Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Inner Child: Jejak Masa Kecil yang Membentuk Siapa Kita Hari Ini
5 Maret 2025 21:48 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Aminah Ghurratu Abigail Razi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu tiba-tiba merasa marah, sedih, bingung, atau cemas tanpa tahu penyebabnya? Atau mungkin kamu bereaksi berlebihan terhadap sesuatu, lalu bertanya-tanya, "Kenapa sih aku begini?" Bisa jadi, itu bukan sekadar emosi sesaat, melainkan suara inner child yang diam-diam masih berbisik dalam diri kamu yang membawa kenangan, luka, dan pengalaman masa lalu.
ADVERTISEMENT
Inner child bukan hanya sekadar istilah psikologi, tetapi sesuatu yang nyata dan berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Pengalaman di masa kecil, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan yang mana sering kali meninggalkan jejak yang tidak kita sadari. Jejak ini membentuk pola pikir, kebiasaan, dan bahkan cara kita berinteraksi dengan orang lain saat dewasa.
Definisi Inner Child
Inner child kerap dianalogikan merupakan "anak dalam diri" yang mempunyai karakteristik ceria, kreatif, keingintahuan, dorongan alami untuk bermain. Keadaan tersebut merefleksikan kebutuhan dasar seseorang, misalnya kebutuhan dikasihi, diperhatikan, dihargai, dan mendapatkan rasa aman. Inner child merupakan bagian autentik dari diri seorang individu yang mulai berkembang sedari lahir sampai masa anak-anak. Menurut Panuwun Budi dalam bukunya Menyembuhkan Diri Melalui Inner Child: Menciptakan Keseimbangan dan Ketenangan dalam Hidup Anda (2024:2), inner child menyimpan berbagai ingatan serta pengalaman emosional dari masa kecil, yang dapat memengaruhi seseorang saat dewasa.
Selain itu, Inner child terbentuk dari pengalaman personal di masa kecil seseorang yang membentuk ataupun berpengaruh pada individu yang bersangkutan saat sudah dewasa. Bradshaw dalam (Surianti, 2022) menjabarkan, Inner Child ialah luaran dari pengalaman ataupun peristiwa di masa lampau yang belum selesai dengan baik. Inner child di setiap individu dikarenakan pengalaman individu terkait bagaimana ia berperilaku agar mendapat cinta yang pernah mereka lakukan semasa kecil. Tanpa disadari, inner child nantinya muncul saat dewasa yang membentuk perilaku ataupun keadaan emosional yang tak ia sadari. Itulah alasan, mengapa seseorang yang usianya telah menginjak dewasa bisa berperilaku selayaknya kanak-kanak, dan itu bisa berlangsung dengan cara yang tak disadarinya (Kartasasmita, Christopher, dkk, 2023).
ADVERTISEMENT
Penyebab Terbentuknya Inner Child
Inner child bisa terbentuk akibat pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan, terutama ketika seorang anak tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua. Faktor-faktor seperti pengalaman negatif, peristiwa traumatis, atau lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat memengaruhi perkembangan emosional anak. Beberapa kondisi yang bisa memicu terbentuknya inner child antara lain:
1. Kurangnya apresiasi dan perhatian orang tua > Anak yang sering diabaikan atau tidak diberi validasi atas perasaannya bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya tidak cukup berharga.
2. Pola asuh keluarga yang disfungsional > Orang tua yang terlalu keras, overprotektif, atau bahkan acuh bisa membuat anak tumbuh dengan ketakutan atau kurang rasa percaya diri. Ketika seorang anak mengalami kondisi ini, perkembangan emosional dan psikologisnya dapat terganggu.
ADVERTISEMENT
3. Pengalaman buruk di masa kecil > Seperti bullying, sering dimarahi, atau merasa tidak diterima di lingkungan sekitar.
Ketika seorang anak mengalami kondisi ini, perkembangan emosional dan psikologisnya dapat terganggu. Dampaknya akan terasa ketika ia tumbuh dewasa, terutama dalam mengontrol emosi dan menjalin hubungan sosial. Orang dengan inner child yang terluka cenderung memiliki perilaku adiktif, kompulsif, mudah marah, serta menarik diri dari lingkungan sosial. Selain itu, mereka juga bisa mengalami kecemasan berlebihan, takut disakiti, sulit menerima kritik, serta selalu merasa tidak aman (Anatasya, 2023). Tanpa disadari, inner child yang belum terselesaikan ini bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pertemanan, bahkan hubungan percintaan.
Penyelesaian Konflik Inner Child
Menyembuhkan inner child bukan sesuatu yang instan, tapi tetap bisa dilakukan secara perlahan. Langkah pertama yang penting adalah menyadari dan mengenali inner child dalam diri sendiri. Coba refleksi, apakah ada pengalaman di masa kecil yang masih berdampak sampai sekarang?
ADVERTISEMENT
Setelah itu, penting juga untuk menerima dan memahami perasaan yang muncul. Jangan mengabaikan atau meremehkan emosi sendiri, karena semakin ditekan, semakin sulit untuk sembuh. Kalau merasa butuh bantuan, berbicaralah dengan orang yang dipercaya atau berkonsultasi dengan profesional yang dapat membantu.
Selain itu, belajar memberi perhatian dan kasih sayang pada diri sendiri juga jadi kunci utama. Kalau dulu merasa kurang dihargai atau divalidasi, sekarang saatnya menjadi sosok yang mendukung diri sendiri. Dengan begitu, inner child bisa perlahan sembuh, dan kehidupan pun bisa dijalani dengan lebih tenang dan bahagia.
Pada akhirnya, setiap orang pasti memiliki inner child dalam dirinya. Entah itu membawa kenangan indah atau luka lama, inner child tetap berperan dalam membentuk siapa kita hari ini. Jika tidak disadari dan diselesaikan, luka dari masa kecil bisa terus memengaruhi kehidupan kita saat dewasa.
ADVERTISEMENT
Menyembuhkan inner child bukan tentang menghapus masa lalu, tetapi bagaimana kita bisa menerima, memahami, dan memberikan kasih sayang pada diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa hidup dengan lebih damai, bahagia, dan menjadi pribadi yang lebih sehat secara emosional.
REFERENSI
Shafira, A., & Resmadi, R. (2022). Pengaruh Inner Child terhadap Perilaku Seseorang dalam Menjalin Hubungan Interpersonal. Jurnal Agenda, 9(2), 95–108. https://ejournal.uinmybatusangkar.ac.id/ojs/index.php/agenda/article/download/11414/4136
Surianti, S. (2022). Inner Child: Memahami dan Mengatasi Luka Masa Kecil. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani, 8(1), 1–15. https://journal.uiad.ac.id/index.php/mimbar/article/download/1239/722
https://kumparan.com/info-psikologi/pengertian-inner-child-beserta-cara-menyembuhkannya-23Rh3jEJq2E