Bijak Bermedia Sosial di Tahun Politik

Ratna Nisrina Puspitasari
Alumni S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - Universitas Sebelas Maret - Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Doplang
Konten dari Pengguna
8 November 2023 8:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratna Nisrina Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Penggunaan Media Sosial (Sumber: Gambar oleh Erik Lucatero dari Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penggunaan Media Sosial (Sumber: Gambar oleh Erik Lucatero dari Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kurang dari empat bulan pemilihan umum akan digelar, beberapa partai sudah mulai menggerakkan timnya untuk mengampanyekan kepada masyarakat. Beberapa calon legislatif juga tak ketinggalan, baliho-baliho kampanye sudah mulai terpasang di mana-mana. Tidak ketinggalan pula, tiga calon presiden sudah mendeklarasikan dan mendaftarkan diri untuk mengikuti kontestasi pemilihan presiden. Pertanda bahwa tahun politik sudah semakin dekat, dan semua pihak yang tadi disebutkan berlomba-lomba untuk mendapatkan simpati masyarakat dan berharap mendapatkan suara terbanyak.
ADVERTISEMENT
Kondisi demikian memang sudah lumrah terjadi untuk menyambut tahun politik. Terlebih dalam pemilihan umum terakhir, pemilihan legislatif dan presiden diselenggarakan secara bersamaan. Kemeriahan yang tak ubahnya sebuah pesta akbar. Namun, kondisi demikian dipandang riskan jika tidak diimbangi dengan edukasi kepada masyarakat.
Kampanye dan pemberitaan di tahun politik tak ubahnya bagaikan air bah. Informasi banyak lalu lalang di dunia maya, terutama di media sosial. Berbagai aktivitas kampanye dan pemberitaan melalui media daring tidak terbendung jumlahnya. Di sinilah titik rawan terjadinya gesekan antar masyarakat yang mempunyai pilihan berbeda. Tidak semua berita dan informasi benar adanya, terlebih jika datang dalam jumlah yang banyak.
Ilustrasi Kehidupan Berdemokrasi (Sumber: Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)
Masyarakat diminta lebih bijak dalam menyeleksi segala informasi yang ada di media, terutama di media sosial dan media daring. Tidak semua informasi yang beredar benar adanya. Perlu sikap yang arif dan bijaksana menyikapi pemberitaan dan informasi yang semakin masif beberapa bulan menjelang pesta demokrasi.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang pemberitaan dan informasi menyesatkan atau hoaks menyebabkan situasi panas di tengah masyarakat. Kampanye-kampanye hitam (black campaign) menambah situasi semakin tak kondusif. Masyarakat harus lebih cerdas menyerap informasi yang beredar. Perlu dipastikan bahwa informasi yang diterima benar adanya dan telah dibuktikan kebenarannya dengan mengecek berulang-kali. Masyarakat tidak boleh latah dengan meneruskan informasi maupun pemberitaan yang sumbernya diragukan. Sikap tersebut dapat memicu ketegangan, terlebih jika informasi yang ada cenderung menyerang pihak-pihak tertentu.
Informasi dan pemberitaan yang punya kecenderungan menyerang pihak tertentu sudah dapat diklasifikasikan sebagai kampanye hitam. Kampanye dengan maksud menyerang dan menjatuhkan pihak tertentu dengan informasi palsu. Celakanya, kampanye model ini cenderung lebih mudah penyebarannya apalagi di media sosial.
ADVERTISEMENT
Pengguna media sosial menghadapi tantangan berat dalam menyikapi informasi dan pemberitaan yang bermunculan. Semakin mendekati waktu pemilihan, semakin banyak informasi yang akan diterima oleh pengguna media sosial. Bentuknya pun beragam, ada yang berbentuk pemberitaan, ada pula yang berbentu video dan gambar-gambar. Semua itu sama, harus disikapi dengan cerdas, arif, dan bijaksana.
Masih teringat di benak masyarakat Indonesia, bagaimana panasnya kontestasi pemilihan di periode sebelumnya. Saling caci dan saling serang tidak terelakkan. Muaranya sama, berasal dari informasi-informasi yang menyudutkan salah satu pihak sehingga pihak yang merasa tersudutkan tersinggung dan merasa difitnah. Akhirnya semua tahu apa yang terjadi, perang pendapat di media sosial, lengkap dengan segala cacian dan makian menyebabkan ketegangan di masyarakat. Hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika informasi-informasi yang beredar dapat disikapi dengan lebih bijaksana.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, masyarakat sendiri dapat merasakan dampak yang terjadi dari kekisruhan yang terjadi di media sosial. Tidak jarang beberapa pihak berakhir saling lapor ke pihak kepolisian. Pidana dan hukuman pun menanti dengan dasar pencemaran nama baik dan ujaran kebencian. Efek yang tidak diharapkan dalam pesta demokrasi yang seyogyanya disambut dengan suka cita dan penuh gembira.
Di gelaran pesta demokrasi mendatang, diharapkan situasi dan kondisi serupa tidak terulang kembali. Caranya sedeerhana, masyarakat harus menahan diri jika mendapati informasi dan pemberitaan yang negatif di media sosial.
Informasi dan pemberitaan negatif tidak boleh ditanggapi dengan emosional. Cari kebenaran informasi tersebut terlebih dahulu. Jangan buru-buru meneruskan informasi kepada orang lain. Jangan pula mengutamakan untuk saling serang di media sosial. Jika memang informasi dan pemberitaan tersebut salah dan merugikan pihak tertentu, sebaiknya dilaporkan kepada pihak yang berwajib supaya dapat ditindak dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku. Hal tersebut dinilai lebih bijaksana, selain melindungi diri sendiri juga melindungi orang lain dari informasi tidak benar yang menyesatkan dan menjerumuskan.
ADVERTISEMENT