Konten dari Pengguna

Fenomena Korean Wave dan Pengaruhnya

Ratu Az-Zahra
Mahasiswi Universitas Airlangga.
4 Juni 2022 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratu Az-Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Korean Wave (Gelombang Korea) atau Hallyu merupakan istilah yang ditujukan dan digunakan pada maraknya penyebaran budaya populer Korea Selatan ke berbagai belahan dunia. Bentuk dari penyebaran Korean Wave sendiri berupa musik, serial drama, film, makanan, bahasa, dan lain-lain. Awal dari Korean Wave ini dimulai sejak akhir tahun 1990-an dan diprakarsai oleh ekspor drama televisi yang mana hal tersebut semakin terlihat melalui persinggungan kreatif dengan musik K-pop, film, animasi, game online, gaya busana, kosmetik, makanan, dan gaya hidup (Y. Kim 2013).
ADVERTISEMENT
Awalnya juga, Korea hanya mengekspor produk medianya ke negara-negara Asia seperti Jepang, Tiongkok, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura, tetapi lambat laun popularitasnya semakin meningkat hingga mencapai wilayah Amerika, Asia Tengah, dan Eropa. Itu adalah contoh pertama dari sirkulasi besar dari budaya populer Korea dalam sejarah.
Korean Wave. Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Korean Wave. Sumber: Canva
Industri hiburan Korea yang memiliki daya tarik tersendiri bagi peminatnya menjadi suatu faktor dalam kesuksesan penyebaran budaya Korea. Dilihat dari meroketnya grup idola Korea seperti Super Junior, Girl’s Generation, Big Bang, 2PM, Wonder Girls, BTS, hingga BLACKPINK yang memiliki segudang prestasi dan talenta sehingga sukses untuk menyebarkan demam K-pop ke seluruh dunia. Pada tahun 2017 pula, grup BTS menghadiri sidang PBB ke-73 untuk memberikan pidato berkaitan dengan kampanye ‘Love Myself’ sebagai bentuk kerja sama dengan UNICEF.
ADVERTISEMENT
Selain itu, serial drama dan film Korea turut hadir untuk menarik perhatian masyarakat dengan jalan cerita yang begitu apik, lakon peran yang berbakat, serta sinematografi yang memanjakan mata. Beberapa waktu lalu, drama Korea seperti Kingdom (2019, 2020), Crash Landing on You (2019), Squid Game (2021), All of Us Are Dead (2022), dan deretan drama lainnya sukses untuk merebut hati masyarakat luas. Film Parasite (2019) sukses pula mencatat sejarah baru dalam industri perfilman Korea dengan berhasil meraih piala Oscar tahun 2020.
Fenomena Korean Wave masih berlangsung hingga saat ini di seluruh dunia. Salah satu negara dengan masyarakat yang banyak menggandrungi hal berbau Korea adalah Indonesia. Di tanah air, kebanyakan yang menggemari K-pop atau K-drama masih usia remaja dan mereka bersikap terbuka dengan budaya asing. Hal ini tentunya dimanfaatkan oleh beberapa bisnis startup untuk bekerja sama dengan publik figur Korea guna meningkatkan minat konsumen membeli dan menggunakan produknya.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini pula, terdapat perusahaan yang menggandeng idola asal Korea Selatan NCT Dream dan Red Velvet dalam Grand Launching layanan bank digital. Selain itu, ada juga aktris yang menjadi duta merek (Brand Ambassador) pada label kecantikan lokal. Beralih ke luar negeri, tahun ini grup BTS turut menghadiri undangan ke White House dan bertemu dengan Presiden Joe Biden untuk berpartisipasi dalam diskusi tentang inklusivitas dan representasi Asia serta mengawal anti-Asia hate.
Dengan adanya Korean Wave, budaya populer Korea semakin dikenal dan menjadi suatu soft power diplomacy yang dimiliki oleh negara. Fungsi dari Korean Wave sebagai soft power sendiri ialah untuk meningkatkan daya tarik dan pengaruh potensialnya atas budaya dan gaya hidup di panggung dunia. Pemerintah Korea Selatan juga mendukung penuh industri kreatif sebagai sektor yang membawa pengaruh besar bagi ekonomi.
ADVERTISEMENT
Korean Wave sendiri membawa dampak positif dan negatif bagi Indonesia. Dampak positif yakni masyarakat mampu termotivasi untuk menambah wawasan dengan belajar bahasa asing, memiliki gaya berpakaian modis, serta mendapatkan kepuasan tersendiri ketika menonton atau mendengarkan musik dan film yang digemari.
Pengaruh negatifnya adalah melemahnya budaya lokal Indonesia dan banyak orang yang rela membuang waktu sia-sia untuk streaming K-drama atau menonton idola daripada menjalani kegiatan yang lebih penting dan produktif. Meski begitu, dampak negatif tersebut dapat dihindari dengan cara tetap memelihara dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal, bersikap selektif pada nilai-nilai budaya asing, menjaga nasionalisme, dan setia pada ideologi Pancasila.
Referensi:
Kim, Youna, et. al., 2022. The Soft Power Of The Korean Wave “Parasite, BTS and Drama”. London: Routledge.
ADVERTISEMENT