Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Konsep Artistik dalam Teater melalui Lakon Wabah
8 Desember 2020 14:20 WIB
Tulisan dari Raudhatul Aslami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Mengenal Konsep Artistik dalam Teater melalui Lakon Wabah](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1607410217/bihjluvteqpjgljev5pl.png)
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, #TeaterKomaPentasDiSanggar telah menayangkan empat naskah yang dipentaskan melalui kanal Youtube pribadi Teater Koma, yaitu Cinta Itu, Sekadar Imajinasi, Pandemi, dan Wabah.
ADVERTISEMENT
Lakon Wabah yang tayang pada 18 November 2020 merupakan hasil karya naskah yang ditulis oleh Budi Ros dan disutradarai oleh Rangga Riantiarno. Lakon ini menampilkan Semar (Budi Ros) yang kebingungan dengan ulah ketiga anaknya, Gareng (Zulfi Ramdoni), Petruk (Raheli Darmawan), dan Bagong (Dick Perthino), yang mencari keuntungan di tengah berlangsungnya pandemi.
Adanya Pandemi tidak menghentikan teater yang telah berdiri sejak 1977 itu untuk terus berkarya. Teater Koma berhasil menciptakan inovasi baru dengan mengusung perspektif yang menarik, yaitu #TeaterKomaPentasDiSanggar. Salah satunya lewat lakon Wabah, Teater Koma membuat panggung pementasannya sendiri dengan menggunakan konsep artistik layaknya di gedung pertunjukan serta mematuhi protokol kesehatan.
“Naskah-naskah baru berdurasi pendek, digelar di sanggar Teater Koma yang kami ubah menjadi sebuah studio, lengkap dengan lampu-lampu panggung, para pemain memakai clip-on, memakai lebih dari satu kamera. Lalu karena pentas direkam dalam masa pandemi, kami tetap menjalankan protokol kesehatan, di mana para pemain dan pekerja mengenakan faceshield, dan atau masker,” tutur Nano. (6/11)
ADVERTISEMENT
Konsep Artistik Lakon Wabah #TeaterKomaPentasDiSanggar
Perspektif baru lewat media digital dan inovasi pentas di sanggar juga membentuk konsep artistik yang baru. Konsep artistik yang akan dibahas terkait lakon Wabah diantaranya panggung atau pentas, set-dekor-properti, kostum, tata rias, pencahayaan, dan ilustrasi musik.
1. Pentas atau panggung
Pentas atau panggung merupakan tempat yang digunakan untuk memainkan sandiwara, pidato, dan sebagainya, pada konteks ini, dimaksudkan untuk memainkan teater. Menurut Nano Riantiarno, ada dua jenis panggung yang dikenal selama ini, yaitu panggung prosenium dan panggung arena. Panggung prosenium adalah panggung yang hanya dapat dilihat dari satu arah oleh penonton. Sementara panggung arena merupakan panggung yang dapat dikelilingi dan setiap sudutnya dapat dilihat oleh penonton. (Riantiarno, 2011: 148)
ADVERTISEMENT
Meski hanya melalui tayang daring, dapat dilihat bahwa panggung yang digunakan dalam lakon Wabah ialah panggung prosenium, karena penonton hanya bisa melihat dari arah depan saja. Sisi kiri, kanan, dan belakang dapat dijadikan jalan keluar masuknya pemain.
2. set-dekor-properti
Set-dekor merupakan pendukung untuk menciptakan tempat, waktu, dan keadaan/suasana di panggung pementasan. Set/dekor meliputi bagian benda/gambar dipanggung yang bersifat permanen. Set property merupakan properti penunjang dari set properti, dan memungkinkan dapat dipindah-pindah. Sementara, hand property yaitu properti yang dapat dibawa-bawa oleh pemain. Sedangkan, properti adalah pelengkap dari set properti. (Riantiarno, 2011: 147-151)
Pohon merupakan set-dekor yang ada dalam pementasan lakon Wabah, karena hadirnya pohon dalam pementasan menciptakan konsep latar halaman rumah. Untuk mendukung latar dan menciptakan suasana halaman rumah, lakon Wabah menggunakan bale-bale yaitu kursi yang terbuat dari bambu. Set properti lakon Wabah juga menampilkan sepeda romo Semar yang dielap-elap oleh Petruk. Tak hanya memberi sentuhan terhadap suanan latar, kehadiran sepeda sebagai set property juga mengusung gagasan yang ingin dibawa oleh penulis naskah lewat lakon Wabah. Tak hanya itu, gagasan penulis dalam lakon juga disampaikan melalui set property tempat peralatan sabun cuci tangan yang ingin dijual oleh Gareng. Sementara, untuk properti yang ada dalam tempat peralatn tersebut yaitu botol sabun, dan sabun cuci tangan. Menariknya, setiap set property yang ditampilkan memiliki sangat berhubungan dan saling berkaitan atas gagasan lakon Wabah ini.
ADVERTISEMENT
3. Kostum
Kostum adalah segala sesuatu yang dikenakan (termasuk asesori) oleh pemain untuk kepentingan pementasan. Jika dipandang sebagai pakaian atau busana, kostum meliputi perlengkapan yang dikenakan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kostum dalam pementasan memiliki peran dan fungsi, diantaranya untuk mendukung perkembangan watak pemain, membangkitkan daya saran dan suasana, juga untuk memberikan perbedaan antara satu pemain dengan yang lainnya. (Hasanuddin, 2015:153-154)
Teater Koma mengusug gagasan menarik lewat kostum yang dipakai oleh seluruh karakter. Sebagaimana tercermin dari nama tokoh setiap pemain, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong mengenakan kostum wayang Punakawan. Kostum tersebut meliputi Ira-iraan, rompi, celana satin, gaman dan kalung yang dilengkapi inisial setiap tokoh, sembong, sabuk, epek, dan timang sampur.
ADVERTISEMENT
Berhubung pementasan dilaksanakan pada masa pandemi, para pemain juga memakai face shield sebagai upaya untuk disiplin mematuhi protokol kesehataan.
4. tata rias
lakon wabah ini menampilkan pemain dengan tokoh-tokon punakawan. Oleh karena itu, wajah para pemain dirias layaknya wayang punakawan. Mulai dari pola dan riasan bibir yang dibuat lebih besar dari bibir asli pemain, riasan rambut yang dikuncir mirip punakawan, hingga raut-raut wajah yang dibuat sangat mirip dengan wayang panakawan.
Tokoh Semar sebagai bapak dari ketiga anaknya, dibuat lebih tua raut wajahnya. Semar menampilkan watak yang bijak dan selalu menganjurkan hal-hal baik dalam kehidupan.
5. pencahayaan
Pencahayaan dalam pertunjukan teater berfungsi untuk menerangi dan menyinari. adapun bagian-bagian yang diterangi atau disinari meliputi pentas, properti, ataupun pemain. Pencahayaan ini berfungsi untuk memberikan penerangan, memunculkan efek dramatik, estetik, dan artistik dalam pementasan. Tata letak lampu disesuaikan dengan kebutuhan pementasan, bisa diletakkan di langit-langit pentas, lantai, dinding, atau sisi lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada pementasan lakon wabah, lampu dietakkan di langit-langit pentas untuk menerangi panggung, properti dan juga para pemain. Peralatan dan penataan lampu yang digunakan yaitu spotlight dan floodlight.
6. ilustrasi musik.
Musik pengiring dalam kegunaan pementasan drama disebut denga illustrasi musik. Suasana cerita, warna dialog akan lebih menarik dengan diringi musik yang relevan. Pemanfaatan ilustrasi musik dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu musik langsung yang dimainkan langsung pada saat pementasan, dan musik rekaman yang berupa musik aransemen sendiri.
Lakon wabah dikemas secara menarik melalui iringan musik langsung. Peralatan musik yang digunakan yaitu perkusi yang dimainkan oleh Radhen Darwin, dan kendang yang dimainkan oleh Ohan Adiputra, dan Fero A. Stefanus sebagai penata musik.
ADVERTISEMENT