Konten dari Pengguna

Stabilitas Pangan Wujud dari Penggabungan Berbagai Kekuatan yang Berbeda

Ratu Nabillah
Peneliti di Tay Juhana Foundation
11 September 2023 15:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ratu Nabillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Integrasi Antar Aktor untuk Meningkatkan Keberlanjutan Sistem Pangan

Lahan mewakili heterogenitas penggunaan ekonomi, praktik sosial, dan makna budaya. (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Lahan mewakili heterogenitas penggunaan ekonomi, praktik sosial, dan makna budaya. (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi).
ADVERTISEMENT
Di seluruh dunia, lahan merupakan aset berharga karena lahan mendatangkan sumber pendapatan, mata pencaharian, dan keamanan. Bagi masyarakat pedesaan, lahan bahkan memiliki makna yang lebih luas seperti entitas sosial budaya dan fungsi keagamaan.
ADVERTISEMENT
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengungkap bahwa pada tahun 2021 terdapat sekitar 608 juta petani di dunia dengan luas lahan yang hanya 2 sampai 5 hektare. Mereka mampu memproduksi sekitar 80 persen pasokan pangan global.
Namun, terlepas dari besarnya kontribusi yang dihasilkan, produsen skala kecil ini sering kali dijumpai kurang efisien. Lokasinya yang tersebar dengan luas lahan yang sempit membuat produsen skala kecil mempunyai sedikit kekuasaan untuk memanfaatkan peluang ekonomi atau mempengaruhi kebijakan yang berdampak bagi mereka.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi, para produsen pertanian skala kecil bersatu—mereka "menggabungkan" lahannya melalui berbagai cara. Sebagian dari mereka berada di bawah naungan organisasi-organisasi produsen yang membuat mereka berkesempatan menentukan jalan mereka sendiri untuk keluar dari keterbatasan. Di Indonesia contohnya, cara paling umum adalah dengan membentuk kelompok tani yang biasanya berasosiasi dengan sistem koperasi.
ADVERTISEMENT
Cara lain untuk mengurangi inefisiensi pertanian skala kecil yaitu konsolidasi lahan oleh pihak perusahaan. Keunggulan kompetitif yang tercipta oleh skala ekonomi membuat keberpihakan kebijakan akan konsolidasi lahan semakin berkembang.
Di Amerika Serikat contohnya, hasil pengamatan 40 tahunan dari 1978 hingga 2017 oleh the Union of Concerned Scientist mengungkap bahwa berkurangnya jumlah kepemilikan lahan pertanian karena konsolidasi ternyata dapat meningkatkan hasil panen hampir dua kali lipat.
Layaknya dua sisi mata uang, konsolidasi dapat pula diartikan sebagai eksklusivitas karena seringkali berujung pada privatisasi lahan. Semakin sedikit petani yang berkesempatan mengemukakan ide dan keinginannya karena berada dalam kontrol pemilik modal.
Pengelolaan sumber daya secara kolektif ini dipandang sebagai hambatan bagi penciptaan kekayaan kelompok kecil, bahkan tidak jarang menimbulkan ancaman lingkungan.
ADVERTISEMENT
Muncul gerakan besar yang diinisiasi oleh petani dari seluruh belahan dunia pada tahun 1993. Mereka bersatu dalam naungan La Via Campesina. Dorongan pembentukan gerakan ini didasari oleh perasaan bahwa petani kecil sebagai penyumbang sebagian besar pangan dunia justru harus menanggung beban terberat dari sistem pangan global karena dikendalikan oleh segelintir penguasa.
Seiring berjalannya waktu, pergerakan untuk memajukan program-program yang benar-benar mengakhiri kelaparan dan meningkatkan akses pangan terus mengalami perkembangan.
Pemerintah dan organisasi mulai dari tingkat lokal sampai nasional, hingga pihak swasta yang semula dianggap sebagai penyebab marginalisasi sebagian kelompok mulai memfokuskan perhatiannya untuk menghasilkan nilai bersama melalui Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Mendorong dan mendukung investasi swasta yang dapat meningkatkan produksi, pengolahan, dan pemasaran komoditas yang diproduksi oleh masyarakat lokal tanpa mengasingkan lahan dan keberadaan mereka adalah jalan yang dapat diambil untuk meningkatkan akses terhadap pangan tanpa memerlukan privatisasi lahan.
ADVERTISEMENT
Ini mendukung untuk mewujudkan definisi kedaulatan pangan hasil dari Deklarasi Nyéléni (2007) yaitu hak masyarakat atas pangan yang sehat dan sesuai dengan budaya yang dihasilkan melalui metode yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta hak petani untuk menentukan sistem pangan dan pertanian mereka sendiri.
Kolaborasi antara sektor swasta dan publik diperlukan untuk mengembangkan inisiatif transformasi produksi pertanian dalam memenuhi permintaan pangan.
Sebagai produsen, petani dan komunitas lokal merupakan sumber inspirasi utama, sementara pihak swasta memiliki sumberdaya lainnya seperti basis pengetahuan, inovasi teknologi, pendanaan, dan globalisasi rantai pasok. Menurut FAO, keduanya sama-sama berperan penting dalam transformasi sistem pangan.
Investasi sektor swasta harus mematuhi beberapa prinsip utama seperti memberi perhatian pada produksi dan nilai pangan lokal, menghormati hak-hak produsen dan komunitas lokal, dan memberdayakan aktor-aktor lokal untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berujung pada peningkatan penghidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Tanpa adanya perhatian pada lokalitas, keadilan sosial semakin sulit untuk dicapai. Sebaliknya, masa depan pertanian dan pangan sangat bergantung pada investasi di tengah dunia yang semakin dinamis dan terhubung.
Penguataan petani, misalnya melalui peningkatan akses informasi, yang difasilitasi oleh berbagai stakeholders (termasuk pihak swasta) penting dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi).
Contoh sukses sinergitas dalam rangka menyeimbangkan kepentingan ekonomi, kebutuhan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan dibuktikan melalui hasil penelitian Qurani dkk. Hilirisasi industri pengolahan kelapa di Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, berkembang untuk meningkatkan nilai komoditas lokal melalui berbagai produk turunan hingga laris di pasar global.
Selain kepastian pasar untuk menyerap komoditas masyarakat, mekanisme timbal balik terus dilakukan melalui pembangunan akses jalan, jembatan, kanal, sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan pendampingan pada para petani kelapa yang jumlahnya mencapai lebih dari 80.000 orang, agar dapat mengelola lahannya dengan ramah lingkungan demi keberlanjutan produksi jangka panjang.
Kelapa telah menjadi bagian dari kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sejak ratusan tahun yang lalu. Sifat alamiah kelapa membuat komoditas ini dipertahankan sebagai komoditas rakyat. (Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi).
Selain itu, dalam rangka menjaga keberlanjutan lingkungan, penelitian mengenai pertanian berkelanjutan di lahan gambut terus dilakukan, seperti dalam Fawzi dkk, mengingat sebagian besar sumber daya lahan di kabupaten ini adalah lahan suboptimal yaitu lahan gambut.
ADVERTISEMENT
Secara strategis, industri hanya dapat berkembang pada ekosistem yang sehat. Penting juga untuk diingat bahwa industri memainkan peran krusial dalam penciptaan produksi dan akses pangan melalui efisiensi penggunaan modal alam.
Sinergi antar aktor penting untuk menjaga ketahanan pangan. Kesadaran mengenai ketahanan pangan harus dimiliki oleh semua pihak. Komitmen sangat diperlukan untuk menjawab tantangan yang berkelanjutan ini. Oleh karena itu, ketahanan pangan menjadi sesuatu yang harus diupayakan oleh semua elemen masayarakat.