Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Guru dan Media Sosial, Antara Manfaat atau Mudarat
6 Maret 2025 13:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ratna Nisrina Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perkembangan media sosial yang pesat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Tidak terkecuali dunia pendidikan, baik siswa maupun guru sering kali mengunggah aktivitas maupun kegiatan yang dilakukan di media sosial. Konten-konten yang diunggah tidak jarang masih berada di lingkungan sekolah. Seperti tidak ada sekat antara kehidupan pribadi dengan sekolah, terutama jika melihat konten-konten yang diunggah.
ADVERTISEMENT
Guru sebagai salah satu pihak yang menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam dunia pendidikan tidak luput dari paparan media sosial. Banyak ditemui di medsos konten-konten yang diunggah oleh guru. Jenisnya pun banyak, ada yang berupa konten pendidikan yang melibatkan siswa dalam interaksi pembelajaran. Ada juga yang hanya sekedar konten hiburan, konten curhat, dan konten lain yang beragam. Bahkan setiap kali melakukan kegiatan tertentu, guru selalu memperbaharui unggahan di media sosial. Tidak lupa menambahkan takarir di setiap unggahan yang berisi informasi tertentu.
Terlihat jelas bahwa media sosial mempengaruhi guru dan pola interaksi dan komunikasi. Namun, yang perlu dipertanyakan, sejauh mana media sosial mempengaruhi kehidupan sosial guru. Perlu dikritisi juga, pengaruh media sosial terhadap guru memberikan manfaat atau mudarat.
ADVERTISEMENT
Celakanya tidak semua konten mendapatkan pandangan positif dari penguna media sosial lain. Tidak jarang konten yang diunggah mendapat tanggapan negatif sampai berujung pada kontroversi. Akhirnya yang dirugikan adalah marwah dunia pendidikan, khusunya lembaga pendidikan dan oknum guru yang terlibat.
Guru harus menyeimbangkan dan menyaring konten-konten yang akan diunggah di akun media sosialnya. Perlu diperhatikan cara, waktu, dan etika penyampaian yang tepat. Tidak serta merta semua hal dapat diunggah oleh guru dengan bebas. Ada etika profesi yang perlu dicermati dan ditaati.
Kontrol sosial di era media sosial saat ini lebih ketat. Semua orang dapat mengutarakan pendapat, mengkritisi, maupun berkomentar dengan bebas, tidak terkecuali terhadap konten yang diunggah guru. Jangan sampai, profesi yang seharusnya menjadi ujung tombak pendidikan justru dicemooh hanya karena kurang bijak dalam mengunggah konten di media sosial. Terlebih sampai melibatkan siswa dalam konten yang mengundang kontroversi.
ADVERTISEMENT
Penggunaan media sosial perlu didasari oleh rasa mawas diri dan bijaksana, baik dari segi konten maupun waktu penggunaan. Ada baiknya, guru fokus pada tugas dan kewajibannya terhadap siswa dan sekolah, dan tidak menggunakan waktu produktif pada jam kerja untuk membuat konten media sosial yang kurang bermanfaat.
Reputasi guru dipertaruhkan jika tidak bijaksana dalam menggunakan media sosial. Sorotan masyarakat akan semakin tajam terhadap profesi guru. Ada beberapa contoh kasus yang viral, mulai unggahan tidak pantas oknum guru dengan seorang siswa sampai dengan oknum guru yang aktif live di media sosial saat pembelajaran berlangsung. Kondisi demikian menjadi bahan pembicaaran masyarakat di media sosial. Ada sentimen negatif terhadap profesi guru yang muncul karena konten oknum guru yang kurang bijaksana dalam menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT
Walaupun demikian tidak semua konten yang diunggah mengundang kontroversi dan sentimen negatif. Ada beberapa konten yang mendapat reaksi positif dari publik. Konten tersebut berisi motivasi, tips pembelajaran, dan informasi seputar perkembangan pendidikan. Selain disambut baik oleh publik, konten yang dipublikasikan memberikan manfaat positif terhadap guru lain yang membaca atau melihatnya. Terbukti dengan adanya beberapa guru yang berpastisipasi aktif sekaligus berkerjasama dengan pemerintah menyebarluaskan informasi dan konten positif lewat unggahan di media sosial.
Beberapa kali pemerintah mengajak berkolaborasi guru-guru dalam suatu acara resmi. Tujuannya tentu saja positif yaitu menyebarluaskan informasi dan edukasi dengan kemasan menarik. Konten kreator berlatar belakang profesi guru pun semakin banyak ditemui dan bermunculan. Sebuah dampak yang positif bagi perkembangan arus informasi di dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT
Jika diibaratkan media sosial bagaikan pisau bermata dua, bermanfaat saat digunakan secara bijaksana, bepotensi mudarat saat serampangan penggunaannya. Penggunaan media sosial membutuhkan keseimbangan yang diiringi dengan pemahaman terhadap etika profesi, etika bermedia sosial, kesadaran guru, dan rasa tanggungjawab. Semua itu dilakukan demi menghindari risiko-risiko yang merugikan guru karena seyognyanya media sosial dapat membawa maanfaat postif bagi guru dan dunia pendidikan saat tepat penggunaanya.