Konten dari Pengguna

Tips Ibu Menjaga Kesehatan Keuangan, Fisik, dan Mental Keluarga

26 Juli 2019 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ratnadewime tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kalau ditanya, apa salah satu hal yang membuat hidup saya insecure adalah ketika melihat beberapa keluarga di sekeliling saya ´runtuh´ tatkala sang kepala keluarga atau tulang punggung mendadak sakit keras, meninggal, dipecat, atau bahkan pensiun. Sebuah keluarga yang tadinya ´hidup´ dan ceria bisa berubah 180 derajat.
ADVERTISEMENT
Maka saya nggak bisa buat nggak terenyuh ketika suatu hari membaca twit saudara saya yang mengeluh dan merasa hidup keluarganya berat setelah sang ayah terkena stroke lima tahun lalu. Sejak itulah, keluarga yang dulunya ceria jadi muram. Sang tulang punggung keluarga otomatis diberhentikan dari pekerjaan bahkan tanpa pesangon. Beruntung, masih ada sosok istri dan ibu yang bertindak sebagai penopang dan mengambil alih tugas sebagai tulang punggung untuk membiayai anak-anak yang mulai beranjak masuk perkuliahan serta biaya berobat. Walaupun begitu, tetap saja semuanya terasa beda. Dari nominal pemasukan hingga kebutuhan yang dikeluarkan bahkan berbanding terbalik. Hingga akhirnya saya melihat sendiri, satu per satu aset keluarganya mulai terjual.
Dari situlah saya kadang merasa ketakutan. Takut kalau hal-hal yang seperti itu justru menimpa keluarga kecil saya. Apalagi posisi saya tidak memiliki pekerjaan tetap atau freelancer. Well, memang kita nggak boleh berpikiran buruk tentang masa depan. Tapi berkaca pada nasib orang lain paling tidak bisa membuat kita selangkah lebih maju untuk punya pencegahan. Dari situlah, saya dan suami sepakat untuk mulai mengatur kembali keuangan rumah tangga agar di masa depan kami tetap bisa survive. Nggak akan ada yang tahu nasib akan bagaimana. Bisa saja jatuh sejatuh-jatuhnya. Namun, apabila sudah dipersiapkan sejak awal semuanya, kita tinggal berharap masih punya pegangan saat jatuh. Itu bagian dari ikhtiar juga, kan?
ADVERTISEMENT
Akhirnya, saya dan suami pun memutuskan ´menata ulang´ keuangan. Investasi yang selama ini sudah kami beli, kami pelihara dengan baik dan direncanakan bagaimana caranya agar selalu bisa menghasilkan. Lalu mengatur kembali tabungan-tabungan dan uang keluar masuk serta kebutuhan apa saja yang sekiranya membutuhkan banyak uang yang akan kita beli di masa mendatang. Beruntungnya adalah keluarga kecil kami nggak punya utang, apapun itu baik cicilan rumah, kendaraan, atau kartu kredit.
Selama ini kami memang berprinsip untuk membeli apapun saat benar-benar sudah punya uang. Keluarga kecil kami beruntung tak berkekurangan dan masih bisa masuk kategori cukup. Kami juga punya beberapa investasi dari properti, logam mulia, hingga reksadana. Tabungan juga nilainya sudah lumayan. Namun, kadang yang bikin saya masih merasa kurang cakap mengatur keuangan adalah adanya ´bocor halus´ di dalam anggaran yang sudah disusun. Ya yang buat belanja online lah, kebutuhan mendadak lah, dan masih banyak lagi. Padahal sebagai seorang ibu dan istri, saya harus bisa menata keuangan bersamaan dengan suami sebagai penghasil nafkah keluarga.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Menata Keuangan yang Sehat?

Walaupun kini keluarga kecil kami hidup berkecukupan, tetapi keuangan tetap saja harus diatur. Kenapa? Karena semakin bertambah tahun, inflasi semakin naik. Contohnya saja, SPP kuliah zaman saya 14 tahun yang lalu cuma Rp 900.000 itu sudah sama praktikum dan di universitas negeri, tahun 2016 saya memasukkan adik saya kuliah biaya SPP-nya sudah meningkat hingga 5 kali lipat padahal di universitas negeri juga. See? Gimana 18 tahun lagi pas saya mau masukin anak saya kuliah? Kalau nilainya dikalikan taruhlah puluhan kali SPP saya lalu dikalikan lagi dengan jumlah semester yang akan diambil, bisa ´njeblug´ otak dan tabungan kami sekarang. Itulah kenapa, kita butuh yang namanya pengaturan keuangan untuk menghadapi itu semua.
Shierly Ge, Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia
Tapi sayangnya tingkat literasi keuangan perempuan di Indonesia masih rendah. Shierly Ge yang merupakan Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia menjabarkan fakta bahwa hanya 25,5% perempuan Indonesia yang melek literasi keuangan. Angka ini lebih rendah daripada prosentase pada laki-laki. Sedih ya, masih banyak 74,5% di antaranya yang buta tentang literasi keuangan. Mungkin saya salah satu di dalamnya. Ini baru angka literasi keuangan lho. Prosentase melek literasi asuransi pada perempuan Indonesia malah lebih rendah angkanya yaitu 15,5%, turun sekitar 3% dari tiga tahun sebelumnya. Padahal peran istri dan ibu dalam rumah tangga begitu penting, jadi Menteri Keuangan sekaligus memastikan semua anggota keluarga terlindungi. Kalau Menteri Keuangannya saja buta ilmu, gimana keluarga akan terjaga?
ADVERTISEMENT
Beruntung, saya hadir di acara ´#MomsMingle: Moms as The Guardian of The Family´ yang diselenggarakan oleh Kumparan Mom dan Sunlife. Selain bisa me time di akhir pekan dari ruwetnya mengurus anak, saya juga dapat banyak ilmu salah satunya dari pembicara yang juga Financial Planner, Annissa Sagita.
Annissa mengatakan mengapa perempuan perlu tahu tentang pengaturan keuangan? Salah satu alasannya tingginya kasus perceraian di Indonesia yang disebabkan oleh masalah finansial. Angkanya bahkan mencapai 15-20 persen. Itulah mengapa, perempuan sebagai Menteri Keuangan rumah tangga harus tahu betul cara mengatur keuangan agar bahtera rumah tangga bisa terus berlayar tanpa oleng.
Annissa Sagita, Financial Planner
Pengaturan keuangan mudahnya dibagi menjadi 3, yaitu:
ADVERTISEMENT
Seseorang yang punya perencanaan dan sudah mempraktikan pengaturan keuangan itu beberapa lebih maju daripada yang tidak sama sekali. Itulah kenapa, setidaknya ada 4 tahapan soal pengaturan keuangan ini:
Yaitu dengan memastikan keuangan sehat atau tidak, mengetahui apa masalahnya, dan bagaimana cara mengatasinya. Ada 5 hal yang bisa dilihat saat financial check up, antara lain:
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana caranya mengatur cashflow? Prosentasenya yaitu: 40% dari pemasukan untuk biaya hidup saat ini, 20% untuk masa depan, 30% untuk cicilan maksimal saat ini, dan 10% untuk menabung. Agar terekam dengan baik, usahakanlah setiap rupiah yang keluar dan masuk tercatat dalam sebuah laporan. Untuk rumah tangga, ada 3 manajemen cashflow yang biasa digunakan, yaitu:
Inti dari pengaturan keuangan rumah tangga adalah keterbukaan. Satu hal yang dihindari justru suami meng-handle penuh keuangan dan memberi apapun yang istri inginkan tanpa keterbukaan keuangan. Yang seperti ini justru akan berdampak pada ketimpangan kuasa dan menjurus pada KDRT.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Annissa juga menuturkan pentingnya dana darurat. Dana darurat adalah tabungan menganggur yang tidak diutak-atik dan alokasinya terpisah dari uang sehari-hari. Penggunaannya adalah untuk kebutuhan darurat, misalnya: sakit yang tidak ditanggung asuransi, keluarga sakit, kecelakaan, atau terkena musibah.
Selanjutnya adalah soal utang. Kalau soal yang satu ini jujur saya berhati-hati sekali karena takut meninggal sewaktu-waktu dan masih menyisakan utang. Lalu salahkah dengan utang? Nggak, asal lagi-lagi besarnya tidak lebih dari 30% pemasukan kita. Utang pun ada kategorinya yaitu utang produktif dimana nilai barang yang dibeli dengan utang nilainya terus naik atau mendatangkan penghasilan dan utang konsumtif dimana nilai barang yang dibeli akan menurun seiring dengan waktu. Well, sekarang semuanya memang balik lagi ke diri kalian. Saran saya sih, jangan terburu nafsu jika tidak terlalu perlu. Sayang aja gitu jika terlalu banyak besaran untuk utang konsumtif.
ADVERTISEMENT
Lalu saya berrefleksi ke kehidupan saya sendiri. Satu hal yang paling saya syukuri adalah keluarga kecil kami tidak punya utang apapun baik itu KPR, kendaraan, atau bahkan kartu kredit. Kuncinya memang menahan banget apa yang pengen atau bahkan butuh dibeli hingga benar-benar ada uang.
Well, untuk menjaga semuanya tetap berjalan lancar jangan lupa juga untuk sertakan perlindungan untuk keluarga. Apalagi kita nggak tahu kapan ada situasi dimana ada risiko yang berdampak finansial. Contoh yang paling penting adalah asuransi jiwa bagi tulang punggung keluarga agar keluarga yang ditinggalkan bisa meneruskan hidupnya tanpa gangguan finansial.
Yaitu dengan cara mengetahui apa yang dicita-citakan keluarga dan keinginan yang akan diraih bersama. Ada banyak tujuan yang ingin dicapai. Sebagai sebuah keluarga kecil yang punya anak, paling tidak saya harus menabung untuk sekolah anak. Apalagi tiap tahun biaya sekolah semakin naik. Oleh karena itu, tabungan pendidikan anak justru harus disiapkan bahkan saat masih hamil. Ini baru pendidikan lho, belum lagi keinginan liburan, beli aset, atau punya tabungan pensiun. Semuanya harus direncanakan bahkan dari sekarang. Jangan sampai nantinya karena hidup yang tidak ter-planning dengan baik kita malah membebani orang lain, termasuk anak di masa tua nanti.
ADVERTISEMENT
Yaitu dengan mempelajari bagaimana caranya untuk mencapai tujuan tersebut. Setelah punya keinginan, gimana kita akan mewujudkannya? Dengan menabung kah? Atau dengan investasi? Sebagai perempuan harus bisa menentukan itu dan bahkan harus tahu bedanya, lho! Sampai sekarang pun saya masih terus dalam tahap belajar kok untuk yang satu ini.
Kadang sebagai perempuan ngerasa pede-pede aja nggak sih dikasih uang belanja berapa aja walaupun kadang memang harus berpikir keras buat survive? Saya sih yes gitu. Itulah kenapa survey menyatakan 72% perempuan merasa pede soal mengatur cashflow.
Berbeda saat memilih produk investasi. Kadang saya pun masih gamang dan akhirnya kembali beli logam mulia lagi atau properti. Ya memang begitulah, karena toh faktanya menurut survey hanya 28% perempuan yang pede memilih produk investasi tanpa bantuan orang lain. Itulah kenapa, penting banget buat kita sebagai perempuan untuk belajar dan tahu memilih investasi yang tepat. Gampang-gampang susah sih memang karena memilih investasi yang tepat layaknya memilih produk skincare. Paling tidak kita harus kenali diri sendiri, memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan diri dan keluarga, serta mencari tahu bagaimana berinvestasi di produk tersebut.
ADVERTISEMENT
Yaitu dengan memulai dari sekarang melalui berbagai cara, seperti membuka rekening tabungan, membuat janji dengan agen asuransi, buka rekening investasi, dan masih banyak lagi. Yup, setelah tahu apa saja keinginan dan cara mewujudkannya, jalan terakhir ya wujudkan! Jangan hanya jadi wacana. Banyak-banyaklah cari info dari media kredibel untuk mencari sumber yang terpercaya, salah satunya tentu dari Kumparan.
Last but not least, lalu apa bagian penting dari pengaturan keuangan keluarga setelah semua hal yang saya tuliskan di atas? Pengaturan keuangan keluarga dikendalikan oleh 2 orang yaitu suami dan istri. Oleh karenanya, DISKUSI dan KOMUNIKASI adalah hal yang terpenting yang harus selalu dilakukan dengan pasangan. Jangan menanggung beban sendirian. Berbagilah dengan suami. Karena suami yang baik nggak akan membiarkan istrinya menanggung beban mental karena merasa sendirian atau justru stress dalam mengatur keuangan rumah tangga.
ADVERTISEMENT

Di Dalam Keluarga yang Sehat terdapat Keuangan yang Sehat

Percaya atau tidak, penyakit bisa membuat seseorang atau keluarga menjadi miskin? Saya sih percaya. Beberapa penyakit khususnya penyakit tidak menular selama bertahun-tahun bisa membuat ekonomi banyak keluarga menjadi goyah. Tidak adanya asuransi, minimnya dana darurat, hingga kebutuhan pengobatan yang semakin mahal mau tak mau membuat sebuah keluarga rela melakukan apapun demi kesembuhan anggotanya dari penyakit. Itulah sebabnya, selain harus punya keuangan yang stabil, investasi dan simpanan yang terencana, kita juga harus punya fisik yang sehat agar segalanya bisa berjalan lancar.
Keke Kania, Mompreneur
Sehat itu tak melulu soal fisik, mental seorang ibu pun juga harus sehat. Itulah mengapa salah satu pembicara yaitu Keke Kania yang juga seorang mompreneur dan pemilik brand Chic and Darling tetap harus punya karya dan pendapatan walaupun sudah tak lagi bekerja kantoran. Yup, karena memang ada beberapa ibu termasuk saya yang butuh kerja dan sibuk untuk tetap waras dan bahagia menjaga anak. Kalau ibunya sehat secara mental dan fisik, anak-anak biasanya jauh dari tekanan.
ADVERTISEMENT
Keke pun menceritakan perjuangan bisnisnya yang dimulai dari nol. Ia membangun bisnisnya dari sebuah garasi kecil di rumah setelah ia memutuskan resign karena alasan kesehatan kandungannya saat hamil. Jangan ditanya gimana soal keuangan karena saat awal pun keuangan usahanya masih bercampur dengan cashflow rumah tangga selama dua tahun pertama. Nggak heran kalau bisnisnya sempat redup karena ketidakdisiplinan itu. Namun, seiring berjalannya waktu ia belajar tentang keuangan dan bisnis hingga akhirnya usaha yang dirintisnya bisa stabil seperti sekarang.
Kelly Tandiono, Brand Ambassador Sunlife
Nah, kalau bicara soal kesehatan fisik Kelly Tandiono jagonya. Model, triathlete, dan juga brand ambassador Sunlife ini sudah lama menerapkan gaya hidup sehat pada dirinya saat melihat sang kakek meninggal di usia muda karena pola makan yang tidak sehat dan kurang olahraga. Walaupun keluarganya punya banyak uang dan simpanan, tetapi toh lama-kelamaan menipis juga karena dipakai untuk berobat sang kakek. Dari situlah Kelly bertekad untuk selalu hidup sehat agar keuangan tetap sehat.
ADVERTISEMENT
Menurut Kelly, hidup sehat itu gampang banget kok sebenarnya. Kuncinya adalah kemauan dan konsisten. Beberapa kebiasaan kita bisa mulai diubah saat ini untuk hidup sehat seperti ganti naik lift dengan tangga, perbanyak jalan kaki daripada naik kendaraan, serta kurangi gula, garam, vetsin, dan minyak dalam makanan. Kelly mengimbau kalau perempuan memang harus menerapkan hidup sehat karena kita adalah kunci keluarga. Kalau ibu dan istri hidup sehat, otomatis suami dan anak pun ikut tertular hidup sehat.
Lalu bagaimana dengan saya sebagai seorang ibu? Apa yang saya lakukan. Belum banyak memang tapi saya selalu ingin belajar dan menerapkan hal yang baik untuk kebaikan keluarga. Ada beberapa hal yang sudah saya mulai terapkan di rumah untuk mempertahankan kesehatan keuangan, fisik, dan mental, antara lain:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
So, sehat fisik, mental, dan finansial akhirnya sangat diperlukan dalam sebuah keluarga. Percuma punya simpanan uang dan investasi banyak kalau sakit-sakitan atau depresi. Percuma juga fisik sehat dan terus olahraga kalau nggak punya simpanan untuk masa tua. Ketiganya penting dan harus selalu dijaga. Let´s #LiveHealthierLives demi orang-orang yang kita cintai. Yuk, dimulai dari kita sebagai seorang ibu untuk menjaganya karena mulai dari tangan ibulah nasib sebuah keluarga akan ditentukan.