Konten dari Pengguna

2023 Diprediksi Dunia Menggelap Akibat Resesi, Indonesia Harus Bagaimana?

Ratna Puspita Sari
Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Malang
10 Oktober 2022 21:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratna Puspita Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber : dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa waktu terakhir banyak dibahas bahwa dunia akan mengalami resesi di tahun 2023. Organisasi Untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) telah memperkirakan bahwa ekonomi dunia tahun depan hanya akan tumbuh 2,2%. Hal tersebut diakibatkan oleh perang Rusia dan Ukraina yang meledak, sehingga mengakibatkan ekonomi di beberapa negara besar dunia seperti Amerika Serikat, China, dan Eropa melambat.
ADVERTISEMENT
Bank sentral dunia terpaksa harus menaikkan suku bunga sebagai respon dari tingginya inflasi yang dapat memicu terjadinya resesi. Bank sentral AS The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dari 2,25 persen – 2,5 persen menjadi 3-3,25 persen dan turut diikuti oleh bank sentral dunia lainnya.
Dari hasil survei Bloomberg, Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk ke dalam daftar negara berisiko mengalami resesi, meskipun Indonesia berada di posisi ke-14. Indonesia mengalami ketidakstabilan ekonomi yang berpotensi resesi dengan persentase sebesar 3%. Jika dibandingkan dengan 14 negara lainnya, Indonesia memiliki indikator ekonomi yang lebih baik.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani memaparkan, “Indikator neraca pembayaran kita, APBN kita, ketahanan dari GDP (produk domestik bruto), dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga, serta monetary policy kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3%, dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas, yaitu di atas 70%.” (13/07/2022)
ADVERTISEMENT
Pada bulan Juni lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen. Laju inflasi masih terkendali pada level 4,35 persen. Menurut Sri Mulyani daya tahan ekonomi Indonesia lebih kuat jika dibandingkan dengan negara lain yang telah terjadi resesi seperti AS dan China yang kondisi ekonominya telah melambat sejak kuartal II 2022.
Namun, Indonesia juga harus tetap waspada terhadap ancaman resesi global yang terus menghantui ini. Hal tersebut dikarenakan Indonesia telah memiliki ketergantungan impor kebutuhan pokok dengan luar negeri, saat ini Indonesia termasuk ke dalam pengimpor gula tertinggi dan terbesar di dunia, juga dengan gandum dan pupuk.
Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia?
Hal yang dapat dilakukan oleh negara dalam menghadapi resesi global yaitu yang pertama bisa dengan melakukan perencanaan belanja dalam jumlah besar oleh pemerintah maupun meningkatkan daya beli masyarakat sehingga permintaan di dalam negeri akan meningkat dan para investor akan tertarik berinvestasi.
ADVERTISEMENT
Kedua, resesi ekonomi bisa dicegah dengan kebijakan dan proyek strategis agar tercipta daya iklim investasi sehingga para investor akan tertarik menanamkan modal kembali pada negara. Dengan penggenjotan ekspor dan investasi dapat meningkatkan laju ekonomi nasional. Hal itu dikarenakan kedua indikator tersebut memiliki peran penting dalam pertumbuhan laju ekonomi nasional. Ekspor negara Indonesia sangat mungkin untuk ditingkatkan apalagi mitra dagang Indonesia di pasar internasional semakin membaik.
Ketiga, pemerintah dapat memberikan bantuan secara finansial pada pelaku usaha kecil agar kegiatan produksi tidak macet atau berhenti. Adanya resesi akan sangat memberikan dampak pada pelaku usaha termasuk pada pelaku UMKM. Namun karena UMKM memiliki lingkup yang kecil, usaha ini akan memiliki daya tahan yang lebih baik jika dibandingkan dengan usaha besar. Maka sangat perlu dukungan dari pemerintah agar usaha ini tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
Selain hal-hal di atas, pemerintah juga perlu untuk segera melakukan realisasi pada pembangunan berkelanjutan, contohnya pengelolaan pada energi terbarukan. Hal itu bertujuan supaya Indonesia mampu untuk menyerap tren investasi hijau yang saat ini tengah diprioritaskan oleh para investor asing.
Apabila resesi ekonomi benar-benar terjadi di Indonesia, pendapatan negara dari pajak dan non pajak akan menjadi rendah akibat dari penghasilan masyarakat yang menurun. Hal itu akan memicu kas negara dan jumlah PPN rendah. Sehingga penurunan pendapatan pajak dan meningkatnya pembayaran kesejahteraan akan menimbulkan defisit anggaran serta bertambahnya utang pemerintah.
Adapun masyarakat juga akan terdampak oleh resesi, para pekerja akan terkena PHK akibat perusahaan akan menutup area bisnis dan memotong biaya operasional ketika terjadi resesi. Walaupun mereka tidak terkena PHK, mereka juga akan terancam pemotongan upah kerja dan hak kerja lainnya oleh perusahaan untuk mengurangi biaya operasionalnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebagai masyarakat biasa kita dapat melakukan upaya agar keuangan tetap aman saat resesi. Hal yang dapat dilakukan yaitu, mengurangi hutang, menyiapkan dana darurat, investasi, dan menabung. Meskipun resesi yang dihadapi oleh Indonesia terbilang rendah, tapi ada baiknya jika tetap berjaga-jaga.