Ayat-Ayat Cinta 2: Kisah Dosen Filologi Yang Gagal Fokus

Rasyid Mufti
Dosen Bahasa dan Sastra Arab UIN SATU Tulungagung, sedang menempuh S3 Kajian Timur Tengah di UIN SUKA Yogyakarta
Konten dari Pengguna
1 April 2018 23:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rasyid Mufti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Nikahi aku Fahri… Nikahi aku!"
Kutipan dialog film Ayat-Ayat Cinta2 ini sempat viral di dunia maya di akhir tahun 2017 yang lalu. Bagaimana tidak, seorang Keira, gadis cantik asal Skotlandia dengan ikhlas rela dijadikan istri ke-3 oleh Fahri, dosen ganteng asal Indonesia yang baik hati dan kaya raya.
ADVERTISEMENT
Baiklah, dalam coretan saya ini saya tidak ingin terlalu membahas “glorifikasi” karakter Fahri yang mengundang kritik pedas para feminis tanah air. Saya juga tidak ingin membahas alur cerita film ini yang mengandung banyak sekali kejanggalan. Saya pun tidak ingin membahas ending film ini yang membuatnya mendapat predikat sebagai “Film Dengan Ending Ter-Mangap di tahun 2017”!
Dalam coretan saya kali ini, saya lebih tertarik pada riwayat pendidikan dan pekerjaan Fahri yang selama ini jarang dibahas para reviewer dan kritikus film tanah air. Mari sedikit flashback ke film Ayat Ayat Cinta 1 (2008), film bergenre romansa-religi paling sukses dalam sejarah perfilman Indonesia. Bagaimana tidak, kisah anak pesantren sederhana yang meneruskan pendidikannya di Mesir bisa diramu sedemikian rupa menjadi sangat menarik dan “seksi”. Masih terasa kehangatan dan kesyahduan setting tempat Fahri menuntut ilmu di Mesir. Masih teringat juga karakter Fahri yang sangat sederhana dan pantang menyerah. Eh ndilalah 9 tahun kemudian, dalam film Ayat Ayat Cinta 2 (2017), tokoh Fahri tiba- tiba muncul di Skotlandia. Ia bertransformasi menjadi seorang dosen kaya raya idola segala bangsa. Kira-kira seperti inilah curriculum vitae Fahri:
ADVERTISEMENT
Nama: Fahri bin Abdullah Ishaq Lc., MA., Ph.D
Riwayat Pendidikan:
- S1 Al-Azhar University, Mesir
- S2 International Islamic University, Pakistan
- S3 Freiburg University, Jerman
Pekerjaan:
- Dosen Filologi di Edinburgh University, Skotlandia
- Owner beberapa minimarket besar di Inggris
Subhanallah! Betapa komprehensifnya keilmuan Ustad Fahri ini! Ilmu agama oke, Ilmu umum juga mantap. Khazanah keislaman dikuasai, sains dan keilmuan barat dipelajari. Jarang-jarang orang Indonesia seperti ini!
Tak pelak, ekspektasi saya sangtlah besar pada karakter Fahri. Apalagi disini Fahri mengajar ilmu filologi (ilmu yang mempelajari manuskrip- manuskrip kuno) yang pastinya akan menarik sekali untuk difilmkan.
Ternyata.. eh ternyata! Alih - alih menunjukkan aktifitas Fahri dalam mengajar ilmu filologi, entah itu melakukan penelitian atau aktifitas akademik lainnya, Fahri disini pekerjaannya cuma sekedar nano-nano (nikah- nolong orang – nikah - nolong orang) saja. Impian saya melihat Fahri mengutak-atik manuskrip kuno berbahasa Arab ternyata hanyalah angan. Adegan debat ilmiah di Oxford University yang konon sangat “berkelas” itu malah tidak ada ilmiah-ilmiahnya sama sekali. Bahkan para mahasiswa (baca: mahasiswi) kampus bergengsi ini kerjaannya malah rebutan ngasih lunchbox ke dosen tercinta!
ADVERTISEMENT
Hufft....Sayang sekali! Setting Edinburgh University yang megah dan bersejarah itu terasa seperti tempelan saja. Film ini tidak berhasil membangun suasana academic atmosphere yang pas dan mengena.
Akhirnya, sepulang menonton film ini, saya berkata pada keponakan saya yang sebentar lagi lulus SMA “Dek.. dek.. tahu kayak gini kamu gak usah jauh-jauh kuliah di Edinburgh atau Oxford! Kuliah di Tulungagung aja lebih terasa academic atmosphere-nya!”
Baiklah, dengan segala kekurangannya, film Ayat Ayat Cinta 2 ini masih punya beberapa kelebihan yang membuatnya layak ditonton. Nilai-nilai kemanusiaan, toleransi antar umat beragama, dan quote- quote-nya yang inspiratif bisa jadi hal manis yang bisa kita rasakan dari film ini.
Sampai jumpa di Ayat- Ayat Cinta 3!
ADVERTISEMENT
*Mufti Rasyid
Pengajar Bahasa dan Sastra Arab di IAIN Tulungagung