Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Nilai Moral dalam Novel Azab dan Sengsara Karya Merari Siregar
8 Desember 2021 12:47 WIB
Tulisan dari Ratu Mashruhah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah menganalisis Novel azab dan sengsara, adapun penulis mengelompokan nilai moral berdasarkan bagian-bagian dari setiap novel tersebut. Nila moral yang diperoleh per bagiannya dijelaskan sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Orientasi
Pada suatu hari di kota Siporok terdapat seorang bangsawan yang kaya raya nan baik hatinya ia memiliki 2 anak satu laki-laki dan satunya perempuan. Adapun anak laki-lakinya bernama Sutan Baringin. Karena ia anak pertama laki-laki dikeluarganya tidak jarang ia diperlakukan baik oleh ibunya namun perlakuan baik tersebut melebihi batas normal sehingga dapat dikatakan bahwa Sutan Baringin sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Apapun yang ia inginkan, apa pun yang ia mau, pasti dituruti oleh kedua orang tuanya. Karena terlena dengan perlakuan orang tuanya, Sutan Baringin tumbuh dewasa dengan memiliki watak yang akuh, sombong, dan suka berfoya-foya
Suatu ketika Usia Sutan Baringin yang dirasa cukup usia untuk segera menikah, maka kedua orang tuanya pun menikahkan Sutan Baringin dengan seorang perempuan yang dianggap baik oleh kedua orang tuanya. Perempuan tersebut adalah Nuria, yang memang terkenal baik di kampungnya. Pada saat Baringin telah berkeluarga dan menikah dengan Nuria, tetap saja tabiat Sutan Baringin tidak berubah ia tetap suka berjudi, dan suka berfoya-foya, sehingga pada akhirnya uang warisan kedua orang tuanya habis karena ulahnya.
ADVERTISEMENT
Tidak terasa beberapa tahun pernikahan tersebut berlangsung Sutan Baringin dan Nuria dikaruniai 2 anak yaitu satu perempuan dan satunya laki-laki. Adapun anak perempuannya bernama Mariamin. Di desa tersebut, Mariamin sering mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat atau warga sekitar ia dihina miskin karena ulah ayahnya.
Berdasarkan bagian orientasi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila terlalu menuruti setiap keinginan anak dapat membentuk pribadi anak menjadi manja, boros, dan memiliki sikap angkuh. Sehingga pada hal ini dapat dijadikan salah satu nilai moral bahwa orang tua harus tetap mengarahkan anaknya dengan baik dan tidak terlalu memanjakan, karena akan memiliki dampak di masa mendatang. Sebab karakter yang sudah terbentuk ketika dewasa akan sulit untuk diubah.
ADVERTISEMENT
Komplikasi
Suatu ketika Mariamin memiliki teman bermain yang ia kenal saat Mariamin tergelincir dari sebuah jembatan bambu, pemuda tersebut bernama Aminuddin yang langsung terjun ke sungai untuk menolong Mariamin tanpa berpikir panjang. Sejak saat itulah mereka berteman, Aminuddin dan Mariamin merupakan saudara sepupu dari Ayahnya Mariamin Sutan Baringin. Adapun Keluarga Aminuddin adalah seorang anak yang baik budinya dan berasa dari keluarga terpandang. Ayah Aminuddin adalah Baginda Diatas yang tidak lain adalah seorang Kepala Kampong, Bangsawan Kaya dan disegani oleh semua bawahannya karena sifat-sifatnya yang baik, rajin bekerja, dan mulia. Dan karena sifat-sifat baik yang dimiliki ayahnya itulah anaknya meniru sifat baik yang dimilikinya sehingga Aminuddin tumbuh menjadi pemuda yang baik.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil Aminuddin bersahabat dengan Mariamin, setelah beranjak dewasa mereka saling jatuh hati. Aminuddin sangat mencintai Mariamin. Aminuddin berjanji bahwa jika ia telah mendapatkan pekerjaan nanti, ia akan segera melamar Mariamin. Aminuddin pun tidak peduli dengan latar belakang Mariamin, ia menerima Mariamin apa adanya.
Dengan segera Aminuddin memberitahukan hal ini kepada kedua orang tuanya. Mendengar hal ini, ibunya pun tidak merasa keberatan dengan iktikad baik Aminuddin. Ia benar-benar mengenal keluarganya, bahwa keluarga Mariamin masih keluarga juga. Sebab, ayah Aminuddin dan ayah Mariamin adalah kakak beradik. Selain itu, ibunya berpikir bahwa ada baiknya jika Mariamin menikah dengan anaknya, karena dengan adanya pernikahan ini masalah perekonomian keluarga Mariamin dapat terbantu.
Mendengar hal ini ayah Aminuddin merasa tidak setuju dengan pilihan anaknya, namun Ayah Aminnuddin tidak memperlihatkannya. Karena ayah Aminuddin tidak setuju, maka ia berusaha untuk menggagalkan rencana pernikahan putranya. Adapun cara yang ia lakukan adalah aa mengajak istrinya pergi ke seorang peramal untuk melihat kecocokan anaknya jika menikah dengan perempuan pilihannya itu si Mariamin. Namun, dibalik itu ayahnya sudah membayar peramal tersebut untuk berbohong bahwa pernikahan tersebut tidak baik bagi keluarganya. Mendengar hal ini pun ibunya merasa takut dan akhirnya mencarikan calon perempuan lain untuk anaknya tanpa sepengetahuannya.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu kemudian, Aminuddin pun mengetahui bahwa ia dijodohkan dengan perempuan kampung lain yang berlatar belakang kaya nan cantik. Ia merasa sangat sedih, namun karena ia anak yang berbakti ia pun menuruti keinginan orang tuanya. Adapun Mariamin yang mendengar keputusan Aminuddin ia merasa sangat patah hati hingga jatuh pingsan dan sakit berhari-hari karena ia harus melepaskan laki-laki yang sangat ia cintai selama ini, ia pun merelakan Aminuddin untuk menikahi perempuan lain dengan tidak berdaya.
Dapat disimpulkan bahwa kedua orang tua aminuddin sangat ikut campur tangan terhadap pilihan anaknya, terlebih lagi ayah aminuddin nekat menyewa peramal untuk mengatakan sesuatu yang dusta. Sehingga pada hal ini dapat dijadikan salah satu nilai moral bahwa dalam menentukan pilihan anaknya tidak harus menilai latar belakang dan status sosial, karena hal ini menyangkut kebahagiaan hidup anaknya kedepan.
ADVERTISEMENT
Resolusi
Beberapa waktu kemudian Mariamin dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan laki-laki dari Medan yang bernama Kasibun. Ibu Mariamin berharap dengan adanya pernikahan ini dapat memperbaiki keadaan keluarganya saat ini. Mariamin mendengar hal ini pun tidak mampu untuk menolak sehingga ia menerima keputusan ibunya.
Seteleh pernikahan tersebut, Mariamin dibawa Kasibun ke Medan kota asalnya. Sesampainya disana terbuktilah siapa ia Kasibun sebenarnya. Ia adalah laki-laki berhidung belang yang sudah memiliki istri sebelumnya. Saat ia ingin menikahi Mariamin ia menceraikan istrinya. Namun karna Mariamin adalah perempuan yang beragama ia tetap berbakti kepada suaminya walaupun hatinya terpukul.
Pada bagian ini dapat disimpulkan bahwa Mariamin telah ditipu oleh Kasibun, dan secara tidak langsung penderitaan Mariamin bertambah sesuai dengan ungkapan sudah jatuh, tertimpa tangga jua. Pada hal ini dapat dijadikan satu nilai moral bahwa untuk mencapai kebahagiaan tidak perlu menggantungkan harapan kebahagiaan hidup kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Ending
Suatu ketika Aminudin berkunjung ke rumah Mariamin di Medan, setelah kejadian itu Kasibun merasa cemburu dan ia dipukuli oleh suaminya Kasibun. Karena kejadian ini Mariamin meminta bercerai dan Kasibun didenda karena telah melakukan kekerasan pada Mariamin. Setelah bercerai dari Kasibun, Mariamin pun kembali ke kampung halamannya dan disana ia sakit-sakitan hingga badannya pun kurus dan meninggal.
Adapun nilai moral yang dapat dipetik adalah jangan menikah karena sebuah keterpaksaaan. Karna pada dasanya pernikahan adalah suatu proses penyatuan dua orang yang memiliki latar belakang, watak, pemikiran, dan karakter yang berbeda sehingga apablia pernikahan dilangsungkan tanpa adanya perasaan cinta dan ketulusan dari kedua belah pihak. Maka, pernikahan tersebut tidak dapat berlangsung lama. Bahkan, kemungkinan atau akibat terburuk dapat diperoleh seperti yang dialami oleh Mariamin.
ADVERTISEMENT