Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gawat! Perubahan Iklim Secara Ekstrem Mengakibatkan Masalah Serius Bagi Petani
25 November 2023 8:57 WIB
Tulisan dari Ratna Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Petani merupakan pilar utama bagi sektor pertanian di Indonesia, mereka menjadi salah satu elemen terpenting dalam roda perekonomian di negara ini. Sayangnya, dalam beberapa bulan terakhir, para petani sedang dihadapkan pada masalah yang cukup serius. Sebenarnya bukan hanya petani yang dihadapkan oleh masalah ini, tetapi para petanilah yang benar-benar merasakan kerugian cukup besar. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim secara ekstrem seperti halnya kekeringan.
ADVERTISEMENT
BMKG memprediksi kemarau tahun ini akan lebih kering dari normalnya dan juga lebih kering dari tiga tahun sebelumnya. Beberapa daerah yang akan terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatera seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara diprediksi memiliki curah hujan paling rendah dan berpotensi mengalami musim kering yang ekstrem (Putratama. R, 2023).
Adapun faktor yang menjadi sorotan utama terjadinya perubahan iklim dan bencana kekeringan, antara lain yaitu, adanya pemanasan global, perubahan bentuk angin, bahkan fenomena terbaru seperti panasnya permukaan laut atau biasa disebut El Nino. Pada sektor pertanian masalah ini sangat dirasakan oleh mereka, sebab sektor pertanian adalah sektor yang sangat bergantung pada ketersediaan air dan curah hujan.
ADVERTISEMENT
Bukan tidak mungkin jika permasalahan ini mengakibatkan kerugian yang cukup serius terutama pada sektor pertanian. Permasalahan tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut.
1. Produksi Padi Menurun
Jika kita amati hal-hal yang menggangu siklus tanaman padi pada sektor pertanian adalah ketidakpastian cuaca, atau disebabkan karena perubahan iklim secara ekstrem. Sebelum terjadinya perubahan iklim, para petani menanam padi sesuai periode yang telah ditentukan. namun malangnya, saat ini ketidakpastian cuaca sangat sulit diprediksi, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman padi, dan menyebabkan penurunan produksi padi secara signifikan.
2. Kenaikan Harga Beras
Jika berbicara mengenai penurunan produksi padi, maka aspek ekonomi juga akan terkena imbasnya terkait bencana ini. Contohnya pada harga beras. Beras berperan sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, namun saat ini harganya melonjak tajam. Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia yang termahal di antara negara-negara Asia Tenggara dalam satu dekade terakhir. Harga eceran beras Indonesia 28% lebih tinggi dari harga di Filipina dan dua kali lipat harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand (Jiuhardi, 2023). Beban finansial semakin dirasakan oleh petani, dari yang harus menelan kerugian akibat gagal panen, hingga harus merasakan krisis pangan, yang kian hari, harga terus melonjak tinggi.
3. Inflasi
ADVERTISEMENT
Permasalahan ini sangat mungkin mengakibatkan inflasi akibat dari kenaikan harga beras. Sebab jika beras menjadi langka, maka mau tidak mau pemerintah Indonesia terpaksa mengimpor beras dari negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan warga negara. Memang betul solusi ini dapat diterapkan, namun jika solusi ini diterapkan dalam waktu jangka panjang, dikhawatirkan Indonesia menjadi tidak mandiri dalam mengelola pangan. Terjadinya tekanan pada pengeluaran sehingga anggaran negara menjadi membengkak, juga bisa terjadi jika terus-menerus melakukan impor kepada negara lain.
4. Para Petani Beralih Profesi
Masalah sosial pun kerap kali dapat terjadi akibat dari bencana kekeringan dan perubahan iklim secara ekstrem. Seperti halnya banyak petani yang kehilangan pekerjaan utama mereka. Karena gagal panen dan merugi terus-menerus alhasil mereka harus mencari pekerjaan lain, atau bahkan bergantung pada subsidi yang diberikan pemerintah untuk bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Dari permasalah tersebut sudah sepatutnya kita sebagai warga negara Indonesia yang lahir dan hidup di Indonesia. Tidak semestinya menutup mata dan menutup telinga dalam menghadapi permasalahan ini. Apalagi permasalahan ini menyangkut keberlangsungan perputaran roda perekonomian, bahkan ketersedian pangan di Indonesia.
Untuk itu adapun upaya yang perlu dilakukan dalam menghadapi permasalahan ini, yaitu:
1. Pemeliharaan Air
Pemerintah perlu memberikan arahan mengenai pengelolaan air yang lebih baik untuk lahan pertanian. Namun pemeliharaan air tidak hanya dilakukan oleh petani saja, warga negara Indonesia, perlu sama-sama memelihara air agar sumber daya tersebut dapat berkualitas sesuai dengan kuantitas yang dibutuhkan.
2. Mengurangi Penggunaan Zat Karbon dioksida
Kegiatan buruk ini acap kali sering dilakukan. Maka dari itu sudah sepatutnya kita dapat mengurangi pembakaran, penggunaan kendaraan yang berlebihan, dan kegiatan industri yang menunjukan eksternalitas negatif, terhadap bumi ini.
ADVERTISEMENT
3. Bantuan Sosial dan Pelatihan untuk Para Petani
Selain langkah yang ditempuh untuk bertahan pada iklim yang ekstrem. Bantuan sosial seperti sembako dan pelatihan pada petani perlu dilakukan oleh pemerintah. Agar para petani dapat bertahan hidup dan mengetahui apa yang perlu mereka lakukan jika terjadi masalah yang serupa seperti saat ini. Selain itu, kegiatan reboisasi juga dapat membantu mengurangi pemanasan global, seperti halnya kekeringan yang sedang terjadi saat ini.
Kesimpulan
Melihat beberapa kondisi ini, dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim secara ekstrem seperti halnya kekeringan, dapat mengakibatkan para petani mengalami kerugian, penurunan produksi padi sehingga harga beras melonjak tinggi, bahkan tak sedikit petani yang kehilangan mata pencarian nya. Tak sampai disitu permasalahan ini bisa saja mengakibatkan roda perputaran ekonomi menjadi terhambat, sebab ketergantungan Indonesia dengan negara pengimpor beras. Maka pemeliharaan air dan pengurangan zat karbon dioksida bisa menjadi upaya untuk mengurangi permasalahan ini.
ADVERTISEMENT
Sumber Bacaan:
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Diakses pada tanggal 23 November 2023 dari
https://www.bmkg.go.id/Berita/?p=63-wilayah-sudah-masuk-musim-kemarau-indonesia-bersiap-hadapi-el-nino&tag=&lang=ID
Jiuhardi. (2023). Analisis Kebijakan Impor Beras Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Petani di Indonesia. INOVASI : Jurnal Ekonomi, Keuangan Dan Manajemen, 19(1), 99.