulatan, tetapi juga mengemban tanggung jawab besar dalam menjaga stabilitas nasional di berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keterlibatan TNI dalam setiap tahapan pembangunan nasional, termasuk pengawalan proses suksesi kepemimpinan, menjadi bukti nyata komitmennya untuk mendukung tegaknya demokrasi yang sehat dan berkeadilan, dengan senantiasa berpedoman dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan apapun. Itulah politik negara yang mesti terus diemban oleh TNI sebagai garda kedaulatan bangsa.
Suksesi kepemimpinan nasional merupakan momen krusial bagi keberlanjutan pembangunan Indonesia. TNI, sebagai salah satu elemen penting negara, memiliki peran strategis dalam memastikan bahwa proses transisi kepemimpinan berlangsung aman, damai, dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
ADVERTISEMENT
Tentunya, dalam menjalankan tugas mulia ini, sinergisitas dengan rakyat, menjadi modal dasar bagi TNI dalam menciptakan sinergi kuat guna menghadapi ancaman yang akan timbul, baik dari dalam maupun luar negeri, baik ancaman militer dan nir militer, ataupun berbagai jenis ancaman lainnya yang merongrong kedaulatan negara.
Hal tersebut menjadi batu ujian bagi TNI sebagai institusi militer yang tangguh dan profesional. Namun, yang utama sinergisitas dengan rakyat mesti senantiasa dipupuk dan dipelihara baik. Sehingga, kolaborasi ini mencerminkan filosofi dasar bahwa kekuatan militer tanpa dukungan rakyat akan kehilangan makna sejatinya.
Melalui peran aktifnya dalam menjaga keamanan dan stabilitas nasional, TNI akan selalu siap mengawal Indonesia menuju masa depan yang lebih maju. Tentunya, TNI harus mengedepankan nilai-nilai integritas diri, kebangsaan, kedisiplinan, dan profesionalisme.
ADVERTISEMENT
Sehingga bersama rakyat berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap suksesi kepemimpinan tidak hanya menghasilkan pemimpin yang kuat, tetapi juga mampu membawa Indonesia menggapai cita-cita menjadi negara yang sejahtera, berdaulat, dan berdaya saing di kancah internasional.
Tantangan TNI
Kondisi lingkungan strategis global, dimana kini kita menghadapi krisis yang semakin kompleks. Sehingga, TNI dihadapkan pada berbagai tantangan yang bersifat multidimensi. Krisis ekonomi, perubahan iklim, pandemi dan perang Rusia-Ukraina maupun krisis Timur Tengah telah menciptakan ketidakstabilan yang mempengaruhi keamanan regional bahkan akan terasa pada kondisi nasional.
Ancaman non-tradisional seperti perang siber, terorisme, separatisme serta kejahatan lintas negara semakin menguji ketangguhan TNI sebagai penjaga kedaulatan nasional. Tantangan ini, mendorong TNI agar terus beradaptasi, meningkatkan kapasitas militansinya, teknologi, dan memperkuat kerja sama internasional guna merespons berbagai bentuk ancaman yang bersifat “borderless".
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi TNI adalah bagaimana memastikan stabilitas keamanan nasional selama proses suksesi kepemimpinan. Peralihan kekuasaan dalam sistem demokrasi sering kali menjadi momen rawan bagi terjadinya konflik sosial-politik, terlebih saat ini kondisi politik dalam negeri dihadapkan dalam hiruk pikuk pesta demokrasi pemilihan serentak kepala daerah secara nasional sesuai amanat UU No. 10/2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota.
Konteks ini, peran TNI sangat vital untuk menjaga agar suksesi kepemimpinan berjalan dengan aman dan damai, tanpa adanya gangguan yang dapat mengganggu stabilitas negara.
Netralitas TNI menjadi sebuah tuntutan sikap perilaku dirinya, dimana dengan sikap tidak memihak, dan tetap profesional dalam menjalankan tugasnya menjaga ketertiban selama masa transisi politik, baik di tingkat nasional maupun daerah menjadi sebuah keharusan dalam wajah TNI dalam negara demokrasi.
ADVERTISEMENT
Tantangan mempertahankan netralitas di tengah polarisasi politik yang semakin tajam, terkadang sering kali diwarnai oleh perpecahan dan persaingan antar kekuatan politik yang dapat memicu ketegangan sosial di masyarakat.
Situasi seperti ini, tentunya bagi TNI mesti mampu menjaga jarak dari kepentingan politik praktis dan berfokus pada tugas utamanya sebagai garda penjaga keamanan dan kedaulatan negara.
Netralitas TNI menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik dan memastikan bahwa institusi TNI tetap solid serta tidak terpengaruh oleh dinamika politik yang dapat merusak integritas institusi.
Ujian Jati Diri TNI
Tantangan TNI yang begitu kompleks tersebut, di tambah arus modernitas global yang begitu cepat. TNI diharapkan dapat terus memperkokoh jati dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional. Sebagai tentara rakyat, TNI berakar pada masyarakat dan selalu berorientasi pada kepentingan bangsa.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan TNI dalam berbagai program kemanusiaan, seperti penanganan bencana, pembangunan infrastruktur, hingga program ketahanan pangan, menunjukkan bahwa peran TNI ini tidak hanya terbatas pada pertahanan militer, tetapi juga sebagai penggerak kesejahteraan rakyat. TNI yang modern harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tanpa meninggalkan esensi kedekatannya dengan rakyat.
Sebagai tentara pejuang, TNI mewarisi semangat juang yang tak pernah padam sejak masa kemerdekaan. Peran TNI sebagai garda terdepan dalam mempertahankan kedaulatan negara tetap menjadi prioritas utama, namun di era globalisasi, tantangan yang dihadapi semakin kompleks.
Ancaman negara yang tidak lagi bersifat konvensional. Untuk itu, TNI harus memperkuat kapasitas dan kapabilitasnya, baik melalui modernisasi alutsista maupun peningkatan sumber daya manusia, guna menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman global.
ADVERTISEMENT
Sebagai tentara nasional, TNI harus tetap berdiri di atas kepentingan bangsa, tanpa terpengaruh oleh kepentingan politik maupun golongan tertentu. Netralitas ini menjadi fondasi bagi kekuatan dan integritas TNI dalam menjalankan tugasnya di masa modern.
Dinamika global saat ini, mesti dijadikan refleksi diri bagi TNI untuk memperkuat kesadaran akan tanggung jawabnya guna terus beradaptasi pada kondisi dinamika global. Namun, dalam setiap langkahnya, TNI harus tetap menjaga keteguhan pada jati diri sebagai representasi kekuatan rakyat, pejuang kemerdekaan, dan penjaga kedaulatan bangsa yang solid dan profesional.
TNI Harapan Masyarakat Indonesia
 

Memasuki usianya yang ke-79 tahun, bagi masyarakat Indonesia bahwa TNI tetap menjadi sebuah simbol harapan dan kekuatan nasional. Sebagai institusi yang berperan dalam menjaga kedaulatan negara, TNI telah menunjukkan dedikasinya di berbagai lini kehidupan bernegara, hal tersebut juga tercermin dari Pasal 7 ayat (1) UU No. 34/2004 tentang TNI, bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
ADVERTISEMENT
Sehingga, tugas pokok TNI ini tatkala dimanifestasikan dalam menghadapi berbagai tantangan modernitas global, mulai dari ancaman militer hingga non-tradisional maupun ancaman ‘state actor’ dan ‘non state actor’, bagi rakyat Indonesia penuh harapan tercurahkan bagi TNI, agar terus menjadi garda kedaulatan nasional yang tanggap, profesional, dan dekat dengan rakyat.
Kedekatan ini mencerminkan peran TNI sebagai tentara rakyat yang selalu siap melindungi dan melayani kepentingan bangsa. Meskipun kini, dalam situasi bangsa dihadapkan dinamika global yang semakin kompleks. Kondisi tersebut diharapkan agar TNI terus berinovasi dan beradaptasi, baik dalam hal teknologi maupun strategi pertahanan demi terwujudnya TNI modern dan kokoh dalam jati dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional.
Namun, kenyataanya TNI dihadapkan pada persoalan pelik dalam pemisahan tugas pokok TNI yang menjadi dua, yaitu Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), tampaknya kurang tepat. Hal ini dikarenakan, jika mengacu pada definisi OMP yang mencakup segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI untuk melawan kekuatan militer negara lain dalam melakukan agresi terhadap Indonesia, atau dalam konflik bersenjata dengan negara lain yang didahului dengan pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional, maka selama ini tidak ada operasi atau kegiatan TNI yang dapat dikategorikan sebagai OMP.
ADVERTISEMENT
Apalagi, sejak Operasi Trikora melawan Belanda demi merebut Irian Barat (sekarang Papua) dan Operasi Dwikora dalam konfrontasi dengan Malaysia pada awal 1960-an, TNI tidak lagi melakukan Operasi Militer untuk Perang. Sehingga, perlu kajian komprehensif terkait penghapusan pemisahan tugas antara OMP dan OMSP dalam tugas pokok TNI, dimana diharapkan dapat meningkatkan efektivitas operasional TNI sebagai garda kedaulatan negara.
Belum lagi, implementasi Pasal 7 Ayat (3) UU No. 34/2004 tersebut, terkait operasi militer yang dijalankan oleh TNI sering kali timbul interpretasi yang ketat bahwa semua operasi harus didasarkan pada keputusan politik negara. Kita ketahui bersama bahwa, keputusan politik negara biasanya melalui proses birokrasi yang panjang dan rumit, yang dapat menghambat respon cepat terhadap situasi yang memerlukan tindakan segera. Misalkan saja dalam operasi militer, sering kali dibutuhkan tingkat kerahasiaan yang tinggi. Pengungkapan rencana operasi kepada pihak non-militer dapat menimbulkan risiko berupa kebocoran informasi.
ADVERTISEMENT
Dinamika implementasi regulasi TNI inilah menjadi hal krusial, sekaligus harapan masyarakat Indonesia. Mengapa demikian? Sebab, bagaimana TNI dapat membangun dan mendayagunakan segala kekuatannya dalam menghadapi dinamika geopolitik global yang semakin kompleks. Sehingga, dihadapkan pada pembaharuan pengaturan regulasinya yang handal dan berkepastian hukum dałam alam negara demokrasi.
Diharapkan pada pembahasan revisi regulasi TNI yang sedang digodok pemerintah dan DPR RI ini mendapatkan rumusan-rumusan rancangan UU TNI terbaik, yang bukan hanya pada perubahan pasal 47 terkait kedudukan pada jabatan sipil dan pasal 53 terkait penambahan usia pensiun. Namun, lebih dari pada itu, yang dapat menjawab segala dinamika yang dihadapi selama ini.
Hingga pada akhirnya, di usia ke-79, TNI diharapkan tetap dekat dengan rakyat, namun mampu terus membangun dirinya lebih modern, profesional, tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional guna mengawal Indonesia menuju masa depan yang lebih aman, sejahtera, dan sentosa serta berdaya saing yang menjadi fondasi kokohnya bangsa ini dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rasminto, Akademisi Geografi Universitas Islam 45 (Unisma), Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI) dan Anggota Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan Provinsi DKJ.