Konten dari Pengguna

Literasi Digital dan Harapan Baru Indonesia

Ratna Nisrina Puspitasari
Alumni S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - Universitas Sebelas Maret - Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Doplang
10 Juni 2021 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratna Nisrina Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penggunaan teknologi dalam berbagai acara tidak dapat diabaikan di era yang serba digital
zoom-in-whitePerbesar
Penggunaan teknologi dalam berbagai acara tidak dapat diabaikan di era yang serba digital
ADVERTISEMENT
Peluncuran Program Literasi Digital Nasional pada 20 Mei 2021 kemarin menjadi penanda adanya arah baru dalam rangka optimalisasi gerakan literasi nasional. Program Literasi Digital Nasional diprakarsai oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dan diluncurkan Presiden Joko Widodo serta turut dihadiri oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim. Peluncuran program ini mengambil tema “Indonesia Makin Cakap Digital 2021.” Peluncuran program sekaligus menjadi penanda dibukanya beberapa kelas pelatihan digital yang menjadi sajian utama dari program. Kelas-kelas ini dapat diakses dan diikuti oleh masyarakat secara gratis.
ADVERTISEMENT
Program ini jelas punya maksud yang baik, salah satunya upaya untuk menggerakan masyarakat untuk giat dalam berliterasi dan cakap dalam bidang digital. Namun, literasi digital masih terdengar asing di telinga masyarakat. Jika biasanya kegiatan literasi sering diidentikan dengan membaca, berbeda dengan literasi digital yang dimaksudkan di awal.
Pengertian literasi digital, mengutip dari Seri Buku Literasi Digital Kerangka Literasi Digital Indonesia adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif dan teknikal. Pengertian tersebut terlalu rumit untuk dipahami secara mudah. Jadi secara mudah, literasi digital dapat dipahami sebagai kolaborasi antara kegiatan literasi dengan kecakapan digital serta upaya pemanfaatan yang tercipta dari keduanya, contohnya adalah kegiatan fotografi, videografi, copywriting, pemanfaatan gawai secagai media pembelajaran dan kegiatan sejenis yang memadukan kegiatan literasi dengan kecakapan digital.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya akademisi saja yang dituntut untuk melek digital, namun masyarakat secara umum perlu belajar aga tidak gagap teknologi. Era digitalisasi yang tidak dapat dibendung akan menjadi buah simalakama jika tidak dibarengi dengan perubahan pola pikir masyarakat dan semangat untuk menghadapinya. Literasi digital perlu digaungkan agar masyarakat tidak pasif dan apatis terhadap era digitalisasi yang tidak mungkin dapat dihentikan. Terlebih, agar masyarakat Indonesia tidak tertinggal dengan masyarakat global.
Materi yang ditawarkan dalam kelas literasi digital didasarkan atas 4 pilar yaitu Etis Bermedia Digital, Aman Bermedia Digital, Cakap Bermedia Digital, dan Budaya Bermedia Digital. Melihat pilar dasar yang dipakai dalam kelas pelatihan ada beberapa tujuan yang ingin disampaikan kepada peserta pelatihan. Selain dituntut untuk mempunyai kecakapan digital, peserta juga dituntut untuk bijaksana dan cerdas dalam menggunakan media digital. Ini menjadi salah satu respons pemerintah dalam menangani maraknya hoaks dan ancaman keamanan siber yang sering terjadi di masyarakat.
ADVERTISEMENT